Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Gak Ketemu Durian di Wonosalam Jombang

Warung lesehan di daerah Wonosalam Jombang

Bagi orang Jawa Timur khususnya warga sekitar Gerbang Kertosusial siapa yang tak kenal dengan Wonosalam. Daerah ini terkenal dengan penghasil buah durian di Jawa Timur,  letaknya tak terlalu jauh dari pusat kota Surabaya hanya sekitar 2 jam perjalanan. 

Saya seumur-umur belum pernah ke tempat ini sebelumnya,  entah kenapa tiba-tiba Upik Abu yang sejak lama ngidam duren tadi pagi ngeyel minta diajak jalan-jalan ke tempat ini.

Saya sebenarnya belum terlalu jago menyetir mobil untuk jalur-jalur tanjakan dan pegunungan,  walaupun mobil saya relatif baru karena baru sekitar 2 tahun lebih dan kilometer baru dibawah 30.000 namun jujur ada sedikit rasa takut,  kuatir tak kuat nanjak karena cc mobil yang hanya 1.300.

Dari arah Mojoagung saya berbelok ke kiri mengikuti Google Map,  lalu membentang jalan lurus mendatar sekitar 20 kilometer ke arah Wonosalam. Jalanan itu kemudian menyempit dan mulailah perjalanan dengan tanjakan dan jalan sempit walaupun tak terlalu curam. Lima kilometer pertama tanjakan masih wajar dan tak terlalu berkelok-kelok.  

Google Map hanya mengarahkan jalan lurus saja,  namun terbilang sisa perjalanan yang lumayan lama sekitar 30 menit tak berkurang semenjak tanjakan awal. Hingga kami bertemu dengan ponpes milik organisasi tertentu yang diberi nama CAI, entah apa singkatannya saya tak tau. Tak nampak jalur yang jelas jika saya lanjut ke atas.  

Saya berhenti sejenak untuk bertanya ke warga sekitar dimana terdapat agrowisata durian,  dengan ramah mereka menjawab Agro yang mana karena terdapat banyak disekitar daerah Wonosalam. Saya hanya jawab sekenanya dimana kita bisa petik buah durian atau sekadar membeli buah berkulit berduri tersebut. Salah seorang diantara mereka menjawab, "Mas bisa belok ke kiri menuruni jalan tersebut lalu belok ke kiri kemudian ke kanan".

Saya hanya melihat sekilas,  nampak jalanan itu sempit dan cukup curam,  saya tak yakin apa bisa melewati jalanan curam itu jika berpapasan dengan mobil lain. Upik Abu hanya mengangguk pelan dan berkata,  "Kita putar balik saja".
Akhirnya kita berbelok arah,  jalanan sempit menyulitkan saya putar balik,  banyak motor terpaksa berhenti sebentar menunggu mobil saya berputar haluan.

Lesehan Nasi Jagung dan Ketan Durian Warung Gunung Wonosalam
Kita pun balik melaju pulang,  di tengah jalan saya yang sedari awal mengincar sebuah warung di pinggir jalan yang kelihatannya enak untuk tempat nongkrong. Warung Gunung namanya,  berada di posisi jalan agak menanjak sebenarnya susah untuk memarkir mobil di tempat ini.  Beruntung ada satu sisa tempat parkir untuk mobil saat itu,  segera saya banting setir ke kanan,  dan memarkir mobil di tempat yang cukup sempit.

Ternyata di bagian dalam terdapat lesehan yang cukup luas. Saya memilih untuk duduk di tempat depan dengan bangku panjang dan kursi. Ciri khas warung itu,  ketan durian dan nasi jagung. Tak berapa lama dua mangkok ketan durian dan sepiring nasi jagung sudah tersaji di hadapan. Bau durian dari dalam mangkok dan sekepal nasi ketan pulen menggoda selera saya, namun apa daya jatah saya adalah "nasi jagung" xixixiixi. 

Nasi Jagung Wonosalam

Ketan Durian khas Wonosalam

Nasi jagung dengan "urap-urap" atau irisan sayur mayur dengan bumbu parutan kelapa atau "gudangan" orang Jawa Tengah menyebutnya segera saya santap dengan lahap, hanya berlaukan "iwak peyek" dan semur jengkol, pagi itu makanan "NDESO" itu terasa nikmat mengalahkan masakan koki restoran hotel bintang lima yang pernah saya makan.

Suasana pagi di dataran tinggi memang menggugah selera makan pengunjung, gemericik suara air sumber dan parit kecil mengalir menimbulkan kesan kesyahduan yang mendalam belum lagi suara tonggeret bersahutan di balik rapatnya dedaunan bambu.

Puas dan kekenyangan makan, Upik Abu lantas menuju ke kasir untuk membayar menu yang kita makan, dua porsi ketan durian, satu porsi nasi jagung, peyek 3 bungkus hanya 32 ribu rupiah. Murahhhhhh Abissss

Liburan emang gak perlu mahal Coy, kebersamaan dan kegembiran bersama keluarga adalah hal yang terpenting dari semuanya. Have a nice holiday.....

Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda