Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

TRIP REPORT KUDUS-SURABAYA [BUS JAYA UTAMA INDONESIA]

Bus PO Jaya Utama Indonesia Semarang- Surabaya via Pantura
Setelah menginap semalam di Jepara,  keesokan harinya selepas semua pekerjaan beres saya akhirnya balik ke Surabaya lewat Kudus terlebih dahulu. Sempat berhenti di daerah Mayong untuk makan siang sate kambing dan gule bersama sopir pabrik yang mengantar saya. Harga makanan di Jepara masih relatif murah, dua porsi sate kambing 20 tusuk komplit dengan nasi dan es jeruk hanya dihargai 50 ribu rupiah,  di tempat lain mungkin sudah 70 ribu an.

Sate kambing muda dibakar setengah matang itu maknyuss sekali rasanya, namun ada sedikit celanya yakni dagingnya cepat sekali berlemak atau "nggaje" kalau orang Jawa Timur-an bilang. Darah tinggi dan kolesterol lupakan saja sejenak heheehe.

Tepat jam 12 lewat 15 menit saya merapat di terminal Kudus di dekat pintu keluar angkutan kota dimana di tempat itu ada musholla terminal. Tempatnya bersih dan aman,  bagi anda yang transit sebentar di terminal Kudus tempat ini saya rekomendasikan untuk tempat beristirahat.

Setelah sholat Dhuhur jamak Ashar saya menuju bagian tengah terminal untuk menunggu bus Patas arah ke Surabaya. Sempat juga saya membeli oleh-oleh untuk Upik Abu,  jenang Kudus titipannya dan kacang goreng yang mirip-mirip dengan kacang Bali.


Bus bus lokal Kudus sedang parkir di terminal Jati

Setengah jam berselang tak nampak bus arah Surabaya masuk terminal justru sekilas saya lihat diluar terminal bus warna biru atau Jaya Utama melintas di depan terminal dan menaikkan turunkan penumpang. Bergegas saya lari keluar terminal namun sayang bus cepat berlalu. Di ujung pintu keluar rupanya ada beberapa orang calon penumpang yang juga sedang menunggu bus arah Surabaya salah satu diantaranya rupanya checker bus Indonesia.

Dia sempat bertanya kepada saya arah tujuan,  Surabaya Pak. Saya jawab.  Dia kemudian berkata,  tunggu 15 menit lagi Mas,  ada bus Indonesian ekonomi AC bus nya baru naik itu saja.

Sepuluh menit berlalu,  tak nampak bus merapat di terminal Kudus. Terminal yang lumayan besar namun nyaris tanpa ada kegiatan,  bus dalam dan luar propinsi tidak ada kewajiban masuk ke dalam terminal. Proyek pembangunan yang sia-sia saya pikir,  terminal yang dibangun dengan uang rakyat namun pemanfaatannya sangat minim. Rata rata terminal bus di beberapa kota kecil nasibnya sama,  seperti terminal Ngawi,  Klaten,  Bawen,  Mangkang,  Kudus dll. Entah apanya yang salah saya kurang tahu.

Tak lama nampak dari kejauhan bus berwarna merah hendak memasuki terminal,  ah rupanya bus Indonesia yang saya tunggu,  namun checker itu bilang " Itu bus Patas, Mas. Justru ini yang saya tunggu Pak, saya hendak lari kembali ke terminal namun dia mencegahnya. Tunggu aja disini!  sebentar lagi juga akan keluar karena tak pernah ngetem lama.

Benar saja setelah naik turun penumpang bus itu melaju keluar terminal.
Bus mendekat dan nampak bus ternyata telah terisi lumayan banyak penumpang. Saya mencari kursi kosong dan dapat di tengah bus walaupun sebelahnya sudah terisi orang.


Tiket bus Indonesia Semarang - Surabaya
Beberapa saat bus melaju,  kondektur menarik tiket penumpang yang baru naik,  giliran saya pun tiba. Surabaya berapa Pak,  iseng saya bertanya? 95 ribu Mas.  Uang merah seratus ribuan saya berikan,  selembar tiket pun saya terima. 

Namun dia berlalu begitu saja seolah lupa uang kembalian, saya tepuk tangannya. Pak, susuke endi (kembaliannya mana) ?  Ooh ya Mas lupa. Selembar uang 5 an akhirnya diberikan ke saya. Hmm saya sudah punya feeling agak kurang sreg dengan kondektur satu ini,  model model kondektur Sarkawi an :-(

Saya sempat tertidur sebentar saat bus tiba di terminal Pati. Hiruk pikuk pedagang asongan yang masuk ke dalam bus membangunkan tidur saya. Bus hanya sebentar saja berhenti di terminal kota Pati, tak lama bus pun meninggalkan terminal Pati.

Lepas itu bus berjalan pelan menyusuri jalanan Pati Juwana,  lalu lintas siang itu lumayan padat,  sopir kelihatan tidak bersemangat untuk segera overtake mobil mobil besar didepannya. Sebagian penumpang rupanya juga gregeten karena laju bus yang pelan. Beberapa penumpang sempat naik turun dari pinggir jalan. Bus akhirnya tiba di tepian pantai Utara di daerah Rembang,  nampak kapal kapal tradisional sedang lego jangkar. Sayang saya sudah berpindah bangku di sisi kanan bus sehingga tak bisa mengambil jepretan foto.

Jalanan Pantura memang terkenal dengan lalu lintas padat dengan truk-truk besar bermuatan. Bus Indonesia yang saya tumpangi sesekali overtake truk bermuatan sepeda motor dan mobil mobil baru dari Jakarta.

Lepas Rembang dan berpindah sudah ke wilayah propinsi Jawa Timur tepatnya daerah Tuban,  hujan turun dengan lebat. Akhirnya bus tiba juga di restoran atau rumah makan Rasa Utama di daerah Jenu, Tuban Jawa Timur.

Kondektur mempersilakan semua penumpang untuk turun sambil membawa tas dan berharga yang dibawa. Oh,  ya beberapa kali saya baca artikel di internet seringkali kejadian saat istirahat di tempat ini barang berharga penumpang hilang,  jadi anda wajib berhati-hati. Bawa saja tas dan barang anda turun ke bawah.


Suasana di RM Rasa Utama Jenu Tuban dan sajian nasi rawon nya

Sore itu saya memilih menu nasi rawon yang saya pikir pas saat hujan seperti ini. Rupanya saya tak salah pilih seperti kemarin,  sepiring nasi rawon panas akhirnya saya dapat. Irisan dagingnya lumayan besar dan rasanya lumayan sedap tidak seperti menu soto ayam sehari sebelumnya. Sayang nasinya terlalu sedikit bahkan untuk ukuran saya yang tak terlalu banyak makan nasi. Dan rasa kuahnya terlalu banyak penyedap masakan. Asin asin gimana gitu :-)

Beberapa tahun yang lalu 5-7 tahunan saya sudah lupa, saya pernah naik bus Indonesia dari Semarang ke Surabaya dan mampir ke tempat ini,  nyaris tak ada perubahan, tetep jelek menurut saya :-(

Pelataran parkir bus tetep berpasir lahannya,  tak ada niatan pemilik untuk di cor atau disemen. Tak ada ruang tunggu yang bagus,  hanya didalam ruang makan saja, hanya toilet saja yang kelihatan lebih bersih. Wajar wong mbayar, 2 ribu perak Bos. Saya ingat sekalo pernah diteriaki penjaganya beberapa tahun lalu karena tidak membayar,  saya pikir fasilitas GRATIS Haahaha. 

Bayangkan dua ribu rupiah per orang, padahal penumpang bus Patas Jaya Utama,  Indonesia dan Bhinneka tiap hari transit di tempat itu. Berapa penghasilannya,  silahkan hitung saja sendiri hehehee

Kurang lebih istirahat 15 menit bus akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Surabaya,  jalanan Widang Tuban nampak basah karena guyuran air hujan, namun hujan sudah agak reda memasuki alun alun kota Tuban. Bus mulai berjalan agak cepat,  jalanan Widang dilindas dengan gagah hingga sampai di Babat kabupaten Lamongan. Gerimis kecil masih terus mengguyur bumi malam itu,  beberapa orang penumpang turun  dan naik di sisa perjalanan.

Ada yang aneh dengan penumpang yang baru naik dari Babat,  saat ditarik karcis kondektur menawarkan pakai karcis atau tidak,  si bapak menjawab "Ya iya Pak saya khan bayar tarif penuh,  nanti kalau ada kontrolan saya gimana? Situ mau tanggung jawab. Kondektur tak kurang akal,  entah apa yang mereka bicarakan berdua kurang jelas padahal persis di kursi seberang belakang bangku saya, hanya uang makan untuk saya dan sopir begitu intinya sempat terdengar. 

Akhirnya penumpang mengiyakan untuk tidak diberi karcis oleh kondektur, dugaan saya ternyata terbukti awak bus ini tidak beres dengan kerajaannya. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya kontrol dari pihak PO. Beberapa orang penumpang baru juga naik dari Lamongan,  terminal Bunder bahkan dari pintu gate jalan tol Gresik, wah lumayan juga ceperan awak bus malam ini.

Jalan tol Gresik Surabaya lancar sekali malam itu,  jam 9 malam kurang seperempat saya turun di belokan arah Medaeng. Saya harus oper bus yang ke arah Mojokerto untuk turun di ByPass Krian Sidoarjo. Pas saya turun,  bus Harjay Tulungagung sedang berhenti sebentar di lampu lalu lintas Medaeng Waru,  ah beruntung saya kali ini tak terlalu lama menunggu bus sehingga bisa cepat sampai rumah.

Total perjalanan dari terminal Kudus sampai Medaeng Bungurasih adalah dari jam 1 siang lewat 15 menit hingga pukul 8 malam lewat 45 menit. Total 7 jam 30 menit, selisih hampir dua jam dibanding perjalanan saya sebelumnya dari arah sebaliknya tapi di malam hari hanya butuh waktu 5 jam 30 menit.

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda