Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

TERMINAL KUDUS [DILEMA TRANSPORTASI DAN FASILITAS PUBLIK]

Terminal Jati Kota Kudus
Masih tak jauh dari trip report saya ke Jepara selama dua hari satu malam. [Simak 7 jam bersama bus JAYA UTAMA dari Surabaya-Kudus] Kali ini saya menyoroti dilema fasilitas publik yakni masalah keberadaan terminal.
Mungkin masalah ini tidak hanya dialami oleh terminal Kudus,  bisa saya bilang kebanyakan terminal bus di Jawa juga mengalami masalah serupa.

Jika anda pernah trip ke Ngawi,  Maospati, Semarang,  Bawen, Klaten, Madiun, Nganjuk, dan kota lainnya anda akan mendapati kondisi terminal dalam keadaan sepi penumpang dalam kondisi sehari harinya, mungkin hanya saat mudik Lebaran atau libur panjang saja terminal akan ramai oleh penumpang.
Hal ini dikarenakan calon penumpang bisa naik bus dari pinggir jalan di jalur yang dilewati oleh bus. 

Situasi dan kondisi terminal bus Jati di Kudus Jawa Tengah
Faktor yang kedua adalah situasi keamanan terminal dimana penumpang merasa tidak nyaman dan aman berada lama lama di terminal karena banyaknya calo calo bus dan preman terminal. Calo tiket banyak mencari kesempatan dari penumpang yang bingung dan lolak lolok, mereka menjual tiket dengan harga yang jauh lebih mahal.

Beberapa kali saya bertemu dengan korbannya yang duduk dalam satu bus dengan saya. Dari obrolan singkat dengan korban calo, selisih harga tiket bisa mencapai 50 ribu rupiah. Hal itu terjadi di terminal Terboyo Semarang, terminal yang masih beroperasi walaupun keberadaannya sudah diambang "kehancuran".

Saya sendiri yang sudah sangat paham dengan kondisi terminal tersebut kadang harus berkata agak kasar karena calo-calo yang tak kunjung berhenti mencoba membujuk saya. Pernah saya berkata "Pak mosok gak apal karo rai ku, sering blusak blusuk nang kene!  Bisa diartikan "Pak masak tidak hafal dengan muka saya yang sering blusukan disini!

Kembali ke kondisi Terminal Kudus, terminal ini bisa saya bilang masih bagus kondisi bangunan dan pelataran terminalnya. Terbagi atas dua terminal, di bagian depan adalah terminal untuk bus baik AKDP maupun AKAP sedangkan bagian belakang diperuntukkan untuk angdes dan angkot.

Bangunan utamanya terdiri dari selasar, ruang tunggu dan kebanyakan adalah lapak lapak pedagang. Sedangkan musholla dan toilet ada dibagian belakang terminal dekat terminal angkot,  serta di bagian depan pintu keluar terminal utama.

Kenyataannya hanya beberapa lapak pedagang yang masih beroperasi, maklum kondisi terminal sangat sepi calon penumpang, di bagian tengah terminal nampak lebih banyak calo tiket dan pengemudi ojek daripada pengunjung. Saya mendapati dua orang petugas terminal laki dan perempuan sedang asyik mengobrol.

Sambil membaca situasi sekitar saya mencoba bertanya kepada pemilik lapak atau toko dengan terlebih dahulu membeli jenang kudus dan rokok barang dagangannya. Saya bertanya, "Apakah bus Patas arah ke Surabaya akan masuk terminal atau tidak?  Jawabnya Iya Mas,  ditunggu aja,  sebentar lagi jadwalnya bus Indonesia. Saya akhirnya menunggu di kursi tunggu depan tokonya.

Beberapa menit berlalu tak nampak ada bus jurusan Surabaya yang masuk atau lewat depan terminal. Namun sesaat kemudian saya melihat bis berwarna hijau berhenti di sisi kanan terminal sedang naik turun penumpang. Saya akhirnya memilih beringsut keluar terminal.

Di tempat itu rupanya ada beberapa orang sedang menunggu,  salah satunya adalah checker bus Indonesia. Dia berkata,  bus ekonomi memang kebanyakan tidak masuk terminal sedangkan Patas selalu masuk terminal. Aneh memang, semua bus seharusnya masuk ke dalam terminal karena itu adalah tempatnya. Buat apa pemerintah membangun susah-susah fasilitas publik tersebut kalau keberadaannya saja terindahkan.

Lima belas menit kemudian nampak bis patas Jaya Utama Indonesia jurusan Surabaya masuk terminal seperti yang dikatakan checker tersebut, tak lama pun bus keluar terminal dan saya bergegas naik pulang ke Surabaya. [simak harga tiket bus PATAS Jaya Utama dan Indonesia Surabaya Semarang dan sebaliknya]

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda