Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

SENSASI BERBURU DURIAN DI WONOSALAM JOMBANG

Pedagang durian di Wonosalam Jombang

Bagi orang Jawa Timur nama Wonosalam tentunya sudah sangat dikenal karena identik dengan buah durian. Buah yang dikenal dengan King of Fruit atau rajanya buah karena rasanya yang eksotis.

Daerah yang masuk dalam wilayah kabupaten Jombang terletak sekitar 70 km dari kota Surabaya bisa ditempuh lewat Mojoagung, Mojokerto ataupun dari Pacet dengan lama perjalanan normal sekitar 1.5 jam saja.

Minggu pagi kali ini saya dan Upik Abu serta si bungsu berencana touring naik motor ke daerah tersebut untuk mencari obyek wisata baru sekaligus berburu buah durian di Wonosalam. [Wisata Banyumili Wonosalam Jombang] Berangkat dari bypass Krian Sidoarjo, rute ke Wonosalam kali ini saya mencoba lewat jalur baru sesuai arahan Google Map yakni dari daerah Lengkong Mojokerto.

Jalanan berlubang lumayan banyak kita temui di bypass Mojokerto, cukup berbahaya bagi pengendara roda dua tentunya kalau tidak berhati-hati apalagi saat musim hujan saat jalan tergenang air. Semoga masalah jalan rusak ini segera mendapat perhatian dinas terkait dari pemerintah Mojokerto atau Propinsi Jawa Timur mengingat jalanan tersebut adalah jalan besar propinsi.

Selepas pasar Brangkal beberapa ratus kemudian ada perempatan Lengkong kita berbelok ke kiri, jalanan cukup Wow menurut saya karena berupa jalan cor yang lebar dan mulus. Sampai puluhan kilometer jalan masih lebar kemudian agak menyempit ketika melalui perbatasan Mojokerto dan Jombang.

Kemudian kita melewati perkebunan jagung dan tebu serta hutan jati di sisi kiri dan kanan jalan. Jalanan mulus namun agak sempit terutama bagi kendaraan roda 4 ketika hendak berpapasan harus melambatkan kendaraannya. 

Jalanan ini agaknya rawan saat malam hari karena tidak saya lihat lampu penerangan di sekitarnya. Lepas dari kebun jagung dan hutan jati jalanan mulai menanjak dan memasuki wilayah pemukiman penduduk yang ternyata sudah masuk wilayah Wonosalam Jombang.

Jalanan berkelok kelok dengan beberapa kali turunan dan tanjakan menambah keseruan touring pagi ini. Hawa segar perbukitan menyejukkan perjalanan kita begitu juga pemandangan tanaman hijau di sisi jalan. Akhirnya kita tiba juga di tempat wisata Banyumili Wonosalam setelah hampir 2 jam perjalanan. [Simak Foto di Rumah Hobbit Wisata Banyumili Wonosalam]

Setelah beberapa saat menikmati keseruan di tempat wisata tersebut, saya mengajak Upik Abu untuk pulang karena khawatir akan turun hujan hari itu, maklum hujan seringkali terjadi saat siang menjelang sore hari. Di sisa perjalanan pulang inilah kita berburu durian Wonosalam di sepanjang jalan yang kita lalui.

Nampak beberapa lapak pedagang durian di sisi jalan daerah Wonosalam, namun tak satupun yang menarik perhatian Upik Abu. Beberapa kali saya tawarkan untuk kita berhenti melihat lapak durian tersebut namun tak ada jawaban "YA" keluar dari mulutnya yang manyun :-( wkwkwkkwk

Hingga perjalanan melewati wilayah pemukiman penduduk dimana terlihat di teras rumah mereka terdapat buah durian yang digeletakkan dan digantung membuat para penggemar buah eksotis ini menelan ludah. Saya mencoba menawarkan lagi kepada mantan pacar saya ini apakah tidak ingin berhenti hanya untuk melihat, namun tak ada jawaban lagi. Sak jane niat tuku orak bojoku ki yo :-)

Hingga akhirnya saya putuskan untuk berhenti sendiri di depan sebuah rumah yang menjual buah durian berwarna kuning di emperan rumahnya, juga terlihat buah alpukat berwarna hijau yang menggoda selera. Nampak ada pembeli sebelum saya yang sudah deal dengan buah durian yang dibelinya. 4 buah durian berwarna kuning dengan ukuran lumayan ditebus hanya dengan 100 ribu ruoiah saja. Namun terlihat buah durian yang dipilihnya sudah terbuka.

Upik Abu saya kode apakah dia tertarik untuk membeli di tempat itu, ternyata dia kurang tertarik melihat durian yang ada disitu. Saya segera berpamitan kepada penjual dan mengatakan "Maaf Pak, belum cocok?" Dan kita pun menuju motor untuk segera berlalu.

Perjalanan sudah akan mendekati batas wilayah Wonosalam, di sisa perjalanan saya sendiri kurang yakin apakah masih ada orang yang menjual durian di pinggir jalan. Dan akhirnya di sisi kanan jalan arah pulang, terdapat lapak pedagang durian dan warung kopi di sebelahnya yang berhasil menarik perhatian "MAMUNG alias UPIK ABU" untuk berhenti.

Di situ saja katanya! Saya pun menghentikan sepeda motor dan berbalik menuju lapak pedagang tersebut sambil mencari lokasi motor yang aman karena jalanan agak menurun posisinya.

Pedagang durian ini mungkin anak dari ibu ibu pemilik warkop disebelahnya. Dengan ramah mereka berdua menyambut kedatangan kami, dan langsung menawarkan barang dagangannya. Durian dengan ukuran sedang sekitar 30 cm dihargai 30-35 ribu rupiah. Ini jelas lebih murah daripada beli di sekitar Krian yang bisa mencapai 60 rupiah sebijinya.

Tanpa pikir panjang, saya berkata "100 ewu 4 ya, sampeyan pilihkan Mas! 3 yang tanggung, satu yang kecil gak papa wis, ujar saya. Dia hanya tersenyum, sambil berkata. Ya sudah buat penglaris Pak. Upik Abu berusaha memilih buah durian yang diincarnya, namun kata si penjual "Jangan itu Mbak kurang sip buahnya. Terlihat tipikal kejujuran dan kepolosan orang desa yang jarang sekali saya dapati saat ini.

Akhirnya 4 buah durian dipilihkan oleh si mas penjual, plus dua tangkup tester yang hampir semua dirasakan Upik Abu, saya sendiri hanya merasakan satu biji saja dan rasanya masih segar sekali terlihat dari lembut dan manisnya daging durian tersebut.

Kita pun pulang ke Krian dengan harap harap bahagia semoga buah durian yang kita beli berasa enak semuanya. Dari 4 buah durian yang kita beli, kita hanya dapat 2 saja sisanya kita bagi ke saudara dan teman Upik Abu yang kebetulan tinggal di satu komplek perumahan.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda