Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

PENGALAMAN NAIK BUS JOGJA-SOLO (BAGIAN 1)

Bus Sedya Utama trayek Solo-Jogja

Setelah sholat Jumat di Masjid Agung Al-Aqsa Klaten, buru-buru saya nyalakan aplikasi ojek online untuk booking layanan tersebut menuju terminal Klaten. Namun setelah beberapa saat mengamati situasi dan kondisi di sekitar, agaknya saya akan mengalami kesulitan untuk titik penjemputannya. Hal ini dikarenakan di beberapa titik sekitar masjid nampak tukang ojek pangkalan dan tukang becak yang sedang memarkir kendaraan mereka.

Saya akhirnya memutuskan untuk sejenak bersantai dulu di depan area luar masjid dekat dengan jalan besar arah ke Solo. Sengaja saya duduk di bawah pohon tempat para "opang" berkumpul. Nampak sesekali ojek online melintas dengan atau tanpa membawa penumpang. Ini membuktikan bahwa ojek online telah beroperasi di kota Klaten.

Tak berapa lama berselang seorang ibu-ibu paruh baya "mungkin seorang pengamen jalanan" meneriaki saya, Mas mau ke Solo ya? Itu bisnya, saya nggak bohong, katanya. Nampak bus berwarna merah melintas, saya tidak sempat memperhatikan dengan jelas nama busnya. Yang pasti saya tidak familiar dengan nama PO bus tersebut.

Situasi dalam bus lokal Jogja-Solo
Bus itupun akhirnya berlalu, tak lama datanglah seorang opang yang rupanya habis mengantar penumpang lalu duduk di sebelah saya. Saya pun cuek bebek saja sambil menyalakan sebatang rokok, tak lama berselang seorang pengamen jalanan dengan tangan penuh tattoo menegur saya sopan, Bang bisa pinjam korek apinya? Oo bisa, saya lalu mengulurkan korek api ke gas ke hadapannya.

Ini saatnya memulai pembicaraan, saya lantas bertanya balik ke dia. Mas, bus ke arah Solo lewat sini ya? Pasti Bang jawabnya. Apakah bus Sumber dan Mira juga? Iya, cuman kalau pagi sampai sore hari bus-bus dari Surabaya tidak diperbolehkan mengambil penumpang dari jalan harus di terminal katanya. Tunggu aja disini, nanti bus yang ke arah Solo lewat sini Mas.

Beberapa menit berlalu akhirnya, dia pun berteriak-teriak “Mas itu bus yang ke Solo, katanya. Sebuah bus berwarna dominan merah, saya juga lepas pengamatan bus apa namanya. Akhirnya saya berlalu menghampiri bus yang mulai merapat ke pinggir trotoar.

Bus tersebut memang bukan armada baru, namun pendingin udaranya lumayan dingin dan memiliki konfigurasi tempat duduk 2-2. Hanya beberapa orang saja yang naik bus ini tak lebih dari 10 orang. Dalam hati saya menerka-nerka berapa tarif bus ini dari Klaten ke Solo. Sudah saya siapkan uang 10 ribuan dengan harapan tarif bus paling tidak lebih sedikit dari tarif bus Surabaya, seperti Mira dan SR yang hanya 7 ribu rupiah.

Nampak kondektur dengan khas handuk di pundak mulai menarik ongkos penumpang yang baru naik, dan tiba giliran saya. Saya pun bertanya, Solo piro Mas? 12 Mas jawabnya. Terpaksa saya buka dompet kembali untuk mencari uang receh 2 ribuan sebagai tambahan uang 10 ribu yang sudah saya siapkan sebelumnya. Namun apa yang terjadi selanjutnya, tak ada tiket yang diberikan pada saya. Hal itu juga berlaku sama kepada para penumpang lain. Mirip-mirip dengan naik Kopaja di Jakarta.

Perjalanan bus sempat terhenti di terminal Penggung Klaten untuk beberapa saat, dan kemudian bus melanjutkan perjalanan ke Solo. Bus lokal Solo-Jogja tersebut berjalan dengan kecepatan biasa sekitar 40-50 km/jam saja dan sesekali berhenti naik turun penumpang dan juga ngetem.

Hampir 2 jam bus yang saya tumpangi akhirnya merapat ke terminal Tirtonadi Solo. Dengan kondisi yang demikian, mungkin inilah yang menjadi alasan kenapa penumpang dari Jogja maupun Solo kebanyakan lebih memilih naik bus Surabayaan seperti SR dan Mira atau EKA ketimbang naik bumelan lokal. [Simak armada bus EKA terbaru Jetbus3]

Bukan hanya masalah selisih tarif yang lumayan namun juga masalah efisiensi waktu. Dari terminal Klaten ke Solo saat saya naik armada SR atau Mira hanya ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit sampai 1.5 jam saja berarti menghemat waktu 30 menit dan lebih murah 5 ribu rupiah dari bus lokalan.

Sekedar informasi saja, bus-bus yang melayani trayek Solo-Jogja adalah sebagai berikut:
BUS LOKAL
1.      PO SEDYA UTAMA
2.      PO ANTAR JAYA
3.      PO LANGSUNG JAYA
4.      PO SUHARNO
5.      dll

BUS JAWA TIMURAN
1.      PO MIRA (Ekonomi AC)
2.      PO SUMBER GROUP (SUGENG RAHAYU DAN SUMBER SELAMAT) Ekonomi      AC dan Patas
3.      PO EKA (PATAS)

Pada trayek Solo-Jogja ini bus terutama dari Surabaya beroperasi 24 jam penuh, dan saat malam hari biasanya mereka berani menaikkan penumpang di jalanan sekitar Solo hingga Jogja.

Comments

  1. Sering bgtz dikecewakan slah satu po bus itu... dgn mematok tarif lebih... apalgi yg tampang kondektur sangar2...hati2 aja...

    ReplyDelete

Post a Comment

Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda