Sumber: memegenerator.net |
Saya tulis artikel ini berdasarkan kejadian nyata yang saya alami. Sebagai warga perumahan dan tinggal di cluster atau blok perumahan yang saya tempati bisa dibilang cukup nyaman.
Jarang ada kejadian menonjol akibat ribut dengan tetangga dan sebagainya, maklum saja rata rata penghuni blok suami istri sama sama bekerja dari siang hingga sore hari, jadi lepas pagi saat jam kerja hanya tersisa para asisten rumah tangga atau baby sister yang mengasuh anak anak tetangga.
Saya terbilang warga yang "lawas" atau cukup lama mendiami rumah di blok tersebut. Dari awal hanya ada beberapa rumah yang ditempati pemiliknya di gang tempat saya tinggal.
Istri saya tergolong cukup tangguh dan berani mendiami rumah tersebut karena sempat selama 5 tahun saya tinggal merantau di Jakarta, hanya istri dengan anak sulung saya yang saat itu berusia 5 tahun. Kenapa saya bilang berani karena sebelah rumah adalah lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar dengan luasan 400 meter persegi dan dibelakangnya adalah sungai dan pohon pohon pisang milik warga kampung.
Sedangkan persis di sisi kanan dan depan rumah saat itu masih belum dihuni pemiliknya begitu juga sisi sebelah tanah kosong. Untung dalam masa itu tidak ada kejadian yang aneh aneh menimpa istri saya, hanya ada sekali saja saat maghrib istri dan anak saya saat akan masuk rumah selepas mengaji di masjid mendengar suara memanggil mereka. Buru-buru karena ketakutan keduanya lari ke dalam rumah.
Setelah beberapa tahun berselang, ketiga rumah diatas sudah ditinggali penghuninya hanya rumah depan saja yang kembali ditinggal pemiliknya karena harus kembali lagi tugas di ibukota dan mengajak serta anak istrinya.
Masalah timbul semenjak tetangga sebelah tanah kosong merintis usaha kateringnya dan usaha menyuplai bahan makanan ke sebuah rumah sakit. Berawal dari beberapa hari istri yang menjemur pakaian di sebelah tanah kosong namun persis di samping rumahnya, saya sudah mengingatkan Upik Abu jangan menjemur pakaian di tempat tersebut, mending dipinggirkan ke sebelah tembok rumah saja mencegah omongan tidak enak tetangga.
Hal ini sudah bisa saya duga dari awal karena "maaf-maaf" dari wajah istri tetangga sebelah yang tidak pernah senyum, sinis dan arogan. Berbeda dengan suaminya yang kadangkala masih mengajak ngobrol saya saat ada kesempatan.
Akhirnya hari "H" tersebut datang, persis di sebelah jemuran yakni di tembok rumahnya terpasang kertas yang sengaja di print dan ditaruh dalam plastik bertuliskan "DILARANG MENJEMUR PAKAIAN DISINI" , istri saya pun bersungut-sungut saat itu dan mengajak saya memindahkan jemuran ke depan rumah sendiri.
Saya hanya tertawa dan berkata "Benar khan kata saya, kamu sih gak percaya?" Selang beberapa hari istri mendapat informasi dari tetangga lainnya bahwa saat itu ada ular merambat di jemuran pakaian milik kita, itulah alasan mereka melarang kita menjemur pakaian di sebelah rumahnya yang notabene tanah kosong.
Selang beberapa bulan berlalu, asisten tetangga tersebut keluar dengan alasan yang saya sudah bisa tebak, namun asisten ini dulu bersikap sangat baik dengan saya dan keluarga. Jarang sekali dia berani memarkir sembarangan motornya di depan rumah saya, selalu di parkir depan halaman atau dimasukkan ke dalam rumah majikannya.
Saya bersyukur usaha milik tetangga tersebut terus maju, dia lantas merekrut 3 orang asisten baru untuk menjalankan kateringnya. Disini masalah mulai timbul, entah dari keinginan sendiri, atau karena takut dengan majikannya atau memang sengaja memanas-manasin saya sebagai tetangga sebelahnya.
Seringkali atau bahkan tiap hari mereka dengan seenaknya memarkirkan sepeda motornya didepan rumah saya, maklum depan rumah sangat rindang dan adem karena tertutup timbulnya daun pohon mangga milik saya.
Jarang sekali mereka parkir di depan halaman majikannya karena mungkin takut motornya kepanasan karena tidak ada naungan sama sekali, apalagi memasukkan motor mereka kedalam garasi rumah. Mungkin saja takut dengan majikannya yang cerewet, bawel dan arogan tersebut.
Saya sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut pada awalnya, namun lambat laun saya merasa tersiksa dengan kondisi tersebut, di saat pulang dari bepergian dan ingin memarkirkan sementara tidak bisa karena terhalang motor motor tersebut. Saya pun lebih banyak mengalah dan langsung memarkirkan mobil ke garasi rumah.
Sebenarnya asisten tetangga sebelah juga punya rasa segan ini terbukti jika saya ada di depan rumah mereka tidak berani menaruh motornya di jalan depan persis rumah saya, namun jika tak ada orang langsung saja mereka menaruh dengan seenak enaknya padahal halaman depan majikannya kosong.
Dan beberapa hari yang lalu kesabaran saya hampir habis, ada sepeda angin butut terparkir dengan namanya persis di depan pagar rumah, dan menghalangi mobil yang akan saya keluarkan dari garasi. Saya sudah naik pitam saat itu, dan langsung menuju rumah tetangga, namun di teras rumah tak nampak siapapun. Kemarahan saya teredam setelah istri memanggil saya dan berkata "Sudahlah Mas, jangan ribut, kita pinggirkan saja sepedanya".
Di sepanjang perjalanan, saya kesal dan menggerutu karena hal itu, istri berusaha menenangkan hati saya.
Dan hari ini terjadi kembali kejadian yang kedua, sengaja saya undang kakak ipar untuk memotong dahan-dahan pohon mangga yang terlalu rimbun. Tetangga sebelah buru-buru keluar menengok apakah saya membuang potongan dahan pohon di dekat tembok rumahnya atau tidak. Istri saya yang tahu jelas hal tersebut dan berkata pada saya, motor motor asisten nya terparkir rapi didepan jalan rumahnya saat itu.
Kebetulan mobil saya taruh di garasi milik tetangga rumah sebelah kanan yang kebetulan sedang keluar kota. Hujan lebat sesaat kami berdua selesai memangkas dahan dan ranting pohon mangga milik saya.
Sejam kemudian hujan pun reda, dan badalah.....motor motor yang sebelumnya terparkir rapi di depan rumah tetangga sebelah tersebut berpindah tempat parkir berserakan di depan rumah saya begitu juga sepeda angin yang berada hampir persis di depan pintu garasi.
Kakak ipar yang tahu kejadian tersebut segera memanggil saya, sekarang saatnya kamu tegur biar mereka tidak kelewatan. Saya pun keluar membawa kunci mobil dan dengan bersungut sungut memanggil seseorang yang terlihat keluar dari rumah tetangga tersebut, "Pak tolong sepeda sampeyan geser ke halaman depan rumah situ sendiri mobil saya mau parkir disini".
Seingat saya dia bukan salah satu assisten tetangga sebelah sebenarnya, saya pun kurang tahu dia siapa. Dia segera meminggirkan dua motor yang ada dan sementara saya baru tahu pemilik sepeda angin yang terparkir "manis" di depan pintu garasi. Tanpa permisi dan rasa bersalah dia nglewes berlalu dari hadapan saya. Saya hanya bisa mengelus dada, brengsek juga orang ini. Orang timur yang gak tau sopan santun.
Sementara dari kejauhan saya lihat si bapak yang meminggirkan sepeda mengobrol dengan salah satu assisten sebelah, entah apa yang diomongkan, namun dari raut muka asisten tersebut nampak cuek saja tanpa rasa bersalah apapun.
Ya, sekarang saya cuman bisa bilang, TETANGGA MASA GITU.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih