Sempat mendengar nama dan informasi di media massa serta cerita anak saya yang pernah berkunjung ke Masjid Tiban di daerah Turen Malang. Akhirnya libur lebaran kemarin saya beserta keluarga kesampaian juga mendatangi tempat ini.
Lokasi masjid Tiban di Turen ini sendiri berjarak kira kira 1 jam perjalanan atau kurang lebih 40 km dari pusat kota Malang. Dari alun-alun kota Malang anda ambil jalan ke arah terminal Gadang dari tempat tersebut lurus saja ke arah Dampit atau Wajak.
Anda akan menemui pertigaan dimana pas pertigaan jalan tersebut terdapat pabrik Gula KREBET, anda lurus saja ke arah Dampit. Jangan khawatir karena petunjuk jalan lengkap, kurang lebih 15 km anda akan mendapati belokan pertigaan ambil jalan yang ke arah Dampit, lurus saja sekitar 10 km anda akan sampai di pertigaan pasar Dampit. Anda lalu belok ke kanan ikuti jalanan lurus sekitar 10 km, akan ada perempatan kecil, anda belok kiri. Di perempatan tersebut terpasang arah ke masjid Tiba. Letak masjid sekitar 500 m dari perempatan tersebut.
Anda akan menemui jajaran mobil dan bus pengunjung parkir di pinggir jalan. Anda belok saja ke arah kiri dimana jalanan ke arah masjid kecil dan diapit oleh jajaran toko yang menjual oleh oleh dan souvenir. Dibutuhkan kelihaian mengendarai mobil jika parkir di dalam lokasi Masjid. Jika tidak ingin susah parkir saja mobil di gang luar namun anda akan berjalan lumayan jauh ke lokasi masjid.
Masuk ke dalam area masjid Tiban Turen tidak dipungut biaya apapun, anda hanya harus melaporkan diri berapa banyak pengunjung dan plat nomer mobil anda sebagai tanda kartu parkir serta mengisi data pengunjung yang cukup diwakili satu orang saja. Jangan lupa membawa tas plastik atau mungkin tas punggung untuk tempat sandal atau sepatu karena begitu memasuki bangunan utama anda harus bertelanjang kaki.
Interior masjid atau pondok pesantren ini dipenuhi batu pualam, marmer atau keramik dengan warna dominan biru. Masuk di pintu gerbang kesan yang saya dapat adalah teduh, dingin namun juga misterius dan penuh teka teki. Hal ini karena pencahayaan hanya berupa lampu lampu biasa yang membuat suasana di dalam semakin mencekam.
Saya sendiri tidak atau belum menemukan lokasi masjid atau tempat sholat sendiri dimana. Karena yang saya dapat adalah kesan kesan ruangan bersekat sekat seperti labirin, ada ruang tamu, ada hall atau ruang terbuka yang cukup besar dengan view yang bagus untuk berfoto foto ria.
Anda harus melewati anak tangga untuk naik dan kadang harus berpapasan dengan pengunjung lain dari arah sebaliknya. Namun jika anda mengambil arah yang benar anda tidak akan tersesat dan bertabrakan arah dengan pengunjung lain. Di lantai atas terdapat toko toko yang menjual makanan oleh oleh dan souvenir khas masjid Tiban ini dengan harga yang relatif murah.
Sekilas dapat saya simpulkan sebenarnya bangunan ini adalah pondok pesantren yang masih terus dalam tahap pembangunan. Lokasi masjid atau tempat sholat agak tersembunyi dari pengunjung, begitu juga dengan lokasi pesantrennya.
Dilihat dari denah dan layout yang rumit ada satu hal yang membuatnya istimewa dimana ternyata yang membuat rancangan adalah pendiri pondok pesantren ini sendiri yang notabene bukan seorang arsitek.
Luangkan waktu agak panjang untuk bisa menelusuri setiap bagian ruangan. Siapkan kamera dengan pencahayaan yang bagus untuk bisa mengambil momen atau view masjid yang bagus.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih