Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Mencoba Nikmatnya Ayam Bakar Nayamul Hj Lim

Banner Ayam Panggang Nayamul Hj Lim Sidoarjo

Entah kenapa siang tadi saya pengen sekali ayam bakar, setahu saya tak ada warung ayam bakar atau panggang yang enak di Krian atau memang warungnya yang tidak ada. Sebenarnya ada warung apung Rahmawati, dan warung apung Rumadi dan juga IBC di daerah Krian,  tapi harap mahfum harganya kurang bersahabat bagi saya hehehe.


Saya pernah tahu ada kedai atau warung ayam bakar di daerah Krikilan Driyorejo yang letaknya tak terlalu jauh rumah saya di bypass Krian. Namun Upik Abu tidak mau,  alasannya bosan dengan arah perjalanan yang kesitu-situ saja.


Kondisi antrian di dalam warung ayam panggang Nayamul Hj Lim
Upik Abu lantas menelpon sohibnya untuk mencari tahu keberadaan warung ayam bakar yang enak di dekat Krian. Temannya berkata, ada di daerah Terik, dekat dengan pondok di daerah Junwangi, dimana akses masuknya adalah jalanan pinggir pabrik gula Krian yang telah ambruk rata dengan tanah. Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, entah sudah buka belum warung itu jam segini pikir saya.

Tanpa menunggu lama kita bertiga naik si Putih dan meninggalkan si sulung di rumah sendirian. Menyusuri jalanan tepi sungai di daerah Junwangi, bahan bakar si Putih kian menipis. Saya pun mencari kios bensin eceran sambil mencoba mencari tahu keberadaan warung ayam bakar di sekitar daerah itu. Ternyata menurut penjual bensin eceran warung itu letaknya dari perempatan jalan itu masih lurus saja, ancer-ancernya ada stopan dana untuk pembangunan masjid setelah Indomaret.


Kondisi di dalam warung ayam panggang Nayamul Hj Lim

Kita pun melanjutkan perjalanan,  rupanya lokasinya sekitar satu kilometer dari tempat saya bertanya. Benar saja setelah ada setopan atau kotak amal untuk pembangunan masjid ada sebuah warung kecil di sisi kanan jalan. Nampak sebuah papan putih kecil petunjuk diatasnya,  ayam bakar Hj Lim dan sebuah banner berdiri di depan pintu warung "Ayam Panggang Nayamul". Halaman parkirnya sedang diperbaiki,  hanya bisa menampung sepeda motor saja, sedangkan mobil terpaksa parkir di pinggir jalan tepi sungai.

Begitu masuk didalamnya suasana warung tradisional nampak, bangku panjang dengan meja panjang tergelar. Nampak juga outlet warung yang nampak tua, kotak kotak nasi warna putih nampak menumpuk di sisi kanan warung. Beberapa orang pengunjung sedang asyik makan dan beberapa diantaranya sedang menunggu pesanan.

Sistem antrean cukup bagus untuk makanan yang dibawa pulang yakni kita langsung pesan menu lalu bayar di kasir sambil mencatatkan nama kita. Jadi anda tak perlu khawatir didahului antrian oleh orang lain. Upik Abu sempat memesan segelas es beras kencur untuk teman menunggu sementara si kecil sudah mulai berulah dengan tingkah polahnya. Beberapa sruput es tersebut menurut saya rasanya biasa saja,  cenderung kurang pedas menurut selera saya.

Beberapa orang pelanggan terdahulu sudah mendapatkan pesanannya,  saya sendiri sudah tak sabar mengingat si kecil yang sudah berulah seperti biasanya. Akhirnya nama saya pun dipanggil,  nampak dua bungkusan besar dalam keranjang plastik warna putih. Satu bungkus untuk urap urap dan satu yang lain untuk ayam bakarnya.




Bungkusannya berupa kertas minyak yang dibungkus lagi dengan kertas koran.
Kita pun akhirnya kembali lagi ke rumah tak sabar ingin menikmati ayam bakar yang nampaknya lezat dan enak. Sesampai di rumah segera saya abadikan bungkusan ayam bakar yang fenomenal tersebut.

Saya ambil dua piring sebagai tempat dua bungkusan tersebut. Nampak urap urap dengan sayur macam kacang panjang, kubis atau kol dan kangkung isian didalamnya. Sedangkan bumbunya adalah parutan kelapa yang telah dibumbu dan nampaknya juga telah disangrai.


Ayam panggang dan urap urap hanya dibungkus kertas minyak dan koran


Ayam bakar/panggang Nayamul
Urap-urap sayur Nayamul

Sedangkan ayam bakarnya nampak berminyak hasil bakaran atau dari bumbunya, ukurannya sedang menurut saya. Saya coba incip bumbunya, rasanya lumayan sedap dan gurih.  Saya coba rasakan kembali lebih mendalam, seperti rasa ayam bumbu rujak, terasa ada ulekan kacang tanah didalamnya. Rasa ketumbar sangat terasa begitu juga bumbu lainnya. Lumayan istimewa menurut saya untuk bumbu ayamnya.

Saya mengambil potongan kepala dan leher ayam. Lemak dan kulit di leher masih terasa alot untuk selera saya,  entah ayam apa yang dipakai saya tidak bisa memastikan. Saya amati lebih dalam,  sayap ayam kecil menunjukkan ini bukanlah ayam negeri atau ayam ternak. Sedangkan kalau ayam kampung saya tahu persis rasa khasnya.

Saya coba gigit kepala dan leher ayamnya,  hanya sedikit saja daging yang bisa saya nikmati. Menurut saya bumbunya tidak merasuk ke dalam daging,  bumbu hanya digunakan di luar daging tidak saat memasak. Mencoba gigitan lain di sayap,  hampir tak ada bedanya. Rasa bumbu tidak meresap ke dalam dagingnya. Jika pengen enak, tambahkan bumbu saat akan makan dagingnya.

Untuk makan siang itu cukup kepala, leher dan sayap ayam dahulu. Nanti sore akan saya coba di daging paha dan dadanya barangkali rasanya akan lebih maknyuss dari bagian ayam yang sudah saya makan sebelumnya.

Overall menurut ayam bakar/panggang Nayamul Hj Lim ini saya beri nilai 75 saja,  bumbu ayam bakarnya memang berbeda dari yang lain rasanya lumayan enak walaupun kebanyakan rasa kacangnya,  sayang rasa daging ayamnya tak se istimewa bumbunya. Bumbu tak meresap ke dalam dagingnya, sehingga tak meninggalkan kesan gigitan yang mendalam.

Penilaian saya mungkin subjektif karena selera makan tiap orang berbeda. So, bagi anda yang lewat daerah Krian silahkan mampir ke ayam bakar ini,  jangan datang terlalu siang. Antrian panjang mungkin saja akan membuat selera makan anda hilang hehehe. Jika perlu reservasi aja dahulu sehingga saat anda datang,  menu yang anda pesan akan siap.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda