Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Perjalanan Sesaat Sebelum Virus Corona Merebak (Bagian 1)



Suasana bypass Krian malam hari

Sekitar awal bulan April karena tuntutan pekerjaan saya harus pergi ke Semarang dan Cirebon untuk melaksanakan tugas dari big bos. Sebenarnya saya agak merasa was-was dan khawatir karena masa pandemi Covid 19 atau virus Corona sudah mulai menjalar rata ke berbagai daerah di Indonesia terutama pulau Jawa.

Ada kebimbangan antara naik angkutan umum atau membawa mobil sendiri. Sebenarnya membawa mobil sendiri agak lebih aman daripada harus memaksa naik transportasi umum seperti bus dan kereta api. Namun faktor fisik menjadi pertimbangan bagi saya karena setelah dari Semarang esoknya saya harus sudah berada di kota Cirebon.

Akhirnya saya putuskan untuk naik bus seperti biasa ke Semarang dengan transit terlebih dahulu di Solo. Saya sudah menduga sebelumnya bahwa operasional bus AKAP akan mulai mengalami penurunan frekuensi di awal awal pandemi Corona yakni di awal bulan April ini. Saya berangkat dari rumah menuju tempat dimana biasanya menunggu bus luar kota lewat yakni di Bypass Krian yang berada tepat di depan komplek perumahan tempat tinggal saya. Jam 10 malam lewat beberapa menit saya segera memesan aplikasi ojek online dan tak lama kemudian ojek tersebut sudah ada di depan rumah.

Dengan berat hati namun tetap bersemangat saya tinggalkan keluarga di rumah, kebetulan anak sulung saya juga sudah berada di rumah setelah pihak pondok tempat dia menuntut ilmu telah memulangkan santri-santrinya di awal bulan April akibat pandemi Corona. Di sela perjalanan saya sempat mengobrol dengan driver ojol tersebut mengenai jumlah tarikan yang dia dapat selama masa pandemi ini berlangsung. Dengan suara berat dia mengatakan ini point ke enam yang saya dapat hari ini Mas. Dan hal itu sudah berlangsung semenjak pertengahan bulan Maret tuturnya. Sebelumnya dalam sehari minimal dia bisa mengantongi 20 point dan maksimal 30 point. Sekarang 10 point saja susahnya setengah mati.

Saya hanya bisa menghela nafas dan mengatakan yang sabar Pak, semoga semuanya cepat pulih seperti biasanya. Obrolan yang tidak lebih dari 5 menit itu berakhir ketika saya sampai di sisi timur bypass Krian. Nampak beberapa calon penumpang bus sedang duduk di bawah pohon kersen. Tak berapa lama berselang bus Sugeng Rahayu ekonomi AC melintas beberapa calon penumpang segera naik, tinggal saya dan beberapa calon penumpang lain menunggu bus yang kita inginkan.

Tak terasa 15 menit berlalu melintas lagi bis SR ekonomi dan disusul bus Mira namun tak seperti biasanya frekuensinya tidak sesering malam-malam sebelumnya. Bus EKA Patas dan SR Patas yang saya nanti tak kunjung muncul, iseng saya tanyakan pada 2 orang calon penumpang yang duduk tak jauh dari tempat saya berdiri.

Mas, lihat EKA lewat gak tadi sebelum saya datang. Iya Pak, dua tiga kali lewat. Kita sudah disini sejak jam 8 malam untuk nunggu bus tujuan Ponorogo namun belum melintas juga. What? Dari jam 8 malam berati mereka sudah menunggu 3 jam lamanya.

Saya lihat jam di HP sudah lewat tengah malam bus yang saya nanti tak kunjung lewat. Bahaya ini saya harus segera mengambil keputusan apakah harus naik bus ekonomi lebih dahulu ke Solo. Saya putuskan menunggu lagi sejam ke depan, kalau memang tidak muncul terpaksa saya naik bus ekonomi. Bus ekonomi pun selama setengah jam lewat tengah malam itu juga tak kunjung melintas. Dan akhirnya bus yang saya nanti melintas hampir jam 1 malam, berarti saya menunggu hampir 2.5 jam lamanya. (Bersambung ..................bagian 2)




Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda