Baru beberapa hari yang lalu saya melakukan perjalanan ke luar kota kembali setelah hampir satu bulan di rumah saja. Berangkat dari bypass Krian Sidoarjo, kali ini bus yang saya nanti tak lama akhirnya muncul dari kejauhan. Jika sebelumnya saya harus menunggu bus Patas arah ke Solo hampir 90 menit lamanya. Malam itu hanya 20 menit saja saya berdiri di tengah dinginnya malam.
Bus EKA dengan tujuan akhir Magelang berhenti persis di depan saya. Saya akhirnya naik dan didalam bus terihat hanya beberapa orang penumpang saja. Saya mendapat tempat di baris ketiga sisi sebelah kanan. Di depan terminal Mojokerto seorang penumpang baru naik. Bus melaju kencang tanpa saya rasakan karena saya sudah terlelap dalam dinginnya ruangan bus.
Di daerah Brakan Kertosono bus sempat berhenti sebentar menaikkan dua atau tiga orang penumpang baru. Saya terjaga sebentar untuk kemudian terlelap kembali di keheningan malam. Bus melaju kencang tanpa menghiraukan bunyi alarm limiter kecepatan. Namun justru hal inilah bagi saya penggemar bus malam sesuatu yang menyenangkan dan memacu adrenalin.
Karena dekat dengan posisi dapur kemudi beberapa kali saya mendengar percakapan antara kondektur dan sopir. Saya kurang jelas apa yang mereka bicarakan namun yang jelas sang kondektur rupanya cukup berpengalaman memandu sang sopir membelah jalanan sekitar Nganjuk arah Caruban. Bus meliuk meliuk kencang merayapi jalanan.
Saya tersadar ketika bus memasuki terminal baru Ngawi, dan tak lama lagi akan rehat sebentar di RM Duta 1 Ngawi. Sekedar informasi saja untuk sementara RM Duta 2 tidak buka atau tutup sementara, kalau saya lihat sih mungkin karena sedang direnovasi atau di cat ulang bangunannya.
Sesampainya di rumah makan tersebut protokol kesehatan diterapkan, penumpang yang turun bus di cek suhu badannya dan diwajibkan cuci tangan, namun saya ngacir di belakang bagian karena keburu buang air kecil.
Ada yang baru rupanya di tempat ini, biasanya pramusaji menghampiri kita dan mengambil kupon makan serta menanyakan menu pesanan kita, namun sekarang disediakan tenant tenant sendiri berdasarkan menu masakan. Kita tinggal menghampirinya lalu menyerahkan kupon kepada petugas penjaga untuk kemudian mendapat menu yang kita inginkan.
Sekitar jam setengah 3 dini hari kondektur berteriak memanggil para penumpang agar segera masuk bus. Tak lama bus melaju kencang menyusuri jalanan Ngawi menuju Sragen lanjut Solo.
Terlelap dalam tidur tak terasa bus sudah mendekati terminal Tirtonadi Solo. Jam ternyata menunjukkan jam 4 kurang sedikit, waktu subuh masih setengah jam lagi. Saya beringsut menuju masjid Al Musafir di sisi Timur terminal. Terminal besar ini nampak sepi daripada saat yang sama beberapa bulan yang lalu.
Pandemi global ini benar benar memporak porandakan kondisi di semua lini kehidupan. Bahkan di urusan transportasi publik. Jamaah sholat subuh yang biasanya 3 sampai 4 saf kini hanya satu setengah saf saja.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih