Perbedaan QC dan QA
Pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan oleh banyak orang adalah apa sih perbedaan mendasar antara QC dan QA. Paling gampang sih enaknya bilang bedanya ada di huruf belakang aja, C berarti Control dan A berarti Assurance. Hal itu dapat dibenarkan juga, namun secara gampang dapat kita artikan bahwa seorang QC lebih condong untuk dimasukkan ke dalam istilah checker, jadi hanya memiliki tugas mengecek suatu product apakah sesuai tidak dengan standar baku mutu ato tidak, sedangkan seorang QA memiliki cakupan yang lebih luas karena harus menguasai semua lini proses produksi barang walaupun pada kenyataan memang tidaklah demikian. Karena seorang QA adalah bertugas menjamin kualitas serta semua proses produksi berjalan sesuai dengan standard acuan.
Dulu waktu awal belajar menjadi seorang QC bidang yang saya geluti adalah meubel atau bahasa kerennya furniture. Saking awamnya waktu itu, sempat terbesit keinginan untuk keluar saja dari pekerjaan tersebut dan cari bidang pekerjaan yang lain. Apalagi dulu QC senior saya galaknya minta ampun. Mulai belajar dari awal justru lebih banyak tentang warna sebuah produk furniture dan cacat produksi, saya sempat bingung plus geleng geleng kepala waktu belajar apa itu warna dasar, cacat warna, warna mati dll. Bagi orang awam mungkin tidak banyak yang tahu tentang hal itu, saya sering senyum sendiri kalau teringat hal tersebut.
Seiring dengan waktu dan pengalaman serta belajar dari banyak sumber kini pengetahuan tentang langkah langkah awal produksi, mulai dari persiapan raw material sampai proses packaging akhir dapat saya mengerti walaupun tidak semua lini dengan baik saya ketahui. Saya belajar banyak dari teman teman, senior, orang orang produksi di pabrik tentang semua hal. Tapi ada untuk dunia mebel saya teringat pesan dari teman sekaligus senior saya yang sekarang sudah "PENSIUN" dari dunia QC dan mengabdikan dirinya menjadi seorang guru.
Bahwasanya produk yang baik bisa didapat dari rangkaian proses yang benar, namun pada saat kepepet dengan jadwal shipment ato container, seorang QC harus bisa menempatkan dirinya di posisi sebagai seorang pembeli yang awam, dengan kata lain kacamata yang dipakai waktu mengecek produk adalah kacamata pembeli dimana kalo kita melihat barang tersebut sebagai orang awam akankah kita akan protes atau tidak senang akan produk tersebut. Jika sebagai seorang awam kita tidak melihat adanya cacat pada produk tersebut maka ya sudah kita loloskan saja barang tersebut karena ke depan setelah baramg tersebut sampai di tangan konsumen tidak akan timbul masalah yang signifikan. Bersambung...........
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih