Banner Ayam Panggang Nayamul Hj Lim Sidoarjo |
Entah kenapa siang tadi saya pengen sekali ayam bakar, setahu saya tak ada warung ayam bakar atau panggang yang enak di Krian atau memang warungnya yang tidak ada. Sebenarnya ada warung apung Rahmawati, dan warung apung Rumadi dan juga IBC di daerah Krian, tapi harap mahfum harganya kurang bersahabat bagi saya hehehe.
Saya pernah tahu ada kedai atau warung ayam bakar di daerah Krikilan Driyorejo yang letaknya tak terlalu jauh rumah saya di bypass Krian. Namun Upik Abu tidak mau, alasannya bosan dengan arah perjalanan yang kesitu-situ saja.
Kondisi antrian di dalam warung ayam panggang Nayamul Hj Lim |
Tanpa menunggu lama kita bertiga naik si Putih dan meninggalkan si sulung di rumah sendirian. Menyusuri jalanan tepi sungai di daerah Junwangi, bahan bakar si Putih kian menipis. Saya pun mencari kios bensin eceran sambil mencoba mencari tahu keberadaan warung ayam bakar di sekitar daerah itu. Ternyata menurut penjual bensin eceran warung itu letaknya dari perempatan jalan itu masih lurus saja, ancer-ancernya ada stopan dana untuk pembangunan masjid setelah Indomaret.
Kondisi di dalam warung ayam panggang Nayamul Hj Lim |
Kita pun melanjutkan perjalanan, rupanya lokasinya sekitar satu kilometer dari tempat saya bertanya. Benar saja setelah ada setopan atau kotak amal untuk pembangunan masjid ada sebuah warung kecil di sisi kanan jalan. Nampak sebuah papan putih kecil petunjuk diatasnya, ayam bakar Hj Lim dan sebuah banner berdiri di depan pintu warung "Ayam Panggang Nayamul". Halaman parkirnya sedang diperbaiki, hanya bisa menampung sepeda motor saja, sedangkan mobil terpaksa parkir di pinggir jalan tepi sungai.
Begitu masuk didalamnya suasana warung tradisional nampak, bangku panjang dengan meja panjang tergelar. Nampak juga outlet warung yang nampak tua, kotak kotak nasi warna putih nampak menumpuk di sisi kanan warung. Beberapa orang pengunjung sedang asyik makan dan beberapa diantaranya sedang menunggu pesanan.
Sistem antrean cukup bagus untuk makanan yang dibawa pulang yakni kita langsung pesan menu lalu bayar di kasir sambil mencatatkan nama kita. Jadi anda tak perlu khawatir didahului antrian oleh orang lain. Upik Abu sempat memesan segelas es beras kencur untuk teman menunggu sementara si kecil sudah mulai berulah dengan tingkah polahnya. Beberapa sruput es tersebut menurut saya rasanya biasa saja, cenderung kurang pedas menurut selera saya.
Beberapa orang pelanggan terdahulu sudah mendapatkan pesanannya, saya sendiri sudah tak sabar mengingat si kecil yang sudah berulah seperti biasanya. Akhirnya nama saya pun dipanggil, nampak dua bungkusan besar dalam keranjang plastik warna putih. Satu bungkus untuk urap urap dan satu yang lain untuk ayam bakarnya.
Bungkusannya berupa kertas minyak yang dibungkus lagi dengan kertas koran.
Kita pun akhirnya kembali lagi ke rumah tak sabar ingin menikmati ayam bakar yang nampaknya lezat dan enak. Sesampai di rumah segera saya abadikan bungkusan ayam bakar yang fenomenal tersebut.
Saya ambil dua piring sebagai tempat dua bungkusan tersebut. Nampak urap urap dengan sayur macam kacang panjang, kubis atau kol dan kangkung isian didalamnya. Sedangkan bumbunya adalah parutan kelapa yang telah dibumbu dan nampaknya juga telah disangrai.
Ayam panggang dan urap urap hanya dibungkus kertas minyak dan koran |
Ayam bakar/panggang Nayamul |
Urap-urap sayur Nayamul |
Sedangkan ayam bakarnya nampak berminyak hasil bakaran atau dari bumbunya, ukurannya sedang menurut saya. Saya coba incip bumbunya, rasanya lumayan sedap dan gurih. Saya coba rasakan kembali lebih mendalam, seperti rasa ayam bumbu rujak, terasa ada ulekan kacang tanah didalamnya. Rasa ketumbar sangat terasa begitu juga bumbu lainnya. Lumayan istimewa menurut saya untuk bumbu ayamnya.
Saya mengambil potongan kepala dan leher ayam. Lemak dan kulit di leher masih terasa alot untuk selera saya, entah ayam apa yang dipakai saya tidak bisa memastikan. Saya amati lebih dalam, sayap ayam kecil menunjukkan ini bukanlah ayam negeri atau ayam ternak. Sedangkan kalau ayam kampung saya tahu persis rasa khasnya.
Saya coba gigit kepala dan leher ayamnya, hanya sedikit saja daging yang bisa saya nikmati. Menurut saya bumbunya tidak merasuk ke dalam daging, bumbu hanya digunakan di luar daging tidak saat memasak. Mencoba gigitan lain di sayap, hampir tak ada bedanya. Rasa bumbu tidak meresap ke dalam dagingnya. Jika pengen enak, tambahkan bumbu saat akan makan dagingnya.
Untuk makan siang itu cukup kepala, leher dan sayap ayam dahulu. Nanti sore akan saya coba di daging paha dan dadanya barangkali rasanya akan lebih maknyuss dari bagian ayam yang sudah saya makan sebelumnya.
Overall menurut ayam bakar/panggang Nayamul Hj Lim ini saya beri nilai 75 saja, bumbu ayam bakarnya memang berbeda dari yang lain rasanya lumayan enak walaupun kebanyakan rasa kacangnya, sayang rasa daging ayamnya tak se istimewa bumbunya. Bumbu tak meresap ke dalam dagingnya, sehingga tak meninggalkan kesan gigitan yang mendalam.
Penilaian saya mungkin subjektif karena selera makan tiap orang berbeda. So, bagi anda yang lewat daerah Krian silahkan mampir ke ayam bakar ini, jangan datang terlalu siang. Antrian panjang mungkin saja akan membuat selera makan anda hilang hehehe. Jika perlu reservasi aja dahulu sehingga saat anda datang, menu yang anda pesan akan siap.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih