Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu saya sempat rutin menggunakan kereta api Brantas untuk pulang ke Surabaya dari Jakarta. Sebenarnya agak aneh karena saya harus oper lagi dari stasiun Kertosono ke arah Surabaya.
Alasan saya dulu sempat beralih ke Kereta Api Brantas adalah karena majunya jadwal keberangkatan kereta api ekonomi dengan tujuan akhir Surabaya. Kereta Api Gaya Baru Malam Selatan maju ke jam setengah 11 pagi dan kereta Api Kertajaya ke jam 2 siang. Hal ini berarti saya harus selalu ijin setengah hari dari kantor setiap akhir pekannya. Karena itu saya akhirnya memilih kereta api Brantas yang jadwal berangkat lebih manusiawi yakni jam setengah 4 sore.
Kereta api ini jadi favorit para PJKA seperti saya dahulu terutama yang berasal dari Madiun, Solo, Semarang serta Kediri. Namun sejauh pengalaman saya dulu penumpang banyak turun di Semarang, Solo dan Madiun. Karena itu selepas stasiun Solo kebanyakan kursi di gerbong kosong sehingga penumpang dengan tujuan sesudahnya bebas tidur pulas, tentu saja jangan sampai ketiduran kalau tidak ingin terlewat turun di stasiun tujuan.
Pernah suatu saat setelah lepas dari stasiun Solo gerbong tempat saya duduk sudah sangat sepi, mungkin hanya tinggal beberapa orang dalam satu gerbong, saat asyik dan sudah hampir terlelap saya sekilas melihat dua orang petugas kebersihan menjalankan tugasnya menyapu kolong kolong bangku dan lorong kereta yang penuh dengan tumpukan sampah.
Walaupun mata terasa sudah berat menahan kantuk, sesaat saya sempat merekam aktifitas dan obrolan mereka. Di sela sela saat mereka berdua menyapu terdengar obrolan yang membuat saya bergidik merinding dan risau. Terdengar petugas pertama bicara "Ee aku nemu ini sego karo iwak durung mambu" kalo diartikan Ee ini aku menemukan nasi dengan lauk yang belum basi.
Mendengar pembicaraan mereka berdua, saya terhenyak bangkit dari tidur dan mencoba mengintip apa yang sebenarnya terjadi, ternyata benar sesuai dugaan saya. Oh, Tuhan mereka mengais sisa makanan dari bungkusan makanan penumpang kereta. Air mata sempat meleleh di kelopak mata, Tuhan masih ada saudara saudaraku yang di tengah kerja keras mereka menghidupi anak dan istri mereka rela menahan lapar dan makan dari sisa sisa nasi orang lain.
Kejadian ini selalu membuat saya tersadar bahwa masih banyak saudara kita diluar yang kesusahan dan hidup dalam kekurangan. Janganlah kita bersifat hedon, acuh terhadap keadaan sekitar kita, atau paling tidak mengingat saat kita makan janganlah terlalu berlebihan hingga akhirnya terbuang sia sia. Tanamkan selalu pada keluarga terutama anak anak kita bahwa mereka tidak hidup sendiri di lingkungannya. Mereka hidup bersama orang lain dengan keadaan yang berbeda beda pula tentunya.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih