Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

5 Jam Digoyang Bus Sinar Mandiri Mulia Ekonomi Surabaya Semarang (bagian 2)



                                    Bus Sinar Mandiri Mulia Ekonomi jurusan Semarang-Surabaya


Bus yang hampir penuh itupun masih sempat ngetem sebentar di pintu keluar terminal Bungurasih untuk mencari tambahan penumpang. Beberapa penumpang baru naik dari depan terminal,  dan segera bus melaju membelah kesunyian bunderan Waru dini hari itu. 

Laju bus ekonomi Surabaya Semarang panturaan itu beda sekali dengan laju bus Patas yang pernah saya naiki,  bus dengan ganas dan lincah membelah jalan tol Waru Satelit. Saya yang sudah setengah ngantuk,  hanya bisa tidur ayam. Mesin bus berbahan bakar solar mengeluarkan bunyi gemerisik yang membuat tidur tak bisa nyenyak ditambah angin malam yang masuk dari sisi depan dan atas kaca bus. Segera saya keluarkan jaket dari dalam tas untuk menghangatkan badan. 

Hanya beberapa puluh menit saja,  bus sudah memasuki terminal Bunder Gresik. Beberapa orang penumpang baru naik ke dalam bus,  naas akhirnya sisa kursi harus saya relakan untuk salah satu diantara mereka. Saya lebih memilih bangku di tengah daripada harus di bagian samping luar dekat dengan lorong. Beberapa orang penumpang lain nampak berdiri memenuhi lorong bus,  gila pikir saya! Hendak kemana mereka,  kalau ke Tuban berarti minim 3 jam mereka harus berdiri saat perjalanan.

Bus kembali meraung-raung membelah kesunyian malam lajur Pantura Gresik Lamongan. Saya akhirnya terlelap di sunyi dan dinginnya malam. Entah bus telah sampai dimana ketika mata saya terbuka,  suasana didalam bus nampak gelap hanya lampu kecil di dekat sopir yang hidup. Jembatan Widang arah Lamongan Tuban yang terputus masih menyisakan teka teki bus ini lewat jalan mana. Saya terlanjur malas mengeluarkan HP dari dalam tas untuk mengetahui posisi sekarang ada dimana. 

Dari depan saya dengar sopir sedang asyik berbicara dengan kernet bus yang sesekali memberikan arahan kondisi lalu lintas. Suasana di luar yang gelap membuat saya susah mengetahui dimana keberadaan bus sekarang. 

Yang pasti saya menikmati goyangan bus yang sering kali ambil lajur kanan. Nampak di sisi kiri bus lampu lampu kendaraan besar yang terjebak kemacetan. Saya sendiri kurang yakin apakah bus lewat Paciran atau lewat tengah yakni jalur Bojonegoro untuk mencari alternatif jalan karena jalur utama yang terputus.

Sambil sesekali berpegangan ke kursi depan karena goyangan bus yang cukup kasar saya asyik menikmati obrolan kernet dan sopirnya yang cukup keras terdengar hingga kursi bagian tengah. Logat mereka berdua agak aneh menurut saya,  mungkin logat logat orang Tuban atau Blora saya kurang paham. Sesekali kernet berteriak cukup keras,  awas Kress (ada kendaraan di sisi yang berlawanaan),  Parkir parkir (kendaraan berhenti di sisi yang sama) atau awas point (penumpang baru yang naik dari pinggir jalan). 

Beberapa kali lajur kanan dibabat habis menghindari kemacetan panjang,  saya hanya bisa bergumam. Lumayan juga bus bus Panturaan mirip mirip overtake SR di jalur tengah. 
Tak terasa bus sudah sampai di Pati Jawa Tengah,  beberapa orang penumpang turun namun ada juga yang naik. HP sudah ada di pegangan saya,  saya sempat melirik jam berapa saat itu,  jam 4 pagi lewat beberapa menit. Saya tahan kantuk saya sambil menunggu saat sholat Subuh. 

Susah sekali memang untuk khusyuk sholat dalam kondisi berdesakan didalam bus, akhirnya saya terpaksa sholat Subuh dengan isyarat karena kondisi yang kurang memadai.
Sinar matahari mulai muncul sebagian di sisa perjalanan, saya lihat di Map sisa perjalanan ke terminal Jati Kudus masih lumayan lama sekitar 45 menit dari posisi sekarang. Bus harus melalui jalan lingkar kota Kudus sesuai dengan petunjuk di aplikasi,  saya berharap petunjuk tersebut benar. Bus masih saja dinaiki penumpang baru dari pinggir jalan, semantara saya harus terjaga agar tidak keblabasan.

Saya kembali melirik Map beberapa puluh menit kemudian,  nampak tinggal beberapa menit saja saya akan sampai di tujuan. Benar saja,  dari depan bus kernet berteriak teriak, terminal terminal Kudus persiapan. Saya bergeser ke arah depan bus bersama beberapa penumpang lain yang rupanya hendak turun juga. 

Bus akhirnya merapat di jalan seberang depan terminal Jati Kudus jam setengah enam pagi lebih beberapa menit,  "GILA" berarti perjalanan Surabaya Kudus hanya ditempuh 5 jam lewat beberapa menit saja. Thumbnail dua jempol...... Saya kemudian mampir sejenak di warung depan terminal langganan saya,  kopi panas dan tempe hangat sudah menunggu didalamnya

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda