Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Pengalaman Naik KA Kertajaya Rangkaian Panjang (KA Keranjang) Bagian 1

KA Kertajaya dari Surabaya berhenti di Stasiun Prujakan
Setelah hampir 2 setengah tahun lamanya saya sudah "istirahat" melakukan perjalanan jarak jauh dengan kereta akhirnya 2 hari yang lalu saya berkesempatan untuk flash back dan mengenang memori selama 5 tahun menjadi seorang pejuang PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad).
Kebetulan ada satu klien baru saya yang request kepada saya untuk melakukan inspeksi kualitas produk furniture yang pabriknya kebetulan berada di kota Cirebon. [Simak Kerja Freelance Sehari Dibayar Lebih dari Sejuta Rupiah]

Jujur saja selama ini saya belum pernah sama sekali ke Cirebon, kalau hanya sekedar lewat saat kereta berhenti di stasiun Prujakan Cirebon tentu jangan ditanya, karena sudah pasti kereta dari arah Surabaya maupun Jakarta yang saya tumpangi akan singgah beberapa saat untuk pergantian masinis dan awak kereta juga pengisian air kamar mandi, atau mungkin pergantian lokomotif.

Agar pas tiba di Cirebon saat pagi hari saya akhirnya memilih untuk naik KA Kertajaya yang berangkat dari stasiun Surabaya Pasar Turi jam 9 malam dan akan tiba di Cirebon pada pukul 5.20 keesokan harinya. Tiket kereta ini bukan yang paling murah, masih ada kereta ekonomi lain dari Surabaya ke Cirebon yang lebih murah yakni KA Gaya Baru Malam Selatan dengan harga 98 ribu rupiah saja selisih hampir 70 ribu rupiah dengan KA Kertajaya yang saya naiki seharga 165 ribu rupiah. Namun saat saya berusaha melakukan pemesanan 2 hari sebelumnya ternyata tiket kereta tersebut telah habis.

Berangkat dari rumah di bypass Krian sore itu gerimis tak kunjung reda saya diantar naik motor oleh Upik Abu dan si kecil di jalan raya depan perumahan untuk mencegat bus yang ke arah terminal Bungurasih. Setelah sampai di depan restoran yang cukup terkenal di Krian, saya segera menyuruh istri dan anak saya pulang mengingat gerimis yang makin deras. 

Saya kemudian menyeberang ke lajur arah Surabaya dan berteduh di musholla dekat Pos Polisi bypass Krian. Agak malang bagi saya sore itu menunggu hampir 30 menit tak ada bus Harjay, Pelita Indah atau Restu melintas dari aarah Balongbendo, yang sering lewat adalah Mira dan SR dimana kedua bus tersebut bisa dikatakan tidak mau mengangkut penumpang dengan jarak dekat seperti saya.

Setelah 40 menit berlalu akhirnya melintas dan berhenti saat lampu bus Harapan Jaya dari trayek Tulungagung Surabaya. Terlihat dari luar didalam bus penuh sesak penumpang, maklum hari Minggu malam saatnya orang luar kota yang bekerja di Surabaya kembali. Untung saja di bagian belakang bus tak terlalu penuh penumpang saat itu, 2 orang checker bus berhenti dan turun bersamaan di bypass.

Kondektur dari tengah bus berteriak teriak menarik ongkos tiket penumpang yang baru saja naik, dia bergeser ke arah belakang mendekati saya. Saya menyodorkan uang 5 ribu rupiah dan uang pembelian seribu rupiah dan tiket saya terima sesaat setelahnya. Inilah istimewanya PO bus di Jawa Timur tak ada tarif yang disembunyikan dan dinaikkan seenaknya oleh awak bus, namun tentu saja tidak semua PO bus Jawa Timuran seperti PO besar seperti Harjay, SR dan EKA Mira yang memberlakukan peraturan ketat kepada kru. Tidak sedikit awak bus terkena sanksi jika kedapatan tidak memberikan karcis atau tiket bus apalagi menaikkan harga tiket yang sudah ditentukan perusahaan.

Bus Harapan Jaya ekonomi AC yang saya tumpangi berjalan tidak terlalu kencang malam itu mungkin pak sopir sudah kelelahan selama perjalanan, ditambah lagi kondisi jalan licin dan kurang penerangan jalan sepanjang jalan Krian menuju Surabaya.

Perjalanan Krian Surabaya ditempuh kurang lebih 20 menit saja, selepas turun bus saya segera bergegas menuju bagian terminal bus dalam kota. Tak nampak bus Patas P5 di tempatnya, sempat bertanya kepada salah seorang calo bis disana, jadwal terakhir bus jurusan Bungurasih JMP lewat tol adalah jam 6 sore. Dia pun menyarankan saya untuk naik bus jurusan JMP lewat bawah yakni melewati A Yani, Royal, Diponegoro, Kupang, Pasar Turi, dan terakhir JMP. Dia berkata "gak suwe Mas paling setengah jam sampai stasiun Pasar Turi. 

Tanpa pikir panjang saya naik ke dalam bus yang rupanya sudah penuh penumpang. Hanya tinggal beberapa bangku kosong saja, saya beruntung mendapat 3 bangku kosong terakhir. Beberapa orang penumpang baru bahkan terpaksa berdiri, dan tak lama kemudian bus segera meninggalkan terminal. Tarif bus kota ini cukup murah yakni 6 ribu rupiah saja tanpa karcis tentunya, namun kondisi bus memprihatinkan walaupun masih layak jalan.

Untung saja karena kondisi gerimis lalu lintas di jalanan utama Surabaya malam itu tak terlampau padat, dan benar saja jam 8 kurang 15 menit bus sudah merapat di depan stasiun Pasar Turi. Ternyata banyak penumpang yang turun di situ yang kebetulan juga calon penumpang kereta.

Setelah turun dari bus, saya bergegas ke masjid di samping stasiun untuk menjalankan sholat Isya, nampak di halaman luar bus beberapa calon penumpang kereta sedang beristirahat menunggu jam keberangkatan kereta. Selepas sholat saya segera mencetak boarding pass kereta api di mesin Cetak Mandiri dengan hanya menscan QR barcode yang ada di form hasil booking online atau memasukkan 6 kode booking pemesanan tiket. 

Selepas tiket kereta tercetak perut rasanya sudah minta diisi, saya kembali lagi ke dekat masjid untuk makan nasi bebek Madura yang terkenal enak dan gurih. Namun sayang di warung tersebut sambal dan bumbunya kurang gurih dan sedap menurut lidah saya. Seporsi nasi bebek, tempe dan tahu goreng cuman 15 ribu rupiah saja. Murah bukan.

Nasi bebek Madura di dekat stasiun Surabaya Pasar Turi
Dari dalam stasiun terdengar announcer mengumumkan bahwa kereta api Kertajaya sudah tersedia di jalur satu. Saya pun bergegas masuk ke dalam peron utama untuk mengantri masuk kedalam. Setelah dicek tiket dan kartu tanda pengenal serta di scan tiket, saya pun mencari gerbong 3 sesuai dengan yang tertera di tiket kereta. Kebetulan saya lebih suka memilih bangku dengan 2 tempat duduk karena akan mendapat space atau ruang yang lebih daripada bangku dengan 3 tempat duduk. Bangku dengan dua tempat duduk biasanya ada di nomer dengan akhiran D dan E di dalam gerbong kereta ekonomi yang memiliki jumlah baris sampai dengan 24.

Boadung Pass Tiket KA Kertajaya

Gerbong 3 berada jauh di sebelah kanan dari peron masuk hampir satu gerbong setelah toilet dekat musholla stasiun, maklum saja KA Keranjang (Kertajaya Rangkaian Panjang) ini memiliki jumlah gerbong sampai dengan 14 ditambah 1 gerbong pembangkit dan kereta makan. Bangku no 9D berada hampir posisi tengah gerbong namun saya beruntung karena tidak persis berada di bawah AC atau pendingin udara.

Selepas mengambil semua peralatan selama perjalanan yakni, jaket, kupluk atau topi tidur, sarung tangan saya menaruh tas ransel berisi laptop tepat diatas rak bagasi atas. Jujur saja sekarang penumpang kereta bisa agak sedikit aman dengan barang bawaan masing-masing walaupun kewaspadaan tetap kita perlukan untuk berhati-hati terhadap barang berharga yang kita bawa. 

Saran saya sih, jangan menaruh perhiasan atau uang serta HP di tas lalu ditaruh di bagasi atas, mending kita taruh dalam tas kecil dan bawa tas tersebut bersama anda selama perjalanan. 

Saya melihat sekeliling dan mendapati penumpang lainnya dalam satu gerbong kelihatannya bukan penumpang yang "reseh", maklum selama 5 tahun saya naik kereta ini saya hafal betul mereka yang akan jadi penumpang "reseh" selama perjalanan. 

Jam 9 malam tepat kereta dengan 15 gerbong mulai berjalan pelan ditarik lokomotif super kuat yang konon memiliki daya 2250 HP (tenaga kuda). Anda bisa bayangkan bagaimana kuatnya satu lokomotif bisa menarik 15 gerbong dimana satu gerbong kosong rangkaian sekitar 18 ton dengan muatan maksimal 54 ton. 

Anggap saja 14 gerbong penumpang penuh, dengan berat penumpang rerata 50kg ditambah barang bawaan dalam satu gerbong ekonomi terisi penuh adalah 106 maka berat total penumpang dan barang bawaannya dalam satu gerbong adalah 106×50 kg= 5300kg atau 5.3 tonx14= 74.4 ton total. Berat total gerbong saja 18x14= 252 ton ditambah gerbong pembangkit kira kira 30 ton maka jumlah berat yang ditarik dalam satu rangkaian adalah 356.4 ton. 

Dengan muatan sebesar itu wajar saja kereta ekonomi dibatasi hanya berkecepatan 80 km per jam walaupun secara teknis lokomotif masih bisa menarik rangkaian hingga kecepatan 120 km per jam. Hal ini mungkin saja dilakukan untuk faktor keselamatan juga karena secara teknis jika lokomotif menarik beban sebegitu beratnya jika berjalan dengan kecepatan tinggi tentunya tidak dengan mudah berhenti begitu saja, minimal harus ancang ancang hingga 300 meter sebelum berhenti dari saat awal melakukan pengereman. 

Itulah mengapa di banyak kejadian kecelakaan yang melibatkan kereta api, jarang sekali masinis disalahkan karena memang kereta api yang sedang berjalan jika dipaksa berhenti mendadak akibatnya akan berbahaya bagi seluruh penumpang karena rangkaian akan selip dan tergelincir dari rel kereta. Maka wajib hukumnya bagi pengguna jalan seperti kita jika melintasi rel kereta api harap berhati-hati, tengok kanan kiri sebelum menyeberang di perlintasan kereta yang tidak ada palang pintu dan penjaganya. 

Jangan memaksakan untuk tetap melintas jika sudah terdengar bunyi klakson dan lampu sinyal kereta apalagi jika anda membawa mobil, karena sistem pengapian mobil bisa mendadak mati terkena medan elektromagnet rel kereta saat kereta api hendak melintas.
Bersambung di artikel selanjutnya.........


Pelan namun pasti kereta berjalan menyusuri rel yang sudah berjemur ganda dari Surabaya hingga ke Jakarta, jarak antara kedua kota besar yang terdapat di stasiun ditunjukkan dengan angka kurang lebih 725 kilometer dan akan ditempuh kurang lebih 12 jam lamanya dan berhenti di 15 stasiun termasuk stasiun tujuan akhir. Dibawah ini adalah stasiun yang disinggahi KA Kertajaya:
Stasiun Surabaya Pasar Turi
Stasiun Lamongan
Stasiun Babat
Stasiun Bojonegoro
Stasiun Cepu
Stasiun Ngrombo
Stasiun Semarang Tawang
Stasiun Weleri
Stasiun Pekalongan
Stasiun Tegal
Stasiun Cirebon Prujakan
Stasiun Ajibarang
Stasiun Haurgeulis
Stasiun Bekasi
Stasiun Pasar Senen

Situasi dalam gerbong KA Kertajaya
Setelah 4 jam lebih perjalanan, sekitar jam setengah 2 malam KA Kertajaya berhenti agak lama di stasiun Semarang Tawang. Teman penumpang di bangku depan saya yang semenjak dari Surabaya mengajak ngobrol dan tidak mau berhenti akhirnya turun juga, ah sebentar lagi saya bisa tidur nyenyak di sisi perjalanan yang masih 5 jam ke depan. Setelah berhenti kurang lebih 20 menit kereta berjalan kembali menyusuri jalur utara Pantai Jawa. Saya pun bisa sedikit terlelap di sisa perjalanan, bangku kereta yang tegak walaupun sekarang agak lebih empuk tak bisa dengan nyaman melepas kepenatan di badan. 

Saya akhirnya terjaga saat menjelang shalat Subuh, saya pun bangun dari tempat duduk saya dan beranjak ke toilet kereta untuk mencuci muka sekaligus mengambil air wudhu. Toilet dalam kereta ekonomi sekarang sudah lumayan bersih walaupun bau pesing tetap saja tak terhindari, saya semprot dulu lantai toilet dengan memercikkan sabun cair yang ada dan kemudian menyemprotkan dengan air dari selang. Kini bau pesing itu sudah sedikit berkurang. Saya pun bisa mengambil air wudhu dengan tenang. Saya sendiri punya pengalaman menarik tentang toilet kereta [simak nenek nenek di toilet kereta api].

KA Kertajaya berhenti di stasiun Cirebon Prujakan
Perjalanan saya hampir berakhir, 20 menit lagi KA Kertajaya akan tiba di stasiun Cirebon Prujakan tempat dimana kereta api kelas ekonomi naik dan turun penumpang, untuk kereta kelas bisnis biasanya akan berhenti di stasiun Kejaksan. 

Tepat pukul 5.20 pagi kereta tiba di Cirebon, stasiun yang selama ini saya hanya sempat tahu tempat atau warung membeli nasi empal gentong atau nasi rames di sisi sebelah kanan dalam kini saya mengetahui secara langsung seluk beluknya. 

Stasiun ini ternyata kecil sekali, hanya ada ruang tunggu di sisi sebelah kiri di luar peron dalam, dan tepat di posisi tengah depan dekat dengan loket pembelian tiket kereta. Di luar tak nampak area parkir mobil atau motor yang memadai atau bahkan tidak sama sekali setahu saya. 

Keluar dari stasiun saya dihampiri tukang ojek dan menawarkan dengan ramah jasanya. Namun saya menolak dengan halus dan berkata bahwa saya sudah ada jemputan. Saya melihat sekeliling mencoba mencari cari warung makan disekitar stasiun. 

Ternyata saya temukan berada tepat di seberang jalan, saya pun melangkah kesana dan memesan segelas kopi hitam. Beberapa potong gorengan hangat menemani saya pagi itu untuk sarapan. Tak ada niatan untuk makan nasi selagi itu. Tiga potong bakwan sayur dan segelas kopi saya tebus dengan harga 6 ribu rupiah saja.[Simak Perjalanan Balik Cirebon Surabaya dengan KA Kertajaya pada hari yang sama].

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda