Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

"JALAN-JALAN NAIK KERETA JENGGALA SIDOARJO-MOJOKERTO"

KA komuter Jenggala berhenti di stasiun Mojokerto
Bingung ngajak si bontot keluar rumah kemana pagi itu bertepatan dengan hari ketiga puasa. Pasalnya si kecil cerewet banget dan tingkahnya hampir tak bisa diam dimanapun dia berada,  kecuali saat tidur :-). Mungkin karena unyeng-unyeng di kepalanya ada dua, hahaha sebuah mitos yang saat masih anak-anak sering mendengar dari almarhum Ibu, kini saya hadapi sendiri yakni ada pada si bungsu

Tak ada tempat yang benar-benar seru di daerah Krian,  Taman Abhirupa dekat pasar baru Krian hampir tiap akhir pekan saya ajak dia kesana. Ke pasar burung Krian,  percuma saja paling lihat lihat orang berjualan aneka jenis burung dan kita hanya bisa melihatnya saja tanpa bisa membawa pulang ke rumah. 

Alternatif lainnya adalah melihat lalu-lalang kereta api di stasiun Krian,  namun sekarang saya malas ke sana. Alasannya sepele saja,  sekarang parkir motor disana tidak lagi GRATIS.  Ada penunggunya,  pake seragam lagi. Serba repot memang,  di fasilitas umum yang sebenarnya tidak dikenakan parkir namun ada saja "pihak-pihak" yang cukup "cerdas" membaca peluang untuk menarik recehan uang parkir.

Pungutan parkir di tempat umum menjadi lahan abu-abu. Hampir di semua tempat yang kelihatannya rame,  bagaikan gula tukang parkir layaknya semut yang siap mengerubuti tempat tersebut. Bahkan di beberapa tempat yang bertuliskan GRATIS PARKIR pun mereka masih tetap berani bergentanyangan,  entah NEKAT ATAU G.... K saya kurang tahu pasti. Recehan uang parkir bisa menjadi jutaan jumlahnya per hari. 

Stasiun Tulangan, Sidoarjo
Ahhh daripada pusing mikirin parkir,  kupacu si Putih yang baru saja kuganti ban depan dan fan belt nya ke arah Wonoayu, entah ada apa di dalam pikiran saya tiba-tiba saja punya ide untuk ke Stasiun Tulangan,  jaraknya lumayan jauh dari pusat kota Krian sekitar 8 kilometer.

Berkali-kali saya tanyakan ke si kecil apakah dia berani pergi agak jauh tanpa ditemani Umiknya,  dia pun mengangguk mengiyakan.  Segera kupacu si Putih menelusuri jalanan Wonoayu yang lengang pagi itu, sampai di daerah Pilang,  kita berbelok ke kanan menuju jalan raya Modong Tulangan. Si kecil mulai berisik,  berkali-kali dia menanyakan,  Stasiunnya mana Yah? Sudah dekat Nak,  sahut saya,  tuh ntar lagi sampai setelah rel kereta.  Sekitar satu kilometer dari perempatan Pilang,  nampak stasiun Tulangan ada di sisi kiri jalan.  


Gerbang depan dan suasana di dalam stasiun Tulangan

Stasiun kecil ini merupakan stasiun baru dan bukan hasil renovasi stasiun lama. Dengan bangunan baru dari jauh nampak gagah kelihatannya. Beberapa kali melihat dan melewati stasiun ini,  sebenarnya sudah sama lama saya ingin mengajak si bontot main main ke stasiun Tulangan,  namun baru pagi ini kesampaian. 

Tahukah anda kalau Tulangan adalah satu dari latar tempat yang disebutkan dalam buku best seller "BUMI MANUSIA" karangan Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan tanah air yang namanya sudah mendunia karena hasil karangannya. Kalau pengen tahu silahkan cari cuplikan kisahnya yang banyak bertebaran di dunia maya.

Nampak pelataran parkir yang teduh karena terlindungi bangunan gedung,  dan satu hal yang pasti,  tak ada tukang parkir alias Gratis Parkir. Jangan-jangan setelah artikel ini terbit "hantu-hantu parkir" itu datang ke stasiun ini hahahaha dasar kampret. 

Halaman dan pelataran stasiun ini sangat bersih,  tak nampak secuil sampah berserakan,  daerah di sekitarnya nampak steril dari bangunan lain,  hanya nampak di sisi sebelah kanan sebelum stasiun rumah dinas untuk pegawai kereta api. Naik ke ruang utama stasiun ternyata cukup tinggi,  kurang lebih naik ubin tangga sekitar satu meter,  hal ini mungkin untuk mengimbangi tinggi apron kereta api. 

Melihat sekeliling bagian dalam stasiun terlihat ruang tunggu yang cukup luas, loket pembelian tiket, ruang jawatan kereta api,  serta pintu masuk apron yang dijaga seorang sekuriti. Beberapa orang penumpang nampak duduk sedang menunggu jadwal keberangkatan kereta. 




Loket penjualan tiket dan bagian dalam stasiun Tulangan

Saya mencoba mencari tahu papan jadwal keberangkatan kereta, namun tak menemukannya. Iseng akhirnya saya hampiri petugas keamanan kereta,  Mas!  Kereta yang akan segera datang dan berangkat apa ya?  Ada Pak,  kereta Jenggala tujuan Mojokerto, 5 menit lagi berangkat. Wah,  betapa girangnya hati saya,  saya coba tanyakan lagi,  kalau pulang baliknya dari Mojokerto jam berapa ya?  Apa kereta itu lagi?  

Ya Pak naik Jenggala lagi,  berangkat dari Mojokerto jam 10.20 selisih 15 menit saja setelah kereta datang. Saya lantas bertanya, apa bisa beli tiket PP?  Bisa Pak tapi harus pakai KTP,  sahutnya.  Saya langsung beringsut ke loket pembelian tiket,  tak lupa saya tanya si kecil mau gak naik kereta bersama saya sendiri pagi itu. 

Dia menjawab mau,  sambil meloncat-loncat kegirangan. Di loket pembelian saya bilang ke Mbak penjaga beli tiket kereta Jenggala pulang pergi sambil saya serahkan KTP dan uang pembelian tiket. Kemudian dia menanyakan usia dan nama anak saya. Saya jawab Arif Fikri,  usia 4 tahun Mbak. 

Tiket kereta komuter Jenggala
Tiket kereta api komuter Jenggala jurusan Sidoarjo Mojokerto tersebut dijual seharga 4 ribu rupiah sekali perjalanan tanpa menghitung jarak dan turun di stasiun mana. Ada empat stasiun yang dilalui kereta ini yakni stasiun Sidoarjo, Tulangan,  Tarik dan Mojokerto. Dengan lama perjalanan kurang lebih 1.5 jam. 

Setelah di cek oleh sekuriti kita berdua pun masuk ke apron stasiun Tulangan. Terdapat 3 lajur rel kalau saya tidak salah dan hanya 2 lajur rel saja yang aktif sedangkan satu perlintasan lainnya mungkin untuk langsir dan lajur evakuasi. Stasiun Tulangan yang masih baru dibangun memiliki bentuk kanopi setengah lingkaran dengan panjang apron yang lumayan sekitar 4 gerbong kereta. 


Stasiun Tulangan termasuk stasiun kelas kecil namun cukup komplit fasilitasnya. Tak tersedia bangku ruang tunggu di dekat apron kereta,  jadi penumpang hanya bisa duduk menunggu di dalam ruangan utama stasiun. 

Tak sempat lama mengamati keadaan stasiun, nyaring terdengar announcer stasiun mengatakan bahwa kereta api Jenggala akan segera datang dan masuk di jalur 3. Nampak dari kejauhan sign lampu kereta berwarna biru,  bodi kereta itu lebih kecil daripada kereta reguler.  

Nampak kereta itu hanya memiliki 4 rangkaian gerbong saja termasuk lokomotif yang menjadi satu dengan gerbong awal dan akhir kereta. Calon penumpang yang akan naik dari stasiun Tulangan kurang lebih hanya sepuluh orang saja,  kebetulan saya mendapat kursi di gerbong paling depan alias gerbong  1 dengan nomer bangku 12 A dan B. 


Interior dalam KA Jenggala

Si kecil yang sudah tak sabar naik kereta tingkahnya agak membuat saya khawatir, akhirnya daripada kerepotan saya gendong dia untuk naik ke dalam kereta. Namun sesampainya di dalam gerbong dan lokasi tempat duduk kamo ternyata sudah ada yang menempati satu bangku,  saya cuek saja. Saya tempati bangku tersebut dan si kecil saya suruh duduk di bangku tambahan nomer 13. 

Mungkin karena merasa risih,  cewek berjilbab itu pindah ke bangku lain di seberang. Si kecil begitu menikmati perjalanan dengan kereta kali ini,  rupanya tak hanya saya yang membawa anak-anak naik kereta api pagi itu,  rata rata penumpang kereta membawa sang "buah hati" sekedar untuk berwisata sambil mengenalkan moda transportasi darat tersebut.

Kereta berhenti beberapa saat setelah semua penumpang masuk,  kereta Jenggala bergegas meninggalkan stasiun Tulangan. Kereta mungil tersebut berjalan dengan kecepatan sedang bahkan cenderung pelan membelah area persawahan warga di sisi selatan Sidoarjo yakni daerah Krian dan Tarik.  

Beberapa menit kemudian kereta telah sampai di stasiun Tarik, di stasiun ini kereta berhenti agak lama karena menunggu didahului kereta dari Surabaya dan menunggu kereta dari arah sebaliknya yang rupanya sudah menunggu di lajur 1. (Simak Jadwal KA Komuter Jenggala)

Setelah beberapa menit kereta dari Surabaya melintas,  dilanjut kereta ke arah Surabaya terlebih dahulu berangkat. Beberapa saat kemudian barulah kereta Jenggala berangkat dari stasiun Tarik,  lama perjalanan dari Tarik ke Mojokerto kurang lebih sepuluh menit saja. Melewati perlintasan berupa lahan persawahan yang menghijau sejenak mengingatkan saya beberapa tahun ke belakang dimana saya menjadi seorang anggota komunitas PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad) 

Stasiun Mojokerto
Kereta mulai melambatkan lajunya ketika mulai melewati area permukiman penduduk di kota Mojokerto. Kereta ini hanya berhenti beberapa menit saja sebelum akhirnya balik lagi ke Sidoarjo. 

Ada pengalaman menarik selama naik kereta api Jenggala ini,  simak kisahnya di Kondektur Cantik Kereta Api Jenggala. Dan ikuti kisah perjalanan balik kita dari stasiun Mojokerto ke stasiun Tulangan. 


Tags:
- Kereta Sidoarjo Mojokerto
- KA Jenggala
- Stasiun Tulangan
- Tiket KA Jenggala
- Rute KA Jenggala

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda