Pedagang Kaki Lima di Gembong dan Kapasari |
Entah lepas dari perhatian pemerintah kota Surabaya PKL (pedagang kaki lima) di daerah Gembong, Kapasari dan sekitarnya setiap hari semakin
membludak ke bahu jalan. Selepas digusur beberapa tahun yang lalu lewat proses
dialog dan akhirnya harus diusir secara paksa. Saya sempat merasakan jalanan di
sekitar wilayah tersebut bersih dan tertata rapi. Namun entah mengapa, dua
tahun terakhir para pedagang tersebut kembali secara perlahan dan kucing
kucingan dengan petugas satpol PP kota Surabaya.
Hari Minggu kemarin setelah berbelanja dari ITC Mega Grosir
depan Pasar Atom, saya hendak menuju pantai Kenjeran, setelah melewati viaduk
atau dibawah jembatan kereta api lalu berbelok ke kiri masuk ke arah jalan Gembong. Jalanan itu dulunya
banyak ditempati pedagang perabotan atau mebel bekas. Namun kini lapak lapak
rusuh dan semrawut pedagang itu sudah tak terlihat namun diujung jalan masuk
sudah nampak tumpukan ban-ban bekas menggunung.
Ah, itu hanya awal dan permulaan saja. Saya paling tidak
kenal karakter pedagang dan penjual barang rongsokan tersebut. Mereka akan
terus mencoba-coba hal yang mungkin tidak ada di pikiran kita. Setelah berhasil
menempatkan satu atau dua lapak, mereka akan terus menyebar dan memenuhi
pinggiran jalan. Saya hanya merasa kasihan dengan rumah-rumah, perkantoran atau
unit usaha yang ada di sekitarnya. Dampak terbesar yang dirasakan adalah lahan
yang ada didepan tanah mereka menjadi tertutupi dengan lapak lapak yang tidak
beraturan. Ada juga sempat terekspos ke media bahwa para PKL yang mulai merambah ke dalam gang di jalan Kapasari bersinggungan dengan warga sekitar karena barang dagangan dan lapak mereka seenaknya ditaruh dipinggir jalan sehingga mengganggu lalu lintas dan kebersihan kampung.
Beranjak agak ke tengah dan ke ujung jalan Gembong yang
satunya, ternyata pedagang pakaian bekas yang dulunya menempati daerah
tersebut, dan pernah digusur kini kembali lagi. Parahnya lagi posisi lapak
lapak mereka ada di akhir jalan menjelang tikungan. Kemacetan tentu saja akan jadi
satu hal yang pasti karena keberadaan lapak lapak liar tersebut. Namun entah
kenapa para pedagang tersebut tidak pernah berpikir akan akibat yang
ditimbulkan dan merugikan pengguna jalan lainnya. YA, prinsip mereka bahwa bumi
atau tanah manapun yang dipijak adalah tanah milik Tuhan, jadi tidak ada yang
bisa melarang untuk berjualan dan mendirikan rumah diatasnya.
Setelah berbelok ke kanan menyusuri jalan Kapasari siang
itu, nampaknya para PKL ini serasa diberi angin oleh pemkot Surabaya. Tepat di
belokan jalan menuju jalan Ngaglik para pedagang itu dengan seenaknya menggelar
dagangan di emper jalan dekat tikungan. Macet dan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan lainnya adalah satu hal
yang tidak mereka pedulikan, yang penting berjualan dimanapun ada tempat tanpa
harus dipungut biaya atau membayar sewa. Masuk ke jalan Ngaglik juga sama saja,
sisi sebelah kiri jalan adalah yang paling banyak ditempati oleh pedagang yang
kebanyakan menjual barang barang bekas tersebut.
Dan yang menggelikan dan lucu menurut saya ada mobil petugas
satpol PP yang berhenti di depan ruko ruko di jalan Ngaglik tersebut. Mereka
hanya dudu manis di dalam mobil tanpa ada usaha untuk menertibkan para PKL
tersebut. Sekedar menghimbau kepada pemerintah kota Surabaya, peraturan harus
ditegakkan, semua kegiatan usaha yang melanggar harus ditindak dan ditertibkan
tanpa pandang bulu. Jika dibiarkan terus akan dianggap sebagai kegiatan yang
legal atau wajar, dan pemerintah kehilangan pamor di mata warganya.
Di balik keberhasilan bu Risma menata kota Surabaya mungkin
ini menjadi nilai minus bagi Beliau menurut saya. Tindakan keras harus
dilakukan ibu Walikota agar tidak ada kesan pembiaran terhadap para PKL ini,
saya yakin jumlahnya akan terus bertambah setiap harinya dan yang pasti mereka
terus akan mencari celah-celah dimana mereka dapat berjualan entah dimanapun
itu.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih