Entah mimpi apa sebelum berangkat malam itu padahal sebelum berangkat saya sudah sempatkan mandi dan sikat gigi wkwkwkwk.Sebenarnya agak malas juga berangkat ke Semarang malam itu maklum saja musim mudik sebelum lebaran 2019 sudah dimulai.
Jam setengah 12 malam saya sudah di sisi timur perempatan bypass Krian, tak lama menunggu melintas bus EKA jurusan Purwokerto saya hanya acuhkan saja maklum saya sudah sangat yakin bahwa bus EKA Semarangan akan melintas beberapa menit ke depan.
Namun dugaan saya mungkin meleset malam itu, hampir tepat tengah malam tak nampak bus EKA jurusan Surabaya Semarang yang melintas. Lamunan saya buyar beberapa saat kemudian nampak dari kejauhan lampu mayang khas bus EKA dan tak lupa tulisan CEPAT di kaca tengah depan.
Namun sejurus kemudian setelah bus agak mendekat saya baru mengetahui bahwa bus tersebut bukan trayek Semarang melainkan Magelang. Berhubung bus sudah berhenti saya putuskan naik saja agar tidak terlalu lama menunggu dan nanti saya bisa oper bus ke Semarang dari terminal Tirtonadi Solo.
Beruntung malam itu tanggal 28 Mei ternyata masih berlaku tarif biasa dan bukan tarif Tuslah Lebaran. Tarif Surabaya Solo saya tebus seharga 88 ribu rupiah plus servis makan. Di dalam bus yang hanya terisi separuh saja saya kebagian kursi di 3 lajur dari sisi kanan belakang.
Sejam lebih sempat tertidur saya tersadar bus ternyata sudah ngetem di daerah Mbrakan Kertosono. Di tempat ini bus berhenti lumayan lama untuk mencari penumpang dari Kediri yang transit, beberapa orang penumpang baru naik dari tempat ini. Akhirnya bus berangkat juga dari Mbrakan setelah kurang lebih 15 menit berhenti.
Bus pun melaju kencang melaju ke arah Nganjuk dan saya terlelap juga akhirnya. Saya terbangun dan melihat di luar kaca jendela bus ternyata masuk jalan tol Nganjuk Wilangan. Terjaga beberapa saat saya sempat merasakan ada yang tidak beres dengan kondisi bus, ada bau terbakar dari luar bus mungkin saja kampas kopling atau rem bus yang kandas.
Dan benar saja bus sejenak oleng ke arah kiri saat memasuki tikungan akhir dekat pintu gate tol. Terdengar bunyi glodak-glodak dari arah bodi depan bus sepertinya bus mengalami kendala di ban atau roda.
Sekilas saya melihat jam di HP sudah pukul 2 pagi, saya pikir dengan kendala ban meletus atau bocor akan dapat diatasi kurang lebih satu jam saja. Namun beberapa puluh menit berlalu tidak ada tanda tanda bus akan berangkat kembali, beberapa orang penumpang turun dari bus melihat kondisi sebenarnya dari bus. Saya yang mulai bosan pun akhirnya ikut-ikutan turun dari bus.
Nampak di kegelapan roda depan bus sebelah kiri tidak hanya bocor melainkan meletus tanpa menyisakan angin sedikit pun. Tak lama kemudian mobil PJR tol mendekati bus menanyakan kondisi bus yang sebenarnya kepada awak bus. Entah nasib naas apa rupanya bus yang saya naiki peralatan dongkraknya tidak mampu mengangkat badan bus dengan kondisi ban yang rusak lumayan parah.
Entah koordinasi apa yang dilakukan awak bus dengan pihak kantor, mengoper penumpang atau menunggu perbaikan yang tidak kunjung jelas. Beberapa menit kemudian nampak bus EKA jurusan Purwokerto berhenti di depan bus yang saya naiki, namun tidak ada aba aba atau perintah dari kondektur untuk kita berpindah ke bus tersebut.
Waktu tak terasa sudah satu jam lebih berlalu, ada satu orang penumpang yang tak sabar menunggu akhirnya menumpang bus EKA yang berhenti tersebut namun dengan resiko harus membayar kembali. Saya akhirnya kembali lagi ke dalam bus untuk makan sahur dengan snack seadanya dan air putih. Tak lama berselang nampak mobil derek dari pengelola jalan tol merapat di depan bus entah apa yang terjadi saya kurang tahu dan akhirnya beberapa menit kemudian mobil itupun meninggalkan bus.
Tak lama berselang nampak mobil PJR merapat di sisi seberang jalan yang lain, dari dalam mobil turun petugas PJR dan seseorang entah siapa sambil menurunkan beberapa peralatan. Saya pun tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi lantas turun ke luar.
Rupanya kru berkoordinasi dengan petugas PJR mendatangkan montir khusus atau tukang tambal ban mobil besar. Pria tersebut dengan cekatan turun ke bawah bodi bus untuk menaruh dongkrak dan menaikkan bodi bus dan mengambil ban serep bus. Beberapa menit berlalu bodi bus bagian depan terangkat sedikit demi sedikit dan ban serep berhasil dikeluarkan.
Setelahnya giliran montir tersebut mencoba melepas ban kiri bus yang nampak sudah habis anginnya. Tidak mudah ternyata melepas ban mobil besar tersebut butuh tenaga ekstra karena semua dilakukan secara manual tanpa bantuan kompresor, saya salut dengan usaha dan perjuangan si montir tersebut berbadan kecil namun kuat dan cekatan serta nampak sangat profesional. Butuh waktu hampir 20 menit untuk melepas satu ban bus saja selepas itu tinggal memasang ban serep ke tempatnya dan mengembalikan ban yang hancur tersebut ke tempat ban serep.
Saya segera naik ke dalam bus nampak do samping kanan kursi saya sopir bus tertidur dengan pulas. Jam sudah menunjukkan hampir jam 5 pagi. Beberapa saat kemudian bus nampaknya sudah siap untuk berangkat kembali, dari kaca bus terlihat petugas PJR dan sang montir telah kembali memasukkan peralatannya ke bagian belakang mobil patroli jalan tol tersebut.
Kondektur mencari cari keberadaan si sopir dan segera membangunkannya untuk melanjutkan perjalanan.
Rupanya bus keluar jalan tol dan melanjutkan perjalanan lewat daerah Karangjati. Entah ham berapa bus akhirnya sampai RM Duta 1 Ngawi. Beberapa orang penumpang bus nampak makan dan beberapa diantara yang berpuasa menunggu di luar.
Tak lama beristirahat bus melanjutkan perjalanan kembali ke Solo. Perjalanan selama ke arah Solo agak tersendat maklum pagi sudah menjelang apalagi berbarengan dengan murid murid berangkat ke sekolah dan karyawan yang berangkat ke tempat kerja masing masing.
Sekitar jam 8 pagi lebih bus akhirnya merapat ke terminal Tirtonadi Solo, kondektur mengatakan bahwa bus akan Perpal di terminal ini dan akan balik ke Surabaya karena sudah kehabisan jam. Penumpang dengan tujuan Jogja akan dioper ke bus di depan.
Dengan bersungut-sungut saya turun dari bus dan berjalan ke sisi barat terminal mencari bus tujuan Semarang. Karena kapok dengan bus Safari dan Taruna yang lelet saya putuskan untuk mencoba naik bus Rajawali. Simak perjalanan 3 jam Solo Semarang dengan bus Rajawali.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih