Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

ANDAI SAJA AKU JADI DRIVER OJEK ONLINE

Banjir ROB melanda kawasan industri Terboyo Semarang

Artikel kali ini khusus saya tulis untuk driver ojek online dimanapun kalian berada. Terutama untuk mas "X" driver GoJek yang kemarin mengantar saya dari stasiun Tawang ke daerah kawasan industri Terboyo Semarang.

Saya sendiri sebelumnya berjanji kepada pengemudi ojek online tersebut untuk mengisahkan betapa kerasnya perjuangan hidup untuk mencari nafkah,  apapun itu profesinya.

Setelah transit di Solo,  saya putuskan untuk oper naik KA Kalijaga menuju Semarang dengan alasan lebih cepat dan waktu keberangkatan yang lebih awal. Sesampai di Semarang Tawang pagi itu sebenarnya cuaca cukup cerah tidak seperti minggu sebelumnya yang gerimis semenjak pagi.

Dari ruang tunggu di dekat pintu keluar kedatangan kereta stasiun Tawang saya segera nyalakan aplikasi ojek online di ponsel. Namun ada yang janggal saat memesan layanan ojek online tersebut, dua kali orderan saya di cancelled oleh driver.  Hingga saat order ketiga,  baru ter pick up dan tak lama kemudian si driver menelpon saya. Sepakat dengan lokasi penjemputan yakni di sisi sebelah kanan poulder Tawang, saya pun keluar stasiun dengan kondisi gerimis kecil saat itu.



Banjir ROB melanda kawasan Kaligawe semarang

Tak lama berselang sang driver datang,  nampak pemuda berusia tanggung dengan motor matic yang lumayan baru. Tanpa basa basi sang driver mengemudikan motornya menuju jalan Kaligawe dekat area industri Terboyo. 

Sebelumnya saya sempat melihat di Google Map lalu lintas disekitar daerah itu merah kelam yang artinya ada kemacetan. Namun saya tidak begitu peduli karena memang daerah itu sering kali macet karena dilewati truk-truk besar. 

Dugaan saya salah,  selepas daerah Genuk di dekat exit tol nampak kemacetan sudah mengular dan yang membuat saya agak khawatir terlihat genangan air tinggi di dekat belokan jalan Kaligawe Raya.  Wah,  banjir Rob ini? pikir saya dalam hati".

Dan benar saja, antrian panjang kendaraan di ujung jalan Kaligawe sampai ke arah Demak. Ditambah lagi sisi kanan dan kiri jalan terendam air yang lumayan dalam. Saya hanya menepuk pundak si driver,  Mas goyang kanan saja,  air lebih dangkal. Dia pun mengangguk.

Selang beberapa menit kemudian,  setelah terobos kanan kita sampau di depan RSI Sultan Agung, nampak genangan yang cukup dalam di sisi kiri,  sehingga motor dan mobil memilih merapat ke kanan.

Saya pun mengatakan, mending kita lewat jalan dalam terminal aja Mas tidak kena macet. Selepas lampu merah kita langsung goyang ke kiri sedikit memaksa menerobos mobil dan genangan air,  sialnya di jalan masuk menuju terminal genangan air lumayan dalam. Namun mas ojek memberanikan diri menerobos hingga celana basah bagian bawah. Setelah beberapa meter genangan air mulai dangkal,  namun gerimis makin deras dan saya memilih berhenti untuk berteduh di pos jaga terminal. Beberapa orang calon penumpang bus nampak sedang berteduh di pos kecil sebelah kiri jalan itu.

Saya segera berlari menepi menghidari air hujan, disusul si driver. Saya menanyakan,  kita lanjut atau berteduh sebentar.  Dia hanya menjawab singkat,  terserah Bapak. Kita pun berteduh untuk beberapa saat,  namun gerimis tak kunjung berhenti,  hanya tidak terlalu deras lagi. Saya yang kasihan dengan driver tersebut memilih untuk segera melanjutkan perjalanan dan memakai mantel hujan.

Memilih jalan pintas di belakang terminal bukan pilihan terbaik rupanya, setelah beberapa ratus meter jalan cor,  kita sampai di jalan rusak dan nampak genangan air yang cukup dalam, saya harap harap cemas takut motor matic kecil ini kemasukan air dan mogok. Namun alhamdulillah, tidak.

Hingga saat di ujung jalan,  genangan air lumayan dalam lebih dari yang sebelumnya. Beberapa motor terlihat berhenti di secuplik daratan yang terlihat diantara genangan air. Rupanya ada keraguan di antara mereka, antara Iya dan Tidak melanjutkan perjalanan. Saya akhirnya memilih untuk turun dari motor, sepatu saya lepas dan saya meminta driver melanjutkan perjalanan sendiri agar lebih aman berkendara.

Kubangan air itu sebenarnya sudah terlalu dalam,  namun jaraknya tidak terlampau jauh hanya sekitar 10 meter saja,  nampak motor kecil itu dipacu layaknya perahu kecil membelah samudera. Kepulan asap dari knalpot ditambah suara menderu terdengar,  beberapa detik kemudian sampailah dia dengan selamat di ujung jalan. 

Tiba giliran saya menyeberang, gila hampir selutut saya dalamnya. Si driver nampak prihatin melihat saya berjalan menembus banjir.

Selepas itu kita lanjutkan perjalanan menuju tujuan, banjir masih menggenangi kawasan industri itu, namun tak separah yang kita lalui sebelumnya. Sambil ngobrol saya ucapkan terima kasih banyak atas perjuangannya menembus banjir untuk mengantar saya. Saya juga berkata,  "Andaikan saya jadi sampeyan Mas". Saya tak tahu apakah sanggup?

Seringkali memang saya mendengar komplain dari pelanggan atas layanan ojek online lalu memberikan rating jelek atau "bintang 1", atau berkomentar yang menjatuhkan driver. Kadang atas rating dan komentar tersebut driver akhirnya di skors bahkan di PM atau putus mitra akibatnya mereka kehilangan pekerjaan.

Semua pekerjaan ada resikonya termasuk menjadi driver ojek online, tidak ada pekerjaan yang selalu enak semua ada tidak enaknya. Namun jika driver kehilangan pekerjaan karena komentar pelanggan yang kadang seenaknya dan ngawur,  saya merasa miris. 

Kasihan mereka, sama sama mencari nafkah,  terlepas kesalahan mereka asal tidak fatal dan berbahaya cobalah memaafkan dan memberi rating yang baik. Atau kalau tidak berkenan mending jangan beri rating dan tidak berkomentar macam-macam. Driver Ojek Online Juga Manusia, Punya Khilaf dan Salah. Wassalam



Tags:

- Nasib ojek online
- Kisah sedih driver ojek online
- Suka duka ojek online

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda