Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

WAJAH BARU PANTAI KENJERAN SURABAYA SETELAH 30 TAHUN BERLALU

Pantai Kenjeran Surabaya

Sudah lama saya tidak menelusuri daerah tempat saya tumbuh dan dibesarkan. Rumah tinggal saya dulu sebenarnya agak jauh dari pantai Kenjeran kurang lebih 5 kilometer. Kenjeran atau Pantai Kenjeran adalah sebuah nama tempat yang cukup populer bagi warga Surabaya dan sekitarnya. Tempat dimana warga Surabaya sadar bahwa kota tercintanya sebenarnya dekat dengan laut dan pantai.

Perubahan tak banyak terjadi di daerah tempat saya dulu dibesarkan. Daerah sekitar Pogot waktu saya terakhir tinggal di sana sekitar tahun 2010 masih saja ruwet dan tak tertata rapi,  lapak-lapak pedagang buah,  makanan, toko-toko, bahkan pengepul barang bekas memenuhi pinggir jalan, saya tak tahu persis blue print pembangunan kota. Apakah pinggir jalan tersebut akan diperluas menjadi jalan protokol kedepannya.

Namun dengan dibiarkannya bangunan-bangunan liar tumbuh dan dijadikan tempat usaha menjadikan daerah sekitar tidak teratur dan menjadi sumber kemacetan di saat jam-jam sibuk. Saya sebenarnya malas membahas masalah tersebut karena wilayah Utara Surabaya ini seolah tak tersentuh oleh pemerintah kota dalam hal penataan ligkungannya.

Jika anda berkesempatan masuk ke kampung-kampung di sekitar daerah Surabaya Utara, anda akan mendapati atmosfer yang berbeda. Badan trotoar yang diperuntukkan pejalan kaki, ditempati lapak-lapak dagangan. Belum lagi kebiasaan warga yang seenaknya memarkir kendaraannya di tepi jalan, baik itu roda empat maupun roda dua.


Pantai Kenjeran dilihat dari jembatan Surabaya
Kembali lagi ke topik awal,  jalan jalan ke Pantai Kenjeran. Dari rumah almarhum orqng tua yang kini didiami kakak tertua, saya pacu si "PUTIH" motor matic mungil milik Upik Abu melewati jalan Pogot kemudian belok ke kiri ke jalan Raya Kedung Cowek yang merupakan akses utama ke jembatan Suramadu,  tak jauh dari belokan ada akses U turn atau putar balik ke arah jalan Kenjeran.

Saya ambil langsung jalur kiri setelah SPBU ada gang di sisi kiri jalan yang merupakan jalan tembusan ke pantai Kenjeran. Entah apa nama jalan tersebut saya sendiri  sampai lupa,  namun jelasnya kawasan di sekitarnya adalah daerah Bogorami. Saya ikuti jalanan itu, yang pasti ambil saja arah yang ke kiri dari jalan utama jika ada belokan. Sekitar 2 kilometer berikutnya saya sudah sampai di daerah Nambangan.

Daerah itu kini banyak berubah, dulu masih sepi sekali cenderung rawan untuk dilewati kini sudah banyak berdiri pemukiman penduduk. Saat tahun 90 an saya seringkali pergi dengan teman teman kampung bersepeda ke tempat ini untuk sekedar memancing ikan dan berenang di pinggir pantai Kenjeran.

Dahulu masih banyak terdapat tambak ikan di daerah Nambangan dan sekitarnya, pohon-pohon bakau atau mangrove, burung angsa,  ikan endemis penghuni bakau seperti ikan glodokan juga banyak terdapat di situ.

Kini setelah hampir 30 tahun lebih,  wajah asri dan rindang Kenjeran dan sekitarnya hilang sudah. Yang ada hanya pemukiman baru penduduk di sisi kanan dan kiri jalan dan cenderung terkesan kumuh. Saya agak sedikit terkejut saat sampai di ujung jalan Nambangan yang mendekati bibir pantai Kenjeran. Beberapa bulan tak melewati wilayah tersebut kini sudah berubah menjadi dua buah taman cantik tepat di sisi yang berhadapan. Yakni taman Bulak dan Taman Suroboyo. [Semilir Angin Pantai Kenjeran di Taman Bulak dan Taman Suroboyo]


Taman Bulak
Taman Suroboyo
Siang hari itu taman Bulak lumayan banyak dikunjungi warga Surabaya atau mungkin hanya penduduk sekitar Bulak dan Kenjeran, ada yang bermain, berfoto foto dan juga nge VLOG. Motor saya parkir di bawah pohon rindang di tepi jalan, ternyata disediakan lahan parkir yang lumayan luas di sisi kiri dan depan taman.

Saya lanjutkan perjalanan menyusuri jalan tepi pantai Kenjeran yang bagian tepinya dipagari besi anyam. Nampak beberapa pengunjung di area dalam tepi pantai, mereka asyik duduk duduk di batu-batu penahan pantai dibawah rindangnya pepohonan yang ada. Rupanya ada bagian pagar yang dibuka sehingga mereka bisa masuk ke dalam.

Sementara motor mereka di parkir di tepi jalan yang ruasnya tak terlalu lebar bahkan sempit menurut saya. Nampak laut di selat Madura dalam kondisi pasang di sisi utara pemukiman nelayan Bulak terlihat jelas begitu pula jembatan Suramadu dari kejauhan. Kapal kapal nelayan sedang lego jangkar di tepi pantai.

Dari kejauhan terlihat tepian pantai yang kotor dan kumuh tak seperti beberapa puluh tahun yang lalu saat saya masih kecil,  kita masih bisa berenang di tepiannya,  mencari keong dan rumah siput laut di tepian pantai Kenjeran. Dahulu tepian pantai masih berwarna putih karena serpihan cangkang keong dan hewan laut lainnya, kini hanya sampah-sampah yang terlihat terbawa arus ke tepian pantai.

Upik Abu tak mau meluangkan banyak waktunya disini,  kepanasan katanya, motor saya pacu menuju pantai kenjeran baru,  di sepanjang jalan dekat perkampungan nelayan banyak lapak-lapak pedagang hasil tangkapan laut berupa, ikan bakar,  kerang,  ikan asin dll. Lucunya ikan gurame dan mujair asap dijual juga disitu,  padahal keduanya bukan ikan laut.


Lapak pedagang ikan dan hasil laut di Kenjeran
Kita berhenti di salah satu lapak pedagang,  sebenarnya saya ingin ikan Pe asap atau pari asap, namun Upik Abu keberatan karena baunya yang pesing menghilangkan selera makannya. Memang benar demikian ikan pari asap berbau agak pesing meski sudah diasap, bau tersebut akan hilang tergantung nanti cara kita memasaknya untuk menghilangkan bau tersebut.

Daging ikan tersebut relatif tidak mempunyai duri, maklum saja ikan pari termasuk mamalia laut karena berkembang biak dengan melahirkan "kalau tidak salah". Duri hanya ada di bagian tulang belakang ikan, dagingnya lembut dan tidak berbau amis seperti kebanyakan ikan laut. Biasanya ikan ini diolah menjadi ikan asap untuk dimasak menjadi penyetan atau sambal ikan Pe, dan campuran dari sayur lodeh atau nangka khas Surabaya.

Upik Abu akhirnya memilih ikan mujair asap dan ikan asin mentah untuk santapan berbuka nanti sore. Sebiji mujair asap dihargai 15 ribu rupiah dan satu ons ikan asin bulu dihargai 10 ribu rupiah. Hari semakin siang,  Upik Abu rupanya masih ada satu keinginan lagi,  yakni membeli Oleh-oleh khas Kenjeran, yakni beraneka ragam krupuk ikan.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda