Pawon, alat masak tradisional dengan bahan bakar kayu bakar dan ranting pohon |
Mertua saya bisa dibilang ndeso, di saat saat awal penggunaan kompor gas atau elpiji beliau sangat khawatir dan sampai sampai tidak berani menyalakan kompor dan tabung elpiji 3 kg pemberian gratis dari pemerintah.
Mungkin seperti kebanyakan orang dan masyarakat lainnya, konversi energi ini hanya sekedar perubahan pola penggunaan saja namun tidak sedikit pula yang belum siap menerimanya. Terbiasa menggunakan kompor minyak, membeli dan mengisi minyak ke dalam kompor kemudian tiba tiba harus berganti menggunakan kompor dengan tabung gas. Apalagi di beberapa daerah banyak kejadian kebakaran akibat kelalaian pengguna serta akibat bocornya tabung gas membuat masyarakat terutama di daerah pedesaan takut dan was was.
Hal ini juga dialami mertua saya, beliau hanya menggunakan kompor gas untuk memasak air, menggoreng ikan, dan menghangatkan sayur. Sedangkan untuk menanak nasi dan masak besar lainnya tetap menggunakan pawon atau kompor tradisional dari tanah liat berbentuk persegi dengan bahan bakar utama adalah kayu bakar. Kayu bakar ini diperoleh secara gratis karena hanya tinggal mencari di ladang serta belakang rumah bekas ranting pohon yang patah serta kulit luar jagung sebagai pemantik apinya.
Untuk memasak nasi atau masak besar lainnya dibutuhkan waktu yang agak lama, jadi dengan menggunakan elpiji akan menghamburkan uang. Namun mengkombinasikannya dengan alat masak tradisional dan bahan bakar alternatif yang didapat dari alam sekitar masyarakat desa seperti mertua saya bisa menghemat pengeluaran bulanannya.
Kearifan seperti ini tidak bisa kita temukan di masyarakat kita, karena tentu saja tidak tersedianya alat masak.tradisional tersebut dan.tentu saja bahan baku energi alternatif tersebut yang berupa kayu bakar.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih