Hari ini Minggu 29 Mei 2016 diadakan Festival Rujak Ulek dalam rangka memperingati HUT Kota Surabaya ke 723. Artikel ini sebenarnya titipan dari sobat saya yang kebetulan hadir di acara tersebut dan menyempatkan mengambil foto foto dari momen acara tersebut. Acara ini kabarnya diikuti oleh kurang lebih 1500 ibu ibu yang akan mengulek rujak secara bersamaan dan akan dibuka oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini, bakal calon Gubernur Jakarta yang akan menjadi pesaing berat AHOK di pilgub Jakarta yang akan datang.
Acara tersebut diadakan di Kya Kya di Jalan Kembang Jepun. Lokasinya berdekatan dengan Jembatan Merah yang terkenal tersebut. Jalan Kembang Jepun sendiri adalah salah satu daerah Pecinan di sudut kota Surabaya yang terkenal dengan pusat perkulakan mesin mesin dan alat alat tulis. Kya Kaya sendiri yang dalam bahasa Indonesia berarti jalan jalan adalah sentra kuliner yang digagas oleh walikota Surabaya sebelumnya, namun sayang keberadaannya kini mengenaskan karena sepinya pengunjung.
Kembali ke festival Rujak Ulek, seperti kita ketahui salah satu kuliner yang terkenal dari Surabaya adalah Rujak Cingur, sebenarnya keduanya hampir berasal dari varian yang sama yakni Rujak dengan bumbu utama Petis dan kacang yang cara membuatnya di ulek. Bedanya hanya pada tambahan bahannya yakni Cingur. Harga rujak Ulek yang berisi Cingur atau Congor sapi tentunya lebih mahal daripada rujak ulek biasa. Festival kali ini diikuti oleh perwakilan dari masing masing kelurahan yang ada di kota Surabaya memperebutkan Piala dari Walikota Surabaya tentunya.
Bahan bahan dari rujak sendiri adalah bumbu berupa petis, kacang tanah goreng, bawang putih goreng dan pisang hijau mentah. Sedangkan bahan isinya adalah tahu dan tempe goreng, cingur, buah buahan, kangkung dan kecambah panjang, ketimun, bendoyo. Ada dua jenis rujak yakni matengan dan campur, matengan berarti hanya menggunakan bahan bahan yang telah diolah seperti tahu dan tempe goreng serta kangkung dan kecambah. Sedangkan campur berarti semua bahan dicampur menjadi satu.
Kuliner ini semakin tersisih di tengah gempuran makanan makanan asing dan gerai kuliner cepat saji. Namun jangan khawatir di gang gang pinggiran Surabaya atau kampung kampung masih banyak yang menjualnya. Dulu masih banyak yang menjajakan rujak Ulek dan Cingur ini dengan cara disunggi atau ditaruh diatas kepala. Rata rata mereka adalah mbok mbok dari Madura, dan jangan diragukan lagi rasanya hmmm MAKNYUSSS.
Kembali ke festival ini, mudah mudahan dapat melestarikan kuliner asli bangsa sendiri yang kian tahun semakin tersisih dengan kuliner bangsa lain yang menurut saya gak jelas rasanya. Lebih enak makanan dari Indonesia lah menurut lidah saya, kadang kita saja yang merasa latah, malu dan ikut ikutan kalo tidak makan makanan asing. Paling tidak ada usaha nyata dan berkelanjutan dari pemerintah daerah untuk melestarikan kuliner asli.daerah setempat.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih