Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

MENYUSURI KOTA TUA SURABAYA "SISA SEJARAH YANG TERLUPAKAN"

Bangunan Tua di ujung jalan Gatotan
Baru saja saya memiliki kesempatan untuk putar-putar kota Surabaya seorang diri, maklum saja si Krucil dan Upik Abunya saya tinggal di rumah kakak ipar yang baru saja melahirkan. Sebenarnya rencana tersebut hanya sebagai bonus saja karena tujuan saya sebenarnya adalah mengambil surat mobil (BPKB) di salah satu bank yang terletak di jalan Veteran Surabaya.


Lokasi Wisata Kota Tua Surabaya
Sepertinya saya harus lebih banyak mengeksplor lagi kota kelahiran tercinta ini, karena nyatanya beberapa bulan terakhir lebih “terkagum kagum” dengan keelokan dan keindahan KOTA TUA SEMARANG. Padahal seperti Malin Kundang, saya durhaka terhadap kota tempat lahir dan dibesarkan. Untuk itu saya buat artikel spesial akan kebanggaan terhadap kota Surabaya.

Bangunan tua di jalan Bibis
Dari arah Krian saya menuju jalan Veteran di pagi hari sempat terjebak macet di jalanan Kletek dan Sepanjang, lalu stag di bunderan Dolog, sementara hambatan nyaris tak saya temui waktu melintas di jalan Ahmad Yani. 

Sedikit tersendat di jalanan depan Royal Plaza yang kemudian melintasi rel kereta dekat RSI Wonokromo. Hingga masuk jalan Diponegoro sampai naik fly over Pasar Kembang. Saya belok ke kiri menuju jalan Arjuno dan masuk ke jalan Semarang Gundih depan stasiun Surabaya Pasar Turi.

Sedikit merambat di TL perempatan dekat PGS dan Pasar Turi Baru, hingga akhirnya saya tembus ke jalan depan Tugu Pahlawan, sengaja saya tidak berbelok lagi ke kiri ke jalan Indrapura melainkan belok kanan menuju jalan depan Kebon Rojo seberang Kantor Pos. Saya berhenti di TL perempatan untuk kemudian jalan lurus ke arah Indo Plaza atau jalan Semut Kali orang Surabaya biasa menamai tempat itu.

Bangunan Tua di sisi sebelah kanan jalan Veteran Surabaya
Setelah melewati jembatan saya langsung belok ke kiri ke jalan yang mengarah ke Jembatan Merah, nah dari situ petualangan KOTA TUA SURABAYA dimulai. Pas setelah tikungan dekat POM Bensin atau SPBU di jalan Bibis terdapat bangunan tua yang masih berfungsi sebagai gudang atau toko saya kurang tahu, namun kondisinya sendiri masih sangat terawat. Itu dikarenakan bangunan lama tersebut masih digunakan beraktifitas oleh pemiliknya. Kemudian beberapa meter setelahnya terdapat Gereja Bibis dengan warna dan arsitekturnya yang lumayan antik didominasi warna krem dan coklat tua.

Bangunan Tua di sisi sebelah kanan jalan Veteran Surabaya
Melewati jalan Coklat nampak di kanan kiri jalan bangunan bangunan tua peninggalan Kolonial ada yang masih terawat seperti di sisi sebelah kiri jalan sedangkan di sisi kanan jalan banyak yang mulai rusak. Ada satu bangunan yang terletak persis di belokan jalan yang cukup bagus viewnya untuk dipotret namun sayang bangunan tua tersebut mulai keropos dan yang menggemaskan adanya banner atau poster iklan rokok yang ditempel dilantai dua bangunan. [Ke Kota Tua Surabaya dengan Bus Suroboyo]

Saya hanya bisa menggeleng geleng kepala saja, peninggalan bangunan bangunan di Surabaya sebenarnya jauh lebih banyak dan berharga dibanding “MAAF” dengan Kota Tua Semarang dan Jakarta. Namun sayang seribu sayang tangan dingin Bu Risma belum atau lupa menjamahnya. Tidak seperti area KOTA TUA di Semarang, ruang lingkup KOTA TUA di Surabaya lebih luas namun di kota lain peninggalan berupa bangunan bangunan bersejarah tersebut sudah dijamah pemerintah kotanya walaupun belum maksimal.

Bangunan bekas gedung PT PELNI di jalan Pahlawan
Lain halnya dengan di Surabaya, bangunan di sepanjang jalan menuju Jembatan Merah tersebut kumuh, kusam dan tak terawat, banyak pemulung dan pedagang asongan mendirikan bedak atau lapak lapak di depan rumah rumah tua tersebut. 

Saya sempat berhenti sejenak di depan Jalan Gula yang terkenal sebagai tempat para travelling, backpacker dan pencinta fotografi mengabadikan tempat bersejarah tersebut. Nampak bangunan di sisi dan kanan jalan tembok tembok lamanya yang telah rapuh dimakan usia. Agaknya bangunan yang mulai lapuk dimakan usia itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar fotografi. [Simak Suatu Malam di Jalan Gula Surabaya]

Di tempat atau wilayah ini seperti yang saya kenal sebelumnya karena kebetulan saya juga lahir di Surabaya bagian Utara dekat dengan makam atau kuburan Rangkah sedikit agak rawan saat sore dan malam hari. Kalau dikomparasi dengan Wisata Kota Tua Semarang tentu sangat jauh, di sekitarnya sudah dibangun kafe kafe dan resto bertemakan OLD CITY sehingga saat malam hari suasana terasa aman dan nyaman. Ah, kapan pemkot Surabaya memiliki inisiatif seperti harapan saya???

Bangunan Tua di sisi sebelah kiri jalan Veteran Surabaya
Berbelok kemudian ke kiri melewati Jembatan Merah yang terkenal itu, nampak di sisi seberang hotel Ibis Rajawali yang kondang tersebut. Sementara di sisi kiri trotoar dekat sungai kini digunakan PKL yang entah berdagang apa di situ. Memang mereka berjualan di sisi kiri trotoar namun sebagai pengguna jalan tentunya saya risih kalau ada badan jalan trotoar digunakan untuk berjualan.

Tugu Pahlawan
Saya sudah berada di jalan Veteran tentunya saat itu, nampak jajaran bangunan tua sisi kiri dan kanan jalan. Beberapa diantaranya dimanfaatkan untuk perkantoran baik pemerintah maupun swasta, ada gedung tua tempat kantor Maybank, Jiwasraya, serta bangunan lama POLRESTA SURABAYA, kemudian di ujung jalan Gatotan ada bangunan lama yang digunakan sebagai kantor oleh AA Energy.

Bus Surabaya Archieve Heritage Track
Hingga akhirnya saya berhenti di depan kantor bekas PT PELNI dan entah apa nama bangunan disebelahnya persis di seberang Bank Indonesia jalan Pahlawan. Saya menepi sebentar di depan kantor Gubernur Jawa Timur untuk memotret Tugu Pahlawan sebagai ikon penting Kota Surabaya. Rasanya belum puas saya mengeksplor semua peninggalan bersejarah di Surabaya, mungkin satu saat akan saya luangkan banyak waktu untuk menjelajah lebih dalam satu persatu bangunan yang ada.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda

Archive

Show more