Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Pengalaman Naik Bus dari Jogjakarta ke Solo

  
Sebenarnya saya sudah sangat paham bahwa bus AKDP dari Jawa Timuran adalah alternatif terbaik untuk menempuh jalur Solo ke Jogja dan sebaliknya. Namun kita hanya bisa naik bus bus tersebut yakni Mira, SR dan EKA hanya dari terminal bus besar saja yakni Tirtonadi Solo, Klaten, Giwangan dan Jombor saja. Sedangkan jika kita berada di jalanan umum atau terminal kecil maka jangan harap bus bus tersebut mau mengangkut penumpang di tengah jalan kecuali saat malam hari.

Pengalaman tersebut saya alami sendiri saat berada di Terminal Giwangan Jogjakarta saat hendak menuju daerah Panggung Klaten. Kondektur bus bertanya saya hendak kemana, saya jawab Klaten Mas. Dia balik bertanya Klaten mana Mas? Penggung ujar saya, dia menyarankan naik bus lokalan saja karena dia hanya berani menurunkan penumpang di Terminal Klaten saja karena tidak enak dengan kru bus lokalan.

Saya akhirnya ikuti sarannya walaupun dengan berat hati karena naik bus lokal trayek Jogja Solo sama halnya naik siput pake tas ransel atau lambat banget wkwkwwk. Saya akhirnya bergeser ke posisi saya sebelumnya, terlihat bus Sedya Utama dengan livery khasnya berwarna hijau sudah meninggalkan lokasi parkir, buru buru saya berlari menghampiri bus tersebut khawatir tertinggal.

Didalam bus penumpang yang naik pagi itu tidak terlalu banyak, bus perlahan meninggalkan terminal Giwangan. Dan seperti yang saya duga bus berjalan bak Ratu Siput pelan namun pasti :-)

Bus tidak naik fly over Ring road melainkan menggunakan jalan biasa dibawahnya, mungkin akan ngetem atau mencari penumpang dibawah fly over. Benar saja, beberapa orang penumpang baru naik dari jalanan tersebut dan didominasi oleh para pekerja yang hendak berangkat ke tempat kerja.
Kondektur bus pun mulai menarik ongkos, tak ada selembar tiket pun yang diberikan. 

Saya sendiri lupa berapa duit yang ditarik kondektur saat itu untuk perjalanan dari Jogja ke Panggung Klaten, bisa jadi antara 10 sampai 15 ribu rupiah. Sebagai info saja saya beberapa kali naik bus dari Klaten ke Solo dan sebaliknya menggunakan bis bis lokal AKDP kadang saya bayar 10 sampai 12 ribu rupiah. 

Namun jika naik bus Sugeng Rahayu atau Mira dari terminal Klaten ke Solo tarifnya hanya 7 ribu rupiah saja, sedangkan jika saya naik bus EKA dari Solo ke Jogja terakhir saya ditarik cuman 15 ribu rupiah saja plus tambahan air minum kemasan botol. 

Setelah menaikkan penumpang bus kembali berangkat namun beberapa menit berlalu bus kembali berhenti sejenak untuk ngetem di dekat jalanan arah ke bandara Adisutjipto. Tak ada penumpang yang naik di tempat tersebut, sopir pun kembali menekan pedal gas dan bus pun melanjutkan perjalanannya kembali. 

Bus perlahan mulai tancap gas, beberapa orang naik dan turun di perjalanan. Akhirnya bus memasuki terminal Soekarno Hatta Klaten, ini pertanda bahwa saya akan sampai di terminal bus Panggung beberapa menit kemudian.

Di terminal Klaten, hanya ada beberapa penumpang yang turun namun tidak ada yang naik. Bus pun bergerak perlahan menuju arah Solo. Beberapa saat kemudian sampailah saya di Terminal bus Panggung Klaten.

Comments

  1. Naik bis Eka/Mira dari Tirtonadi tujuan Jogja di sebelah mananya terminal ya? Kalau menurut papan petunjuk arah "Jogja" biasanya saya ketemunya bis lokal aja. Saya juga kapok naik bis lokal itu. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda naik dari terminal bagian Barat, biasanya bus tsb tidak ngetem alias langsung jalan setelah naik turun penumpang. Ada di jalur paling kiri dr terminal Barat.

      Delete

Post a Comment

Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda