Bus Sinar Mandiri Mulia Ekonomi jurusan Semarang-Surabaya
Bus yang hampir penuh itupun masih sempat ngetem sebentar di pintu keluar terminal Bungurasih untuk mencari tambahan penumpang. Beberapa penumpang baru naik dari depan terminal, dan segera bus melaju membelah kesunyian bunderan Waru dini hari itu.
Laju bus ekonomi Surabaya Semarang panturaan itu beda sekali dengan laju bus Patas yang pernah saya naiki, bus dengan ganas dan lincah membelah jalan tol Waru Satelit. Saya yang sudah setengah ngantuk, hanya bisa tidur ayam. Mesin bus berbahan bakar solar mengeluarkan bunyi gemerisik yang membuat tidur tak bisa nyenyak ditambah angin malam yang masuk dari sisi depan dan atas kaca bus. Segera saya keluarkan jaket dari dalam tas untuk menghangatkan badan.
Hanya beberapa puluh menit saja, bus sudah memasuki terminal Bunder Gresik. Beberapa orang penumpang baru naik ke dalam bus, naas akhirnya sisa kursi harus saya relakan untuk salah satu diantara mereka. Saya lebih memilih bangku di tengah daripada harus di bagian samping luar dekat dengan lorong. Beberapa orang penumpang lain nampak berdiri memenuhi lorong bus, gila pikir saya! Hendak kemana mereka, kalau ke Tuban berarti minim 3 jam mereka harus berdiri saat perjalanan.
Bus kembali meraung-raung membelah kesunyian malam lajur Pantura Gresik Lamongan. Saya akhirnya terlelap di sunyi dan dinginnya malam. Entah bus telah sampai dimana ketika mata saya terbuka, suasana didalam bus nampak gelap hanya lampu kecil di dekat sopir yang hidup. Jembatan Widang arah Lamongan Tuban yang terputus masih menyisakan teka teki bus ini lewat jalan mana. Saya terlanjur malas mengeluarkan HP dari dalam tas untuk mengetahui posisi sekarang ada dimana.
Dari depan saya dengar sopir sedang asyik berbicara dengan kernet bus yang sesekali memberikan arahan kondisi lalu lintas. Suasana di luar yang gelap membuat saya susah mengetahui dimana keberadaan bus sekarang.
Yang pasti saya menikmati goyangan bus yang sering kali ambil lajur kanan. Nampak di sisi kiri bus lampu lampu kendaraan besar yang terjebak kemacetan. Saya sendiri kurang yakin apakah bus lewat Paciran atau lewat tengah yakni jalur Bojonegoro untuk mencari alternatif jalan karena jalur utama yang terputus.
Sambil sesekali berpegangan ke kursi depan karena goyangan bus yang cukup kasar saya asyik menikmati obrolan kernet dan sopirnya yang cukup keras terdengar hingga kursi bagian tengah. Logat mereka berdua agak aneh menurut saya, mungkin logat logat orang Tuban atau Blora saya kurang paham. Sesekali kernet berteriak cukup keras, awas Kress (ada kendaraan di sisi yang berlawanaan), Parkir parkir (kendaraan berhenti di sisi yang sama) atau awas point (penumpang baru yang naik dari pinggir jalan).
Beberapa kali lajur kanan dibabat habis menghindari kemacetan panjang, saya hanya bisa bergumam. Lumayan juga bus bus Panturaan mirip mirip overtake SR di jalur tengah.
Tak terasa bus sudah sampai di Pati Jawa Tengah, beberapa orang penumpang turun namun ada juga yang naik. HP sudah ada di pegangan saya, saya sempat melirik jam berapa saat itu, jam 4 pagi lewat beberapa menit. Saya tahan kantuk saya sambil menunggu saat sholat Subuh.
Susah sekali memang untuk khusyuk sholat dalam kondisi berdesakan didalam bus, akhirnya saya terpaksa sholat Subuh dengan isyarat karena kondisi yang kurang memadai.
Sinar matahari mulai muncul sebagian di sisa perjalanan, saya lihat di Map sisa perjalanan ke terminal Jati Kudus masih lumayan lama sekitar 45 menit dari posisi sekarang. Bus harus melalui jalan lingkar kota Kudus sesuai dengan petunjuk di aplikasi, saya berharap petunjuk tersebut benar. Bus masih saja dinaiki penumpang baru dari pinggir jalan, semantara saya harus terjaga agar tidak keblabasan.
Saya kembali melirik Map beberapa puluh menit kemudian, nampak tinggal beberapa menit saja saya akan sampai di tujuan. Benar saja, dari depan bus kernet berteriak teriak, terminal terminal Kudus persiapan. Saya bergeser ke arah depan bus bersama beberapa penumpang lain yang rupanya hendak turun juga.
Bus akhirnya merapat di jalan seberang depan terminal Jati Kudus jam setengah enam pagi lebih beberapa menit, "GILA" berarti perjalanan Surabaya Kudus hanya ditempuh 5 jam lewat beberapa menit saja. Thumbnail dua jempol...... Saya kemudian mampir sejenak di warung depan terminal langganan saya, kopi panas dan tempe hangat sudah menunggu didalamnya
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih