Bus EKA berhenti di RM DUTA Ngawi |
Seperti biasa sekitar jam enam petang lebih beberapa menit saja bus Taruna yang saya naiki tiba di terminal Tirtonadi. Terminal Tirtonadi yang di klaim sebagai terminal bus terbaik di Indonesia dengan fasilitas yang hampir disamakan dengan bandar udara.
Buru-buru saya beringsut ke area terminal sebelah kiri dari pintu kedatangan bus menuju masjid Al Mushafir yang ada didalam area terminal tersebut. Tak lupa saya titipkan tas dan ransel saya di tempat penitipan yang sudah disediakan.
Namun untuk barang berharga seperti kamera, I pad dan lain-lain saya bawa dalam tas pinggang kecil. Saya belum berani ambil resiko untuk menitipkannya, walaupun selama ini tas yang berisi laptop juga aman aman saja. Ah rupanya sholat maghrib berjamaah sudah usai, segera saya sholat Maghrib sendirian kemudian saya jamak sholat Isya' sekaligus.
Buru-buru saya beringsut ke area terminal sebelah kiri dari pintu kedatangan bus menuju masjid Al Mushafir yang ada didalam area terminal tersebut. Tak lupa saya titipkan tas dan ransel saya di tempat penitipan yang sudah disediakan.
Namun untuk barang berharga seperti kamera, I pad dan lain-lain saya bawa dalam tas pinggang kecil. Saya belum berani ambil resiko untuk menitipkannya, walaupun selama ini tas yang berisi laptop juga aman aman saja. Ah rupanya sholat maghrib berjamaah sudah usai, segera saya sholat Maghrib sendirian kemudian saya jamak sholat Isya' sekaligus.
Jajaran warung warung makan di Terminal Tirtonadi Solo |
Usai bertemu dengan sang Ilahi, rupanya perut tidak mau berkompromi, segera saya cari warung yang berada banyak di sisi kanan dan kiri selasar terminal. Ada satu warung pojok yang menarik perhatian, segera saya menuju kesana dan memesan semangkok bakso panas dan sembari menunggu saya comot sosis Solo yang terjajar rapi dengan aneka gorengan lainnya di meja.
Ada hal yang lucu rupanya, pemilik warung rupanya sedang bertengkar dengan teman lelakinya atau mungkin pacar bahkan suaminya saya kurang tahu. Sedikit mengganggu dua orang pengunjung disitu termasuk saya, namun tak lama keduanya pun diam.
Aneka gorengan di warung pojok Terminal Tirtonadi Solo |
Namun dia bersikeras bahwa kadang bus patas itu lewat didaerahnya. Dia lebih memilih bus patas karena lebih nyaman dan tidak berdesak-desakan seperti bus kelas ekonomi. Alasan yang sangat masuk akal maklum malam hari itu adalah hari Jumat saat yang pas bagi para penglaju untuk pulang ke daerah masing-masing menghabiskan akhir pekan bersama keluarga.
Setelah dua batang rokok habis saya segera membayar bakso satu mangkok, satu potong sosis solo dan segelas teh hangat semua dihargai 22 ribu sebuah harga yang sangat mahal mengingat ada di papan tulisan bahwa semangkok bakso 12 ribu berarti segelas teh hangat dan sepotong gorengan seharga sepuluh ribu rupiah wakwaw.
Berarti satu pelajaran tambahan kadang harga di papan menu tak sesuai kenyataan, namun ada juga warung langganan saya di terminal Tirtonadi tepatnya dekat ruang tunggu keberangkatan bus yang ke arah Jogja dan Semarang mematok harga wajar seperti warung warung di luar terminal.
Lajur keberangkatan bus arah Surabaya di Terminal Tirtonadi Solo |
Setelah hampir 15 menit menunggu akhirnya dari kejauhan nampak bus patas Eka muncul dari kejauhan. Rupanya tidak hanya saya yang menunggu bus tersebut, beberapa orang calon penumpang telah menunggu di sisi lajur keberangkatan. Segera setelah pintu bus terbuka dan beberapa orang penumpang turun, buru-buru penumpang naik saya lebih memilih naik dari pintu belakang karena terlihat lebih sepi di belakang. Akhirnya saya mendapatkan kursi di sisi kanan bus dekat pintu belakang.
Bus EKA rehat di RM Duta Ngawi |
Beruntung sampai menjelang kota Sragen saya hanya duduk sendirian saja sampai akhir perjalanan. Sehingga malam itu saya bisa menikmati perjalanan dengan tidur nyenyak di sepanjang malam. Kurang lebih dua jam perjalanan dari kota Solo akhirnya sampailah bus di kota Ngawi.
Tiba di RM Duta Ngawi saya hanya mencuci muka dan ke toilet yang sekarang kurang terawat kebersihannya tercium dari bau yang kurang sedap atau mungkin pengunjung saja yang kurang peduli dengan orang lain sehingga saat habis buang air tidak mau susah susah mengguyur dengan cukup air.
Tiba di RM Duta Ngawi saya hanya mencuci muka dan ke toilet yang sekarang kurang terawat kebersihannya tercium dari bau yang kurang sedap atau mungkin pengunjung saja yang kurang peduli dengan orang lain sehingga saat habis buang air tidak mau susah susah mengguyur dengan cukup air.
Lepas dari Ngawi melewati jalanan Karangjati yang kurang mulus tidak seperti dulu melewati hutan Saradan pak sopir beberapa kali overtake secara mengejutkan dan mengerem mendadak karena berpapasan dengan mobil laon di depan. Memasuki kota Nganjuk saya masih sedikit terjaga dan entah kemana pikiran saya seyelah itu mungkin pergi melayang layang peri peri tidur.
Bus melaju kencang tanpa saya sadari ternyata bus naik tol SUMO entah masuk dari Kertosono atau dari Mojokerto yang pasti saat terjaga saya melihat dari kaca bus hendak keluar dari pintu TOL, saya coba amati keadaan di luar ternyata bus keluar dari pintu tol Sumo didaerah Legundi, ini berarti bis tidak mengisi solar di Balongbendo. [Simak Tol Surabaya Mojokerto]
Bypass Krian Sidoarjo saat malam hari |
Akhirnya pas ditengah belokan seberang pos jaga polisi bypass Krian saya turun. Turun dari bus sekitar jam 1 malam rupanya banyak tukang ojek yang masih mangkal dan menawarkan jasanya. Saya tolak dengan halus dan mengatakan saya dijemput. Ah untung saja saya tidak kebablasan dan kondektur tidak lupa mengingatkan setiap penumpangnya untuk turun di tujuan yang diinginkan. Thanks again to PO EKA.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih