Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

MENYUSURI WARNA WARNI BANGUNAN TUA DI KOTA LAMA SURABAYA (PART 1)

Warna Warni Bangunan Tua di jalan Panggung Surabaya

Penasaran dengan langkah pemkot Surabaya yang berupaya merevitalisasi cagar alam budaya berupa bangunan bangunan tua di sekitar area Kota Lama Surabaya, pagi itu saya berangkat sendirian tanpa ditemani Upik Abu dan si kecil untuk menjelajahi kebenaran hal tersebut.

Jalanan dari Krian ke arah Surabaya relatif ramai lancar, memasuki kawasan Kletek ada sedikit perbaikan jalan persis di depan garasi atau pool bis EKA. Memasuki bunderan Waru lalu lintas cenderung sepi menurut saya karena biasanya terjadi kepadatan di sekitar area masuk ke bunderan tersebut dari arah Waru ke jalan Ahmad Yani.

Motor matic bontot saya pacu maksimal namun terkendala dengan marka jalan di tiap ratusan meter jalan yang ada. Setelah Royal Plaza saya belokan kendaraan ke arah kiri untuk menuju arah DTC Wonokromo ke Ngagel. Karena saya melihat kepadatan lalu lintas yang mengarah ke arah Raya Darmo. Lurus Raya Ngagel ke Bagong Ginayan kemudian jalan Gubeng tempat dimana jalanan nya pernah ambles, nampak masih ada seng seng besi di kiri jalan yang entah digunakan untuk apa, menutup sisi jalan saya rasa.

Bangunan tua di sudut jalan Bongkaran
Setelah mendekati hotel Sahid, saya ikuti lampu merah lurus ke arah jalan Wijaya Kusuma melewati satu Mall besar di Surabaya di sisi kiri jalan. Setelah melewati Hi Tech Mall saya merapat ke kiri jalan untuk belok kanan, dan kemudian lurus sampai di lampu merah arah ke jalan Jagalan.

Kemudian belok ke kanan mengarah ke pasar Atom, setelah melewati pasar legendaris tersebut saya belok persis di sisi kanannya, untuk lanjut ke jalan yang entah apa namanya, lurus menyusuri jalan Bibis dimana banyak terdapat bangunan bangunan tua yang mungkin dipergunakan sebagai gudang penyimpanan oleh perusahaan ekspedisi yang banyak terdapat di sekitar area tersebut.

Di ujung jalan nampak tumpukan tong-tong bekas yang sudah ada semenjak saya masih ada, entah siapa pemiliknya yang pasti di daerah itu ada beberapa lapak rongsokan yang seakan tak terjamah pemerintah kota. Melewati awal jalan Bibis nampak gereja Bibis yang warnanya bagi saya klasik dan menawan, sementara di ujung jalan sebelah kiri nampak bangunan tua jalan Bongkaran.

Dan yang membuat saya terkejut, saya melihat beberapa orang sedang mengecat dua buah bangunan di jalan Bongkaran, nampak dari seragam yang dipakainya salah satu diantara mereka adalah pegawai pemkot Surabaya.

Dengan menggunakan scaff folding mereka mengecat bagian atas bangunan yang cukup tinggi. Saya berhenti sejenak namun tak sempat mengambil foto aktifitas yang mereka lakukan. Saya lihat sedikit ada perubahan di area jalan Bongkaran tersebut, beberapa gedung terlihat sudah di cat sehingga terlihat bersih dan rapi. Begitu juga di depan Jalan Gula yang kondang tersebut terlihat diberi pagar pengaman warna orange karena sedang ada pengerjaan pengecatan gedung gedung tua. [Simak Menyusuri Jalan Gula Malam Hari]


Bergeser lurus nampak Vihara setelah jalan Gula juga terlihat sudah dicat dengan warna putih cerah, dan ada satu bangunan baru setelahnya seperti bangunan kantor yang baru saya ketahui keberadaannya. 

Sekilas melintas di jalan Bongkaran area Kota Lama Surabaya rupanya pemkot Surabaya tidak mau mengulangi kejadian di jalan Panggung, dimana bangunan di sekitar jalan tersebut di cat dengan warna warna cerah dan mencolok. Setelah proses pengecatan selesai banyak pemerhati cagar budaya menyesalkan hal tersebut karena warna cat yang diaplikasikan ke bangunan tua tersebut tidak pas sebenarnya jika dikaitkan dengan nilai historis kota Lama Surabaya.

Saya lanjutkan perjalanan untuk mengetahui kondisi jalan Panggung sekarang yang sempat menuai sedikit polemik dan protes dari penggiat sejarah. Simak perjalanan saya di artikel berikutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda