Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Trip Report Klaten ke Cirebon dengan mobil travel plat hitam (Bagian 2)


Entah apa mungkin karena sudah terbiasa menjalani perjalanan yang lumayan jauh dan memegang kendali mobil nampak tak ada raut kelelahan di muka sang sopir di sebelah saya. Lelah mengobrol dengan dia saya sesekali terkantuk-kantuk dan terlelap dalam tidur.

Entah lewat jalan mana dari wilayah Klaten akhirnya sampailah kita menyusuri jalanan Ampel Boyolali, lanjut naik ke atas menyusuri jalanan Salatiga, Tuntang dan akhirnya masuk ke jalan tol Bawen-Semarang. Saya sesekali terjaga, dan akhirnya terbangun saat mobil berhenti lepas daerah Alas Roban dan telah memasuki daerah Kendal, Batang.

Rupanya mobil travel plat hitam ini berhenti di rumah makan langganan untuk melepas lelah dan memberikan kesempatan bagi para penumpang untuk ke toilet dan makan malam dengan menggunakan voucher yang telah diberikan sopir sebelumnya. Rumah makan Pantura tidak seperti masa jaya-jayanya dulu saat dimana jalan tol trans Jawa belum ada. Banyak rumah makan atau rest area yang gulung tikar karena sepi pengunjung karena mobil baik dari arah Jakarta maupun ke arah Surabaya yang memilih lewat tol dengan alasan lebih cepat.

Saya sempat melihat di seberang jalan juga terdapat restoran yang cukup besar masih dipadati bus-bus trans Jawa dari Jakarta menuju ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur serta sebaliknya. Sedangkan restoran tempat saya berhenti hanya diisi beberapa mobil travel langganan. Dengan segera saya selesaikan makan malam saya berupa ayam geprek dan saya sempatkan ke toilet untuk buang air kecil.

Nampak di sisi meja lain sang sopir bertemu dengan kerabatnya sesama sopir travelan, mereka saling bercanda untuk melepas kepenatan setelah capek beberapa jam memegang kemudi mobil. Kurang lebih 45 menit kita berhenti di rumah makan tersebut untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan menyusuri jalur Pantura yang cukup terkenal itu.

Jalanan pantura sudah tak seramai beberapa tahun yang lalu, hanya truk truk pengangkut lombok saja dengan ciri khas lampu warna-warninya yang masih banyak saya jumpai. Hanya sedikit sekali bus-bus yang berkeliaran malam itu. Perjalanan dari daerah Batang menuju Cirebon masih lumayan jauh apalagi ditempuh dengan melewati jalan protokol biasa meskipun kondisi lalu lintas sepi.

Saya melirik spedometer di sisi sebelah kanan saya, kecepatan konsisten di angka 70-90 kilometer per jam. Harusnya dalam 4 jam ke depan saya sudah sampai di kota Cirebon. Kita masih harus melewati kota Pekalongan, Brebes, Tegal dan terakhir Cirebon. Saya tak kuat menahan kantuk dan akhirnya terlelap dalam kelelahan. Saya terjaga kembali ketika mobil berhenti di SPBU entah di daerah mana namun yang pasti sudah dekat dengan Cirebon mungkin 1 jam perjalanan ke depan.

Saya memilih untuk keluar dari mobil menemani sang sopir untuk membeli kopi panas untuk mengusir rasa kantuk dan hawa dingin dini hari itu. Saya juga comot sebutir telur asin di kedai yang berada di dalam area SPBU tersebut. Setelah beberapa menit berlalu sang sopir mengajak saya kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Sebutir telor asin dan segelas kopi hangat dihargai 9 ribu tupiah. Gila.............

Di sela sela perjalan sang sopir kembali menanyakan alamat hotel yang saya tuju, saya hanya bilang di daerah sekitar Kejaksan dan kalau sudah memasuki Cirebon akan saya nyalakan aplikasi MAP untuk mempermudah mencari hotel tersebut. Sekitar 1.5 jam perjalanan sampailah saya di hotel tempat saya menginap dimana jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Ini berarti perjalanan dari Klaten ke Cirebon memakan waktu hampir 8 jam.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda