Selama pandemi merupakan masa sulit bagi kita semua. Apalagi saat saat awal PSBB, PPKM untuk bepergian ke kota lain agak susah. Namun kondisi itu perlahan mulai normal seiring dengan menurunnya sebaran angka kematian karena virus Corona.
Ada saat dimana saya harus berangkat tengah malam menuju satu kota di dekat pantai Utara lepas dari Propinsi Jawa Timur. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar 6 jam dikala dini hari dan akan lebih lama kala pagi dan sore hari.
Ada satu pengalaman saat saya sudah sampai di terminal Bungurasih atau Purabaya untuk menuju ke ruang tunggu dan terminal keberangkatan, lepas dari parkir motor dekat pintu masuk bus luar kota saya menyusuri jalan masuk terminal yang sepi dan becek akibat gerimis sore harinya.
Mendekati area penurunan penumpang bus AKAP dan AKDP, seseorang meneriaki saya dan mengatakan "Mas, arep nang endi? Mas, mau kemana? Seperti biasa saya hanya diam dan tersenyum sambil melambaikan kelima jari tangan saya tanda menolak halus.
Rupanya sang calo kurang berkenan dengan sikap diam saya, lalu berkata dengan nada yang ditinggikan, "Sampeyan arep nang endi? Ditakoni meneng ae? Situ mau pergi kemana? Ditanya kok diam saja, teriaknya.
Kali ini saya agak terpancing emosi, saya jawab "Bunder" rupanya ucapan saya kurang keras dan dia pikir "Jember" lalu dia berteriak memanggil sejawatnya dan mengatakan Woi, Jember Jember iki lho.
Saya agak kesal dan saya jawab dengan agak membentak "Bunder, Mas bukan Jember". Mendengar ucapan saya yang agak keras, rupanya si calo gak terima dan berkata, "Mau ditakoni meneng ae, bareng njawab "nyentak" yang bisa diartikan "Tadi ditanyain diam saja, sekarang membentak.
Saya hanya diam dan nyelonong aja daripada urusan tambah ruwet, dan untungnya dia tidak melanjutkan lagi bersitegang tentang hal itu. "Selamat" gumam saya malam itu, hampir saja kejadian wkwkkwwk
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih