Kampung Warna Warni Jodipan Malang |
Selain wisata alam dan juga wahan permainan modern Malang memiliki tempat wisata tematik macam Kampung Warna-Warni yang terletak di daerah Jodipan. Wilayah ini terletak tak terlalu jauh dari pusat kota Malang. Menilik dari lokasinya bisa dibilang memang unik karena mirip dengan Kalicode di Yogyakarta yakni daerah di pinggiran sungai. Dimana di lereng-lereng dekat dengan aliran arus sungai terdapat pemukiman penduduk sekitar yang cukup padat. [Simak Kampung Warna Warni di Pantai Kenjeran Surabaya]
Entah atas inisiatif siapa, warga sekitar kemudian bersama-sama mengecat tembok dan atap rumah mereka dengan cat berwarna-warni. Saya sudah beberapa kali melewati tempat tersebut namun baru berkesempatan untuk melihatnya secara langsung beberapa hari yang lalu. Saya tidak sendiri waktu itu melainkan bersama seorang wisatawan asing asal Singapura yang kebetulan menyewa mobil saya dan sekaligus meminta saya menjadi tour guidenya.
Untung saja saat masuk di jalan sesudah jembatan dekat dengan pasar loak atau barang bekas, saya bertanya pada salah seorang pedagang disitu dimana tempat parkir mobilnya. Ternyata saya disuruh langsung berbelok di gang sebelah kanan dari tempat saya parkir. Rupanya tempat itu bukan parkir sesungguhnya melainkan seperti lokasi gudang atau pabrik, kurang memadai sebenarnya namun tempatnya teduh karena berada didalam bangunan berupa gudang.
Jalanan di kampung itu menurun tajam dan berkelok-kelok. Namun satu hal yang pasti kampung tersebut bersih dan rapi serta tertata dengan baik. Terlihat berbagai macam pernak pernik hiasan dipasang diatas jalan yang tak sebegitu lebar. Tak lama kita jumpai sebuah area lapang yang cukup luas, dimana di dindingnya terdapat beberapa latar foto boot. Sedangkan di sisi lain adalah tepian sungai yang kebetulan saat itu alirannya sedang surut.
Namun sayang tamu saya agak kecewa saat melihat beberapa orang penduduk sekitar sedang "adu ayam" di sisi seberang sungai lainnya. Terlihat juga beberapa bocah kecil asyik bermain layang-layang di tepian sungai berbatu tersebut.
Kami cuek saja, dan melanjutkan menyeberangi jembatan kaca tersebut. Saya sendiri tak tahu apakah dikenakan tarif jika hendak menyeberangi jembatan kecil itu. Ada dua orang warga yang menjaga jembatan itu namun mereka tak menarik tiket masuk kepada kami.
Di sudut awal masuk jembatan terdapat papan peringatan, tertulis disitu maksimal hanya 15 orang yang boleh berada di atas jembatan dalam waktu bersamaan. Jembatan berlantai fiber itu tak terlalu panjang mungkin sekitar 25-30 meter saja dengan lebar sekitar satu meter. Jadi hanya cukup untuk dua orang bersisihan. Tepat di tengah badan jembatan terdapat kaca tebal atau mungkin tepatnya berbahan fiberglass.
Setelah menunggu beberapa saat sesi pemotretan sang calon pengantin, kami permisi untuk melewati mereka. Lanjut ke perjalanan di sisi kampung uang lain, ternyata kami harus membayar lagi 3 ribu rupiah dan sebagai gantinya kita diberi souvenir gantungan kunci yang lucu berbentuk binatang. Tidak ada yang istimewa di sisi kampung yang lain, hampir semua tembok rumah penduduk di cat warna warni dan memiliki tema tersendiri.
Di ujung kampung terlihat beberapa warga sekitar nampak sedang membangun bangunan baru, nampak pula tulisan Kampung Tridi di sisi seberang lainnya. Untuk menjangkaunya kita harus turun lagi ke bawah dan tentu saja kita dikenakan tarif lagi. Beberapa foto boot menarik kelihatan jelas dari tempat kami berdiri. Ada bapak-bapak menawarkan satu lokasi foto boot kepada kami, letaknya telat diatas kami, bentuknya mirip pos ronda yang berada di atas jalan, lengkap dengan beberapa hiasan didalamnya dan juga bergambar tematik.
Saya tawarkan kepada tamu saya barangkali dia berminat, namun dia menolak. Tidak ada sesuatu yang spesial disana katanya. Akhirnya dengan halus saya menolak tawaran bapak bapak tersebut dengan alasan tamu saya tidak menginginkannya. Kita akhirnya memutuskan pulang dengan memilih jalan yang sama. Di salah satu sudut gang terdapat lukisan dinding yang cukup menarik, yakni gambar seorang putri dalam film kartun yang sempat booming beberapa waktu lalu.
Sambil terengah-engah kita berdua menyusuri jalanan kampung yang mulai panas karena teriknya matahari siang itu. Kembali ke tempat parkir mobil, saya menanyakan berapa tarif parkir mobil di tempat tersebut, ternyata standard saja seperti parkir di tempat lain yakni 5 ribu rupiah. Lanjut ke artikel berikutnya Wisata Omah Kayu dan Paralayang di Gunung Banyak Kota Batu.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih