Suasana pagi hari di Tretes |
Terus terang saya jarang sekali
berlibur ke daerah wisata ini. Seingat saya hanya tiga kali seumur hidup
mendatangi tempat wisata yang berupa dataran tinggi ini. Tretes masuk wilayah
Prigen bagian dari kabupaten Pasuruan kalo tidak salah. Wisata andalannya yakni
air terjun "Kakek Bodo" yang terkenal itu, dan juga merupakan jalur awal
pendakian Gunung Welirang dan Gunung Arjuno. Terletak tidak terjauh dari
Surabaya kurang lebih 1.5 jam ke arah Malang. Dari terminal Pandaan anda belok
saja ke arah kanan dan langsung dihajar dengan jalan menanjak khas dataran
tinggi. Kurang lebih 5 km anda akan menemui jalan percabangan anda ambil saja
yang ke arah kanan anda, dan hajar terus dengan melewati tanjakan yang cukup
curam dan jalan yang sempit.
Tukang Ojek sekaligus "CALO" di bunderan Tretes |
Setengah jam perjalanan anda akan
menjumpai Hotel Surya di Tretes yang cukup legendaris namanya, karena hotel ini
adalah satu satunya hotel terbesar yang ada di kawasan tersebut. Di depan hotel
Surya inilah geliat kehidupan malam di Tretes biasa dimulai, tidak hanya di
akhir pekan, hampir di setiap malamnya jika anda berkunjung disana, anda cukup
duduk di dalam mobil dan buka sedikit kaca mobil anda maka akan banyak tukang
ojek atau “CALO” yang menawarkan
villa, villa kamaran “SHORT TIME ROOM”
yang bisa anda dapat dengan harga dibawah 100 ribu saja dan tentu saja “JAJANAN MALAM HARI”.
Hari Sabtu kemarin saya kebetulan
mengadakan REUNI dengan mantan teman teman se kantor waktu di Surabaya dulu,
kita kebetulan menyewa sebuah villa yang cukup bagus dengan fasilitas lumayan
yakni, beberapa buah kamar tidur dalam 3 atau 4 kamar, kolam renang, area
bermain anak dan tentunya VIEW yang cukup bagus. Harga sewa villa di saat akhir
pekan dan hari hari libur tentunya berbeda dengan saat hari biasa, cukup dengan
2 juta rupiah untuk 2 hari satu malam anda bisa mendapatkannya. Sayang lokasi
villa agak jauh dengan pusat geliat kehidupan malam di Tretes yakni di sekitar
Hotel Surya.
Kebetulan saya datang agak malam
maklum kebagian menjemput teman-teman yang masih bekerja di hari Sabtu,
memasuki daerah sekitar lokasi dengan hanya sedikit membuka kaca mobil banyak
calo calo yang mengangkat jempol tangannya menawarkan jasanya. Sayang jepretan
kamera HP saya jelek di malam hari jadi tidak ada hasil dokumentasi untuk hal
ini. Namun di jam yang masih menunjukkan setengah 8 malam saya belum melihat “GELIAT KEHIDUPAN MALAM” di sekitar
wilayah Tretes tersebut. Namun dari beberapa informasi yang saya dapat jika
hanya dengan 400 ribu saja kita bisa merasakan sensasi dari kehidupan malam di
Tretes tersebut, entah benar atau tidak??
Tak lama kemudian saya telah
sampai di lokasi REUNI, rasa kangen sebagai seorang teman yang telah 7 tahun
tidak bertemu membuncah, obrolan obrolan hangat diselingi acara bakar bakar
menghangatkan suasana yang ada. Tak terasa satu persatu teman tumbang karena
rasa kantuk, tinggal kami berempat Kang Sgt, Strs, dan Bgs yang tersisa, jam
setengah 4 pagi kondisi fisik sudah tidak bias di kompromi akhirnya kami pun
ambruk kecapekan. Namun yang aneh hawa di sekitar Tretes sudah tidak seperti
5-10 tahun yang lalu dimana dinginnya bisa menusuk tulang, sekarang terasa
dingin namun tidak seberapa. Mungkin pengaruh “GLOBAL WARMING” sudah mengubah
segalanya atau karena sudah banyak dosa yang terjadi disini hahahahaha.
Hanya 1.5 jam tidur, selepas
subuh beberapa teman yang sudah terbangun mengajak jalan jalan pagi menghirup
udara segar khas pegunungan. Dan memang terasa benar kesejukannya, di kanan
kiri jalan banyak terdapat villa villa dan rumah peristirahatan dari beberapa
BUMN terkenal, entah apa bisa disewakan secara umum atau untuk kalangan sendiri
saja. Ah enaknya ya kerja di BUMN banyak mendapat fasilitas dari Negara. Banyak
juga villa yang tidak berpenghuni dan tidak terawat atau mungkin sudah dilupakan
oleh pemiliknya. Tentunya tidak murah untuk membangun sebuah villa apalagi
untuk biaya perawatan sehari harinya.
Villa kosong tak terawat |
Villa milik salah satu BUMN |
Berjalan menyusuri jalanan naik
dan turun memompa jantung jantung kami menjadi lebih sehat, dan tibalah kami di
sekitar wilayah Hotel Surya, ternyata hanya ada sebuah minimarket besar dan
restoran serta di sebelah kiri jalan setelah bunderan biru terdapat Pasar
Prigen Indah yang ukurannya sangat kecil untuk sebuah pasar. Di depan pasar
tidak banyak pedagang yang menggelar dagangannya, buah buahan dan sayur sayuran
serta tanaman hias menjadi andalan mereka. Serta minuman khas BANDREK yang
terbuat dari ketan hitam banyak juga saya lihat. Nampak pula beberapa kali bertemu dengan para penjaja cinta yang barusan pulang seusai melakukan pekerjaannya.
Pasar Prigen Indah |
Hanya seorang teman saja yang
menyempatkan diri membeli oleh oleh untuk keluarga berupa ubi Cilembu,
sepanjang perjalanan pulang kita banyak
bertemu ibu ibu paruh baya yang menawarkan dagangan mereka berupa tanaman hias,
dan juga makanan seperti nasi ketan, rempeyek, dll. Mereka membuntuti kita
hingga ke villa dan tanpa putus asa menawarkan barang dagangannya, namun ZONK
karena dari kita tidak ada yang tertarik membelinya “kasihan juga sebenarnya”.
Villa yang kami sewa untuk REUNI |
Konco lawas sak lawase,,
ReplyDeleteHahaha, thanks Kang Yudi keep on one family
Deletesaya pernah menempati viila itu, manteb pokoke :D
ReplyDeleteHappy happy dengan keluarga dan teman teman Mas bro, asal jangan buat nakal nakal
DeleteDulu sempat mau main ke villa itu tapi gak jadi, karena memang belum takdirnya, suatu saat semoga bisa kesana deh
ReplyDeleteVillanya bagus Mas, mudah mudahan next time bisa kesana
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete