Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

BRT SEMARANG "DILEMA TARIF MURAH DAN KWALITAS PELAYANAN"

BRT Semarang melintas di jalan Pemuda, Kota Semarang

Saya yang bukan warga Semarang, namun beberapa kali saya sudah menjajal BRT atau Trans Semarang sebuah moda transportasi massal terintegrasi berbasis koridor ini.  Pertama kali menikmati layanan transportasi darat ini dari bandara Ahmad Yani Semarang ketika hendak ke kawasan Industri Terboyo. 

Sayang belum ada koridor yang bisa langsung menuju tujuan paling tidak ke arah terminal Terboyo dari bandara Ahmad Yani. Saat itu saya harus transit di halte Imam Bonjol yang ada di dekat pusat kota Semarang. Andaikan ada koridor yang menghubungkan langsung bandara dengan terminal di Semarang ini anda tentu saja tahu pihak mana yang akan rugi besar :-)

Layanan transportasi publik ini memang murah yakni tiga ribu lima ratus rupiah saja per orang itupun sudah terintegrasi dengan koridor lainnya. Dimana selama kita belum keluar dari halte BRT kita masih bisa terus layanan tersebut hingga ke halte tujuan kita. 

Tiket BRT Semarang

Uang Elektronik yang saya gunakan untuk pembayaran BRT Semarang

Pembayaran layanan publik ini masih bisa menggunakan cara manual yakni transaksi uang tunai dimana penumpang nanti mendapatkan struk tiket BRT yang dapat ditunjukkan ke petugas halte saat akan ganti koridor. Selain itu kita juga bisa memakai uang elektronik yang telah beredar secara luas penggunaannya setelah pemerintah mewajibkan penggunaan pada semua transaksi di jalan berbayar tersebut.

Beberapa kali menikmati layanan transportasi publik tersebut saya bisa merasakan bahwa pelayanan dari kru bus dan armadanya tidak maksimal seperti yang saya harapkan. Seringkali sopir ugal-ugalan dalam mengemudikan bus nya,  transit di halte yang terlalu cepat seperti di buru hantu. Penumpang yang hendak turun dipaksa bergegas seperti hendak disuruh melompat dari bus,  entah apa yang menjadi alasan. Namun hal tersebut yang saya rasakan setiap kali naik armada transportasi tersebut.

Kondisi BRT di jalan Imam Bonjol Semarang
Yang menjadi kendala berikutnya adalah papan elektronik petunjuk rute dan koridor BRT seringkali tidak sama dengan tujuannya,  lebih baik anda bertanya terlebih dahulu kepada awak bus sebelum naik daripada anda salah koridor. Terkadang jawaban atas pertanyaan kita mendapat jawaban yang kurang hangat dari petugas,  murah kok njaluk ramah hehehe.

Beberapa kali saya harus menunggu bus yang tepat untuk menuju halte transit, kadang saya langsung naik dan akan berhenti di halte yang dekat bandara kemudian beralih dengan menggunakan ojek online,  maklum ojek dan taxi online dilarang beroperasi di sekitar area bandara. 

Sorotan saya selanjutnya adalah masalah halte BRT,  di beberapa titik tertentu halte dibangun cukup memadai agar calon penumpang terhindar dari terik sinar matahari dan hujan,  namun banyak juga halte yang dibangun seadanya hanya sebagai tempat tunggu sementara saja.  

Di beberapa halte besar seperti di dekat balaikota, bangunan halte yang saya rasa cukup bagus dan layak diantara yang lain,  namun tidak adanya fasilitas lain seperti toilet membuat tercium adanya bau pesing di belakang bangunan halte,  saya sering lewat di halte ini karena hotel tempat saya menginap tak jauh dari lokasi tersebut.

Dilema memang,  kalau pemerintah daerah membangun halte yang bagus kadang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sebagai lapak berjualan. Namun hak tersebut tidak bisa dijadikan alasan karena memang harus dilakukan fungsi pengawasan yang cukup.

Sering jika kita berusaha membandingkan transportasi publik di negara kita dengan negara lain yang sudah maju dan tertata rapi timbul jawaban klise,  jangan dibandingkan karena memang kita belum saatnya. Namun jika kita balik lagi pertanyaan tersebut, kita sudah hampir 75 tahun merdeka,  masak iya membuat rancangan transportasi publik yang aman dan nyaman tidak kunjung bisa. Jawabannya sangat mudah,  KAPAN??? 

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda