Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Perjalanan Sesaat Sebelum Virus Corona Merebak (Bagian 3)

Suasana stasiun Poncol Semarang

Lepas Ashar pekerjaan saya di kota Semarang hampir selesai, antara YA atau TIDAK bingung berpikir apakah saya akan langsung melanjutkan perjalanan ke Cirebon yang notabene akan menempuh waktu sekitar 3 hingga 3.5 jam perjalanan baik dengan kereta maupun travel yang biasa saya naiki. 

Masalahnya jika saya harus naik travel jam terakhir keberangkatan ke Cirebon adalah jam 5 sore ini berarti saya harus keluar dari pabrik sekitar jam setengah 4 sore, karena letak shuttle travel tersebut ada di dekat RSUP Kariadi Semarang yang notabene ada di wilayah Semarang bagian atas. Berbeda halnya jika saya naik kereta api, jadwal perjalanan lebih flexible karena kereta dari Semarang ke Cirebon hampir setiap jam ada. Dan letak stasiun Poncol dan Tawang yang relatif tak terlalu jauh dari lokasi pabrik. 

Hanya sekitar 30 menit perjalanan dengan ojek online. Setelah beberapa saat berpikir saya akhirnya putuskan untuk naik kereta api saja dan perjalanan ke Cirebon saya lakukan malam itu juga. Setelah browsing beberapa saat di internet akhirnya saya dapatkan jam keberangkatan kereta yang sesuai yakni sekitar jam 7 malam dari stasiun Poncol Semarang. 

Syukurlah sekitar jam 5 sore pekerjaan saya telah selesai walaupun ada sedikit yang terpaksa saya SKIP. Setelah booking ojek online dari pabrik, beberapa saat kemudian ojek pesanan saya telah datang. Persis seperti yang saya perkirakan sekitar jam setengah 6 saya telah sampai di stasiun Poncol. Saya segera berlari menuju loket pembelian tiket kereta di sisi sebelah kiri stasiun dari pintu masuk. 

Saya sempat melayangkan pandangan ke area stasiun yang kelihatan sepi tidak seperti biasanya. Begitu juga loket pembelian dan layanan konsumen nampak sepi. Ternyata jadwal terdekat kereta ke Cirebon ada di jam 7 malam lewat beberapa menit, sebelumnya saya sempat bertanya apakah ada jadwal kereta sebelumnya. Penjaga loket mengatakan bahwa kereta sebelumnya tidak dioperasikan alias dibatalkan. Hmmmm ada yang aneh nih pikir saya dalam hati.

Setelah sholat Maghrib dan menunggu kurang lebih satu setengah jam saya akhirnya masuk ke peron stasiun untuk melakukan check in. Nampak suasana di peron keberangkatan sepi tidak terlalu banyak penumpang yang akan naik. 
Kereta yang saya naiki tepat waktu datang di jalur 4, saya pun bergegas mencari gerbong kereta sesuai dengan yang tertera di tiket kereta. Kereta yang saya naiki berkelas ekonomi, namun demikian suasana didalamnya nyaman sekali. Walaupun masih dengan bangku agak keras dan tidak bisa dinaik turunkan. 

Suasana dalam gerbong tempat saya duduk tidak terlalu ramai penumpang, bangku sebelah saya kosong dari awal begitu juga dengan bangku didepan saya. Sehingga dengan nyaman saya bisa selonjoran. Hingga kereta sampai di Pekalongan, tempat duduk didepan saya diisi satu penumpang baru. (Bersambung...........bagian 4)





Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda