Alhamdulillah akhirnya kedua keponakan saya masuk ke SMP Negeri di daerahnya masing-masing, ya walaupun bukan SMPN favorit namun paling tidak kerja keras mereka selama ini terbayar LUNAS.
Saya sebenarnya sempat pesimis dengan keponakan saya yang laki laki karena waktu proses pendaftaran secara online namanya tidak tercantum di urutan terbawah sekalipun. Namun rupanya dengan model penerimaan siswa baru yang tidak hanya mengandalkan nilai UN saja, rupanya memiliki dampak positif khususnya bagi murid murid dari sekolah yang bisa saya bilang "TIDAK OBRAL NILAI" pada para siswanya.
Sempat hangat menjadi pembicaraan publik bahwa ada seorang murid SMA di Jawa Tengah yang berani membeberkan kecurangan dari pihak sekolah yang dengan sengaja membantu para siswa nya pada saat UN agar para siswanya mendapat nilai baik.
Saya mungkin tipikal orang yang tidak GRUSA GRUSA atau tergesa gesa untuk memutuskan satu pendapat, pada contoh keponakan saya, saya coba selidiki lebih lanjut kasusnya, dia mendapat nilai UN hanya 24 koma sekian dan nilai test langsung sebesar 39 koma sekian. Sehingga nilai totalnya adalah 63 koma sekian.
Saya coba membuka data dari pesaing pesaingnya, ternyata ada beberapa siswa walaupun tidak semuanya dari satu SD tertentu memiliki nilai rata rata UN yang lumayan tinggi yakni diatas 26 koma... banyak yang tidak bisa diterima di sekolah yang dituju walaupun itu pilihan ketiga / terakhir karena nilai TEST LANGSUNG mereka jelek.
Saya bukan berburuk sangka namun dari beberapa sample siswa dari SD tersebut memiliki nasib yang sama tidak bisa diterima karena hal tersebut. Kalo kita berandai andai dengan nilai UN yang mereka dapatkan dengan diatas 26 koma tentu saja haruslah mereka anak anak yang pintar dan hasil TEST LANGSUNG tentunya tidak akan jauh berbeda hasilnya, namun apa dikata justru sebaliknya.
Seharusnya pihak sekolah harus banyak bercermin diri jangan hanya mengejar nilai UN yang tinggi pada lulusan mereka, ini akan percuma bila berbanding terbalik jika banyak siswa lulusan mereka yang tidak bisa masuk SMP Negeri karena kemampuan mereka yang sebenarnya kalah dengan murid dari SD yang lain.
Saya terus terang prihatin dengan hal ini, pada jaman saya dahulu banyak teman SD yang tidak bisa naik kelas karena memang belum saatnya naik dan belum bisa lulus karena memang belum saatnya LULUS. Guru hanya bisa membantu murid dalam hal belajar tidak lebih, usaha dan kerja keras murid sendiri yang menjadi penentunya. Sedangkan sekarang saya tidak bisa berkata banyak, murid hanya dilihat dari nilai yang didapat tidak dari usaha dan kerja kerasnya, begitu juga dengan pihak sekolah dinilai bagus jika semua muridnya LULUS dan nilai rata rata UN yang tinggi.
Semoga menjadi bahan renungan bagi semua....
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih