Pantai Kenjeran Surabaya |
Sudah lama saya tidak menelusuri daerah tempat saya tumbuh dan dibesarkan. Rumah tinggal saya dulu sebenarnya agak jauh dari pantai Kenjeran kurang lebih 5 kilometer. Kenjeran atau Pantai Kenjeran adalah sebuah nama tempat yang cukup populer bagi warga Surabaya dan sekitarnya. Tempat dimana warga Surabaya sadar bahwa kota tercintanya sebenarnya dekat dengan laut dan pantai.
Perubahan tak banyak terjadi di daerah tempat saya dulu dibesarkan. Daerah sekitar Pogot waktu saya terakhir tinggal di sana sekitar tahun 2010 masih saja ruwet dan tak tertata rapi, lapak-lapak pedagang buah, makanan, toko-toko, bahkan pengepul barang bekas memenuhi pinggir jalan, saya tak tahu persis blue print pembangunan kota. Apakah pinggir jalan tersebut akan diperluas menjadi jalan protokol kedepannya.
Namun dengan dibiarkannya bangunan-bangunan liar tumbuh dan dijadikan tempat usaha menjadikan daerah sekitar tidak teratur dan menjadi sumber kemacetan di saat jam-jam sibuk. Saya sebenarnya malas membahas masalah tersebut karena wilayah Utara Surabaya ini seolah tak tersentuh oleh pemerintah kota dalam hal penataan ligkungannya.
Jika anda berkesempatan masuk ke kampung-kampung di sekitar daerah Surabaya Utara, anda akan mendapati atmosfer yang berbeda. Badan trotoar yang diperuntukkan pejalan kaki, ditempati lapak-lapak dagangan. Belum lagi kebiasaan warga yang seenaknya memarkir kendaraannya di tepi jalan, baik itu roda empat maupun roda dua.
Pantai Kenjeran dilihat dari jembatan Surabaya |
Saya ambil langsung jalur kiri setelah SPBU ada gang di sisi kiri jalan yang merupakan jalan tembusan ke pantai Kenjeran. Entah apa nama jalan tersebut saya sendiri sampai lupa, namun jelasnya kawasan di sekitarnya adalah daerah Bogorami. Saya ikuti jalanan itu, yang pasti ambil saja arah yang ke kiri dari jalan utama jika ada belokan. Sekitar 2 kilometer berikutnya saya sudah sampai di daerah Nambangan.
Daerah itu kini banyak berubah, dulu masih sepi sekali cenderung rawan untuk dilewati kini sudah banyak berdiri pemukiman penduduk. Saat tahun 90 an saya seringkali pergi dengan teman teman kampung bersepeda ke tempat ini untuk sekedar memancing ikan dan berenang di pinggir pantai Kenjeran.
Dahulu masih banyak terdapat tambak ikan di daerah Nambangan dan sekitarnya, pohon-pohon bakau atau mangrove, burung angsa, ikan endemis penghuni bakau seperti ikan glodokan juga banyak terdapat di situ.
Kini setelah hampir 30 tahun lebih, wajah asri dan rindang Kenjeran dan sekitarnya hilang sudah. Yang ada hanya pemukiman baru penduduk di sisi kanan dan kiri jalan dan cenderung terkesan kumuh. Saya agak sedikit terkejut saat sampai di ujung jalan Nambangan yang mendekati bibir pantai Kenjeran. Beberapa bulan tak melewati wilayah tersebut kini sudah berubah menjadi dua buah taman cantik tepat di sisi yang berhadapan. Yakni taman Bulak dan Taman Suroboyo. [Semilir Angin Pantai Kenjeran di Taman Bulak dan Taman Suroboyo]
Taman Bulak |
Taman Suroboyo |
Saya lanjutkan perjalanan menyusuri jalan tepi pantai Kenjeran yang bagian tepinya dipagari besi anyam. Nampak beberapa pengunjung di area dalam tepi pantai, mereka asyik duduk duduk di batu-batu penahan pantai dibawah rindangnya pepohonan yang ada. Rupanya ada bagian pagar yang dibuka sehingga mereka bisa masuk ke dalam.
Sementara motor mereka di parkir di tepi jalan yang ruasnya tak terlalu lebar bahkan sempit menurut saya. Nampak laut di selat Madura dalam kondisi pasang di sisi utara pemukiman nelayan Bulak terlihat jelas begitu pula jembatan Suramadu dari kejauhan. Kapal kapal nelayan sedang lego jangkar di tepi pantai.
Dari kejauhan terlihat tepian pantai yang kotor dan kumuh tak seperti beberapa puluh tahun yang lalu saat saya masih kecil, kita masih bisa berenang di tepiannya, mencari keong dan rumah siput laut di tepian pantai Kenjeran. Dahulu tepian pantai masih berwarna putih karena serpihan cangkang keong dan hewan laut lainnya, kini hanya sampah-sampah yang terlihat terbawa arus ke tepian pantai.
Upik Abu tak mau meluangkan banyak waktunya disini, kepanasan katanya, motor saya pacu menuju pantai kenjeran baru, di sepanjang jalan dekat perkampungan nelayan banyak lapak-lapak pedagang hasil tangkapan laut berupa, ikan bakar, kerang, ikan asin dll. Lucunya ikan gurame dan mujair asap dijual juga disitu, padahal keduanya bukan ikan laut.
Lapak pedagang ikan dan hasil laut di Kenjeran |
Daging ikan tersebut relatif tidak mempunyai duri, maklum saja ikan pari termasuk mamalia laut karena berkembang biak dengan melahirkan "kalau tidak salah". Duri hanya ada di bagian tulang belakang ikan, dagingnya lembut dan tidak berbau amis seperti kebanyakan ikan laut. Biasanya ikan ini diolah menjadi ikan asap untuk dimasak menjadi penyetan atau sambal ikan Pe, dan campuran dari sayur lodeh atau nangka khas Surabaya.
Upik Abu akhirnya memilih ikan mujair asap dan ikan asin mentah untuk santapan berbuka nanti sore. Sebiji mujair asap dihargai 15 ribu rupiah dan satu ons ikan asin bulu dihargai 10 ribu rupiah. Hari semakin siang, Upik Abu rupanya masih ada satu keinginan lagi, yakni membeli Oleh-oleh khas Kenjeran, yakni beraneka ragam krupuk ikan.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih