Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

ADA APA DI KAMPUNG WARNA-WARNI JODIPAN MALANG???

Kampung Warna Warni Jodipan Malang
Malang yang merupakan daerah dataran tinggi di Jawa Timur yang merupakan tujuan wisata favorit di Jawa Timur selain kota Batu tentunya. Dua wilayah yang saling berdekatan ini banyak dikunjungi wisatawan lokal dari kota sekitarnya seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Pasuruan di saat akhir pekan.

Selain wisata alam dan juga wahan permainan modern Malang memiliki tempat wisata tematik macam Kampung Warna-Warni yang terletak di daerah Jodipan. Wilayah ini terletak tak terlalu jauh dari pusat kota Malang. Menilik dari lokasinya bisa dibilang memang unik karena mirip dengan Kalicode di Yogyakarta yakni daerah di pinggiran sungai. Dimana di lereng-lereng dekat dengan aliran arus sungai terdapat pemukiman penduduk sekitar yang cukup padat. [Simak Kampung Warna Warni di Pantai Kenjeran Surabaya]




Entah atas inisiatif siapa,  warga sekitar kemudian bersama-sama mengecat tembok dan atap rumah mereka dengan cat berwarna-warni. Saya sudah beberapa kali melewati tempat tersebut namun baru berkesempatan untuk melihatnya secara langsung beberapa hari yang lalu. Saya tidak sendiri waktu itu melainkan bersama seorang wisatawan asing asal Singapura yang kebetulan menyewa mobil saya dan sekaligus meminta saya menjadi tour guidenya.


Dari atas jembatan besar diatas kampung tersebut terlihat dua sisi kampung warna-warni,  disisi kanan terlihat atap atap rumah penduduk mayoritas dicat warna ungu dan biru,  sedangkan di sisi kirinya lebih variatif alias bermacam-macam. Sebenarnya saya agak bingung saat mencari lokasi parkir mobil karena tidak ada petunjuk sama sekali.

Untung saja saat masuk di jalan sesudah jembatan dekat dengan pasar loak atau barang bekas, saya bertanya pada salah seorang pedagang disitu dimana tempat parkir mobilnya. Ternyata saya disuruh langsung berbelok di gang sebelah kanan dari tempat saya parkir.  Rupanya tempat itu bukan parkir sesungguhnya melainkan seperti lokasi gudang atau pabrik, kurang memadai sebenarnya namun tempatnya teduh karena berada didalam bangunan berupa gudang.





Dari lokasi kami parkir tepat diseberangnya adalah jalan masuk menuju kampung Warna-Warni. Tepat di gang masuk ada 2 orang perempuan yang merupakan warga sekitar menarik tiket masuk kampung warna-warni Jodipan sebesar 3 ribu rupiah per orang, setelah itu mereka memberi kita sticker sebagai bukti masuk. Saat awal masuk ke dalam gang yang berupa turunan tangga kita langsung disambut tembok yang dicat dengan tema Piala Dunia 2018, aneka bendera negara pesertanya dicat di sisi sebelah kiri tembok.

Jalanan di kampung itu menurun tajam dan berkelok-kelok. Namun satu hal yang pasti kampung tersebut bersih dan rapi serta tertata dengan baik. Terlihat berbagai macam pernak pernik hiasan dipasang diatas jalan yang tak sebegitu lebar. Tak lama kita jumpai sebuah area lapang yang cukup luas,  dimana di dindingnya terdapat beberapa latar foto boot. Sedangkan di sisi lain adalah tepian sungai yang kebetulan saat itu alirannya sedang surut.

Namun sayang tamu saya agak kecewa saat melihat beberapa orang penduduk sekitar sedang "adu ayam" di sisi seberang sungai lainnya. Terlihat juga beberapa bocah kecil asyik bermain layang-layang di tepian sungai berbatu tersebut.





Tak jauh dari lapangan kecil tersebut ada anak tangga besi untuk naik ke "Jembatan Kaca" kampung Warna-Warni Malang. Dari kejauhan kami lihat sedang berlangsung sesi pemotretan untuk "Pre Wedding". Nampak pengantin wanita mengenakan gaun pengantin berwarna kuning dengan bagian belakang baju yang menjuntai panjang. 

Kami cuek saja,  dan melanjutkan menyeberangi jembatan kaca tersebut. Saya sendiri tak tahu apakah dikenakan tarif jika hendak menyeberangi jembatan kecil itu. Ada dua orang warga yang menjaga jembatan itu namun mereka tak menarik tiket masuk kepada kami.

Di sudut awal masuk jembatan terdapat papan peringatan,  tertulis disitu maksimal hanya 15 orang yang boleh berada di atas jembatan dalam waktu bersamaan. Jembatan berlantai fiber itu tak terlalu panjang mungkin sekitar 25-30 meter saja dengan lebar sekitar satu meter.  Jadi hanya cukup untuk dua orang bersisihan. Tepat di tengah badan jembatan terdapat kaca tebal atau mungkin tepatnya berbahan fiberglass.




Setelah menunggu beberapa saat sesi pemotretan sang calon pengantin,  kami permisi untuk melewati mereka. Lanjut ke perjalanan di sisi kampung uang lain, ternyata kami harus membayar lagi 3 ribu rupiah dan sebagai gantinya kita diberi souvenir gantungan kunci yang lucu berbentuk binatang. Tidak ada yang istimewa di sisi kampung yang lain,  hampir semua tembok rumah penduduk di cat warna warni dan memiliki tema tersendiri.

Di ujung kampung terlihat beberapa warga sekitar nampak sedang membangun bangunan baru,  nampak pula tulisan Kampung Tridi di sisi seberang lainnya. Untuk menjangkaunya kita harus turun lagi ke bawah dan tentu saja kita dikenakan tarif lagi. Beberapa foto boot menarik kelihatan jelas dari tempat kami berdiri. Ada bapak-bapak menawarkan satu lokasi foto boot kepada kami, letaknya telat diatas kami,  bentuknya mirip pos ronda yang berada di atas jalan,  lengkap dengan beberapa hiasan didalamnya dan juga bergambar tematik.

Saya tawarkan kepada tamu saya barangkali dia berminat,  namun dia menolak. Tidak ada sesuatu yang spesial disana katanya. Akhirnya dengan halus saya menolak tawaran bapak bapak tersebut dengan alasan tamu saya tidak menginginkannya. Kita akhirnya memutuskan pulang dengan memilih jalan yang sama. Di salah satu sudut gang terdapat lukisan dinding yang cukup menarik,  yakni gambar seorang putri dalam film kartun yang sempat booming beberapa waktu lalu.

Sambil terengah-engah kita berdua menyusuri jalanan kampung yang mulai panas karena teriknya matahari siang itu. Kembali ke tempat parkir mobil, saya menanyakan berapa tarif parkir mobil di tempat tersebut, ternyata standard saja seperti parkir di tempat lain yakni 5 ribu rupiah. Lanjut ke artikel berikutnya Wisata Omah Kayu dan Paralayang di Gunung Banyak Kota Batu.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda