Sopir bus Semarang-Solo |
Agak susah memang mengorek pengalaman para juru mudi jet darat ini, saya hanya berkesempatan dua kali mengenal mereka lebih jauh dan pembicaraan yang terjadi tak begitu panjang sehingga tidak banyak informasi mendalam yang bisa saya dapatkan.
Yang pertama yakni dengan supir bus Eka yang kebetulan saya naiki dari terminal Terboyo Semarang ke arah Surabaya. Kurang lebih seperti ini kisahnya, beberapa tahun yang lalu saya sempat transit dari arah Tegal ke Semarang untuk kemudian lanjut ke Surabaya. Sengaja saya tidak masuk ke dalam Terminal Terboyo melainkan hanya menunggu bus di jalan keluar terminal tepat di jalan raya Kaligawe.
Sekilas saya lihat lampu tunggal di bagian tengah atas bus yang merupakan ciri khas dari bus EKA Cepat. Bus ini selepas masuk ke arah terminal tidak lurus melainkan langsung berbelok kembali menuju arah ke tol. Segera saya lambaikan tangan dan sejurus kemudian bus berangkat membelah gelapnya malam itu. Saya coba ambil kursi hot seat yakni persis di belakang pengemudi.
Hanya ada dua penumpang saja yang naik dari Kaligawe saat itu, kernet segera menarik karcis setelah bus masuk jalan tol. Iseng saya coba bertanya, Mas lapo bis e gak mlebu terminal. Mas kenapa bis ini tidak masuk terminal. Dia hanya menjawab singkat, jam e ra nutut Mas. Jam nya gak keburu Mas.
Hmmm saya segera paham maksudnya. Ini berarti percuma saja bus masuk ke terminal Terboyo karena jatah istirahat mereka sudah tidak ada dan harus cepat balik lagi ke arah Surabaya. Saya hanya mengerenyitkan dahi. Sembilan jam sopir diatas kemudi Surabaya ke Semarang dan tanpa istirahat cukup harus balik lagi ke Surabaya dengan lama perjalanan yang kurang lebih sama. Delapan belas jam Mas bro, para sopir bus tersebut diatas kemudi melaju diatas aspal jalanan.
Seingat saya tidak banyak penumpang baru yang naik selepas tol kemudian turun di Sukun. Sepanjang sisa perjalanan menuju Solo, sang kernet sudah ambruk ketiduran, saya yang berada persis di belakang sopir bus bisa merasakan bahwa si juru mudi ini kecapekan, berulang kali tangannya memegang tengkuknya yang mungkin sudah tegang dan panas.
Dengan galau dia mencoba merokok menghilangkan rasa kantuknya, di saat itu saya bertanya dengan pelan, Mas ngantuk tha. Dia menjawab lirih, iyo Mas gak leren blas. Sambil melirik ke arah kiri melihat kernetnya yang tertidur pulas. Sampeyan jak ngomong aku wae Mas ben aku ra keturon.
Sisa perjalanan dari Ampel, Salatiga, Boyolali dan masuk ke Solo, saya coba basa basi mengajak ngobrol dan nyatanya dia memang ngantuk berat beberapa kali setir agak nyeleot, dan beruntung hampir 2.5 jam kita tiba di Solo. Tak banyak penumpang naik dari Terminal Tirtonadi Solo saat itu, namun saat bus kembali berjalan ke arah Surabaya saya bisa rasakan gocekan si sopir mulai normal, mungkin saat berhenti di terminal dia sempat tidur sebentar. Simak artikel "Jalan itu bernama Neraka" dari trip report Surabaya-Solo.
Saya pun tertidur hingga kernet menyalakan lampu tanda saat rehat sebentar di RM Duta Ngawi. Setelah istirahat kurang lebih 15 menit di tempat tersebut bus pun kembali melaju ke Surabaya di sisa perjalanan saya tertidur lelap setelah sebelumnya saya lihat kernet telah pulih kembali dan si sopir sudah agak hilang rasa kantuknya.
Thanks kepada beliau para sopir bus malam yang telah menjadi teman selama perjalanan. Hati-hati di jalan Bos, sanak keluarga anda menunggu di rumah.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih