Pagi ini saya mendapatkan pengalaman menarik yang sayang untuk dilewatkan. Sesampainya di terminal Bungurasih seperti biasa saya turun di pintu kedatangan bus antar kota, kemudian beringsut ke kiri di dekat ruko PT Gudang Garam daerah Medaeng.
Saat berjalan banyak ojek pangkalan menawarkan jasanya termasuk juga taxi taxi yang mangkal di sepanjang jalan tersebut. Sambil berjalan saya nyalakan aplikasi Gojek, aplikasi tersebut hanya berputar-putar mencari driver Gojek yang tersedia namun selama beberapa saat tak berhasil.
Akhirnya pesanan tersebut saya batalkan dengan alasan menunggu terlalu lama, dan membuat pesanan baru hasilnya juga nihil, hingga pesanan yang keempat rupanya keberuntungan menyertai saya, orderan saya ada yang pick up. Namun dari Maps saya lihat posisi driver lumayan jauh sekitar 10 menit dari tempat saya berada. Tak apalah, di kolom noted saya tulis depan ahli gigi seberang kantor Gudang garam.
Tak lama saya melihat pergerakan motor si driver di aplikasi saya. Namun selang beberapa menit kemudian dia menelepon saya dan kembali menanyakan posisi saya tepatnya dimana? Saya jawab sesuai dengan yang ada di kolom remark.
Namun dia meminta saya beranjak agak jauh ke dekat pintu keluar bus dalam kota ini berarti saya harus berjalan 100 meter ke kiri. Mau tak mau saya harus melangkah ke tempat itu. Dan benar saja dia sudah menunggu ditempat itu bersama beberapa orang rekannya dan beberapa calon penumpang GoJek lainnya.
Kita pun meluncur ke arah bandara Juanda dan di tengah perjalanan saya menanyakan kenapa kok semakin jauh saja lokasi penjemputan di dekat terminal Bungurasih, jawabannya cukup jelas yakni gesekan dengan para ojek pangkalan yang merasa terusik rejekinya dengan kehadiran ojek online ini.
Sebenarnya sudah ada kesepakatan dari kedua belah pihak namun agaknya para pengopang atau ojek pangkalan menebarkan intimidasi kepada pengojek online yang mangkal di sekitar terminal bus terbesar di Jawa Timur itu.
Dari beberapa kesaksian pengemudi ojek online yang saya naiki di terminal Bungurasih tersebut ada yang menyebutkan pernah diintimidasi oleh tukang ojek pangkalan dan taxi yang mangkal di luar area terminal. Intimidasi itu berupa pengusiran, bentakan dan bahkan pemukulan oleh pihak ojek pangkalan. Padahal sebelumnya para pengojek online sempat menguasai daerah sekitar pintu masuk bus antar kota terminal tepatnya di depan ruko seberang kantor Gudang Garam.
Namun kini wilayah itu dikuasai oleh para ojek pangkalan sekarang, secara jumlah sebenarnya ojek online lebih banyak dibandingkan ojek pangkalan. Entah kesepakatan apa yang menyebabkan para pengojek online akhirnya harus merelakan tempat mangkal itu kepada pengojek pangkalan. Saya hanya berharap kedua belah pihak mengenyampingkan ego masing masing dan tidak saling memusuhi satu dengan yang lain.
Bagaimanapun rejeki sudah ada yang mengatur, percaya atau tidak di pasar banyak pedagang daging yang menjual barang dagangan yang sama, bahkan saling berdempetan lapaknya satu dengan yang lain namun diantara mereka pembeli akan membeli ke pedagang yang mereka suka dan secara hukum alam sudah ada yang mengatur kemana mereka hendak membeli.
Ya itu memang sudah hukum alam.siapa yg tidak menguasai dunia akan tergerus jaman untuk kita mesti belajar dr kehidupan ini.
ReplyDelete