Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Nggak Lagi Naik Bus Patas Sinar Mandiri Mulia (Semarang Surabaya)

Karena telat berkemas pulang dari pabrik, saya sampai di sisi kiri jalan masuk terminal Terboyo bus Jaya Utama Indo dengan waktu keberangkatan jam setengah 3 sore rupanya sudah berangkat, namun saya sempat melihatnya di arah jalanan menuju ex terminal Terboyo.

Ternyata yang sudah parkir di tempat itu adalah bus Patas Sinar Mandiri Mulia, sedari awal "feeling" saya lihat penampakan bus ini dari luar sudah gak enak. Bus Patas ini nampak lusuh dan berumur, bagian luar depan dekat pintu bus sudah keropos dimakan karat. Namun keputusan harus saya buat karena kondektur berkata 5 menit bus akan berangkat. 

Seandainya saya menunggu bus Jaya Utama Indo yang ada di belakang, maka saya harus menunggu kurang lebih sejam lagi untuk berangkat. Akhirnya saya melangkah masuk ke dalam bus, interior dalam bus tidak sama baiknya dengan kondisi exterior bus, nampak tambal sulam dibagian dashboard atas dekat dengan lubang AC. Hawa di bus juga terasa hangat tidak terasa dingin seperti layaknya bus kelas Patas. Kursi bus juga masih jok lama hanya ditambahkan cover jok atas di bagian sandaran.

Penumpang yang naik sudah lumayan banyak sekitar 10 orang lebih, saya memilih kursi sisi sebelah kanan sekitar 4 seat dari belakang. Tak lama kemudian bus mulai berjalan meninggalkan area dekat ex terminal Terboyo. Untung saja sudah tidak terjadi kemacetan di area Genuk arah ke Sayung Demak. Bus berjalan lancar dengan derungan mesin yang kasar, beberapa kali bus berguncang lumayan keras dan sangat terasa shockbreaker berguncang.

Kondektur bus mulai menarik tiket, 140 ribu rupiah rupanya ongkos bus Sinar Mandiri Mulia dari Semarang ke Surabaya. Namun ada yang aneh di sobekan tiket bus tersebut. Sobekan tiket yang saya terima kecil sekali tidak seperti tiket bus lainnya. Dan yang pasti tidak ada kupon makan didalamnya. 

Lepas itu saya terlelap walaupun agak sedikit gerah karena AC bus tidak terasa dingin. Lepas dari kota Kudus saya terjaga terus terjaga dan hanya sedikit terlelap dalam tidur "ayam". Lepas Kudus lalu bus melewati tengah kota Pati kemudian Juwana hingga ke Rembang. 

Alhamdulillah hujan deras saat bus melewati kota Rembang, suasana di bus menjadi sedikit agak lebih sejuk. Tak lama kemudian bus berhenti di sebuah rumah makan. Saya buru buru pergi ke toilet untuk buang air kecil. Rupanya sepatu dan sandal harus di lepas di luar toilet, dan ada petugas penjaga di depan kotak sumbangan. Rupanya toilet di rumah makan ini juga tidak gratis.

Sialnya tidak ada uang kecil di dompet saya hanya ada lembaran 10 ribu yang terlihat, saya minta ke penjaga kembaliannya dan ia menyahut seikhlasnya Pak, gak ada kembalian...mewek..... Saya korek korek kembali isi dompet saya akhirnya saya temukan uang 5 ribuan. Kalau memang seikhlasnya ngapain dijaga....koplak.

Beranjak ke ruang makan, rumah makan ini terlihat bersih dan terawat baik ruang makan, toilet maupun area sekitarnya. Beda dengan RM tetangga sebelah biasanya singgah.

Terlihat di etalase makanan berbagai menu tersedia, nyam.....nyam kelihatan sedap. Ternyata rumah makan ini menggunakan model prasmanan dimana pengunjung dipersilahkan mengambil nasi, lauk dan sayur sendiri. Namun saya tak mau ambil resiko ambil terlalu banyak menu takut kalau kalau harganya menjebak :-( Saya hanya mengambil nasi dengan porsi sedang, sayur nangka muda, tahu goreng potongan kecil, dan telur dadar serta minum teh hangat. 

Saya kemudian melangkah ke kasir dan menanyakan berapa yang harus saya bayar, saya lihat ibu penjaga kasir bisa jadi adalah pemilik restoran itu sendiri dilihat dari gestur tubuh dan perhiasan emas yang dipakainya.

Dengan ramah dia menjawab 25 ribu Pak, whatttttt????  :-(

Di warung biasa paling mahal harus saya bayar dengan menu yang sama adalah 12 ribu rupiah lha ini dua kali lipatnya. Namun kekecewaan saya sedikit tertebus dengan rasa masakan yang menurut saya pas di lidah saya orang Jawa Timuran, apalagi sambal terasinya.

Selesai makan saya sempatkan menyulut sebatang rokok di emperan rumah makan, di luar hujan sudah berubah menjadi gerimis kecil, sempat terkaget dengan nyala lampu terang memasuki restoran. Rupanya bus Patas AKAS NKR masuk ke halaman rumah makan tersebut. Segera penumpang bus turun memasuki area makan restoran tersebut.

Saya segera naik ke dalam bus daripada terkena angin malam diluar. Tak lama menyusul penumpang lain memasuki bus, tak lama kemudian menyusul driver dan kondektur bus. Saya lupa apakah kondektur sudah menghitung jumlah penumpang atau tidak saat bus hendak meninggalkan rumah makan tersebut. 

Baru beberapa saat bus berjalan kira kira 1 kilometer jaraknya, sopir bus mendapat telepon dari seseorang yang menanyakan apakah penumpang nya komplit, dia pun memanggil kondektur yang berada di bagian tengah bus. Dengan PD nya kondektur berkata "Wis pas penumpange 12 gak ono sing ketinggalan" sambil mondar mandir dia menghitung kembali jumlah penumpang tersisa dan mencocokkan dengan sobekan tiket ditangannya. Dia berkata lagi, Pas gak ada yang ketinggalan. Bus melaju kencang membelah jalan yang basah karena air hujan. 

Tak berapa lama sang sopir kembali mendapat telepon dari seseorang yang mungkin saja pemilik rumah makan. Dia menyakinkan bahwa salah seorang penumpang nya masih tertinggal di tempatnya. Dia mengatakan coba dicek di bagasi atas bus paling belakang dekat dengan toilet ada helm proyek warna putih. Kondektur segera beringsut ke belakang dan ternyata benar ada helm tersebut disana.

Brengsek batin saya, kenapa tidak dari tadi kondektur menyadari bahwa salah satu dari penumpangnya ketinggalan.

Entah apa yang dibicarakan, bus akhirnya menepi ke pinggir jalan perbatasan Rembang dengan Tuban. Hampir 20 menit bus berhenti, terdengar pembicaraan antara kondektur dan sopir bahwa penumpang tersebut akan menyusul dengan bus di belakangnya. Tak lama kemudian terlihat di sisi kanan bus SMM ekonomi melambat dan berhenti, ah rupanya orang yang ditunggu sudah datang.

Bus kemudian melaju kencang dan saya terlelap di sisa perjalanan, saya terbangun saat ada seseorang menepuk pundak saya dan meminta karcis bus untuk di cek, rupanya dia seorang checker. Sambil berteriak-teriak dia berkata "Persiapan Bungur terakhir" rupanya bus sudah akan masuk terminal Bungurasih. Tiket saya masih ditangan checker tersebut, ada yang agak aneh menurut saya, tiket tersebut tidak segera dikembalikan padahal bus akan segera berhenti di terminal. Saya pun berteriak memanggilnya dan meminta tiket saya kembali. Dengan agak terpaksa kelihatan dia mengembalikan sobekan tiket milik saya.

Satu lagi keanehan sebelumnya saya sempat mendengar percakapannya dengan penumpang lain, dimana dia menanyakan harga tiket dan penumpang tersebut menjawab 125 ribu padahal tiket saya 140 ribu rupiah. Saya masih yakin bahwa penumpang tersebut sama sama naik dari Semarang bukan setelahnya. Satu tanda tanya besar bagi saya.

At least dengan pengalaman ini mungkin ke depan saya "ogah" naik bus ini lagi dengan berbagai hal yang aneh menurut saya.

 


Comments

Post a Comment

Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda