Siapa tak kenal dengan makanan yang satu ini. Ya, lumpia namanya. Kuliner khas dari kota Semarang ini sebenarnya bukan makanan yang berasal dari Indonesia melainkan dari Tionghoa, para warga keturunan yang membawa dan menyebarkannya di Indonesia.
Di kota Semarang sendiri banyak bertebaran warung warung atau toko oleh oleh yang menjual panganan ini disamping bandeng asap Juwana dan Wingko tentunya. Ada dua jenis lumpia yang biasanya dijual yakni basah dan kering, dibedakan dari kulitnya sedangkan untuk isi saya sendiri kurang begitu tahu. Untuk lumpia basah rasanya terasa lebih fresh karena lumpia tidak digoreng sedangkan yang kering sensasi rasa kriuk dari kulitnya membuat lidah kita bergoyang.
Saya sering ke kota Semarang namun jarang membawa oleh oleh untuk keluarga, seringkali istri jutek gara gara pulang tidak membawa oleh oleh. Biarin saja toh uang jatah saya keluar kota juga di press xixixi.
Di satu kesempatan ada satu rekan kerja baru, yang dengan senang hati mengantar saya dari pabrik ke hotel tempat saya menginap. Dan di tengah perjalanan dia yang akan balik langsung ke Surabaya rupanya ingin membawa oleh oleh untuk keluarganya mampir di warung. Saya hanya menunggu di mobil saja sembari mengambil foto warung penjual lumpia tersebut. Tak sampai lima menit pun dia sudah kembali sambil membawa bungkusan plastik berisi besek atau wadah kotak yang terbuat dari bilah bambu tipis.
Ah saya hanya bisa menahan ludah karena tercium harum wangi gurih lumpia. Tak berapa lama sampailah ke hotel tempat saya menginap di sekitar jalan Pemuda, sambil berpamitan pulang ternyata beliau menyodorkan sebungkus plastik berisi satu besek lumpia kepada saya. Ah rezeki anak sholeh ini namanya.
Tanpa pikir panjang saya segera lari ke lift untuk kemudian menuju ke kamar saya. Cuci tangan dan kaki sembari copot baju, akhirnya saya ke meja kerja membuka bungkusan berisi lumpia tersebut. Benar saja isinya satu besek, kemudian saya buka ternyata ada lumpia kering 3 biji dibagian atas beserta daun bawang, cabe hijau kecil, saos tauco dan acar mentimun. Namun tak hanya itu ternyata masih ada dua lumpia basah di besek bagian bawah.
Ah 5 lumpia berukuran besar, cukup untuk menu makan malam. Perlahan saya buka dulu semua aksesori pelengkapnya seperti cabe, acar dan tauco serta daun bawang. Baru saya pungut lumpia kering terlebih dahulu yang masih terasa hangat plus lelehan minyak gorengnya. Kulit luar terasa kriuk dan garing saat digigit, isian dalamnya terasa sekali daging ayamnya namun sayang sekali rasa rebung atau tunas bambu mudanya tak terasa sama sekali. Saya tak tahu pasti, apakah lumpia untuk saya ini hanya berisikan daging ayam tanpa campuran rebung.
Saya gigit cabe perlahan, lalu daun bawang dan terakhir acar tak lupa lumeran saos tauco yang khas rasanya. Habis satu potong lumpia lering beralih ke yang basah, kulitnya agak lembek dan kelihatan sangat rapuh saat akan digigit benar saja saat gigitan pertama isinya ambyar kemana mana. Namun yang jelas rasanya lebih fresh dan segar daripada yang digoreng.
Hmm kurang puas dengan dua potong lumpia saya gigit lumpia kering lagi hingga akhirnya perut tak kompromi lagi karena sudah terasa penuh. Hmm, nikmatnya lumpia Semarang apalagi dapatnya GRATISAN.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih