Bangunan sejarah di Kota Tua Jakarta |
Sudah lama saya tidak jalan jalan ke daerah ini, awal pindah ke Jakarta untuk membunuh rasa kesepian dan sekedar cuci mata setiap akhir pekan saya sering jalan jalan ke pasar ASEMKA yang letaknya dekat dengan Kota Tua Jakarta. Sayang waktu itu saya tidak tahu bahwa lokasinya sangat berdekatan, hingga banyak momen momen berharga yang tidak sempat terdokumentasikan.
Dari kost saya di sekitar Kemanggisan saya naik KOPAJA 86 menuju daerah Jakarta Kota dengan ongkos 4 ribu rupiah. Satu hal yang perlu anda perhatikan saat naik angkutan umum di Jakarta yakni banyaknya copet yang berkeliaran biasanya ciri ciri mereka membawa koran yang dilipat dan ditaruh di saku celana belakang atau membawa tas ransel kecil yang kosong atau tidak berisi apa apa. Dan yang pasti biasanya mereka beroperasi tidak sendirian. Jadi anda harus waspada dengan dompet dan ponsel anda, lebih baik menyiapkan ongkos angkot lebih dulu agar tidak menarik perhatian.
Pasar Asemka Jakarta Kota |
Pasar Asemka identik dengan pusat perbelanjaan mainan anak anak, alat tulis dan peralatan sekolah, dan pernak pernik untuk lamaran dan perkawinan, dll. Pagi ini saya agak kaget, karena suasana sudah agak berubah, tidak banyak pedagang yang meluber ke pinggir jalan sehingga membuat macet lalu lintas. Nampak pedagang berjejer dengan rapi memenuhi bahu jalan namun tidak sampai tumpah ke jalan utama. Tidak banyak yang sempat saya dokumentasikan di tempat ini. Karena belum sempat menyusuri Asemka ke arah Selatan saya langsung berbelok ke kanan, menyusuri toko toko yang di depannya banyak mobil sedang bongkar muat barang. Di sebelah kanan jalan menuju pasar Asemka ternyata terdapat pintu masuk Museum Mandiri, saya tidak berminat sih untuk mengunjungi museum tersebut.
Tidak lama kemudian saya sampai di bunderan sekitar Kota Tua, saya memilih belok ke kanan lagi melewati jembatan tua yang melintasi kali Jakarta. Tampak aliran air dari sisi kanan kurang lancar karena banyak tumpukan sampah. Di seberang jalan nampak gedung tua, dengan pedestrian yang bersih dan terawat. Aku susuri jalanan hingga sampai di depan Museum Bank Indonesia. Sayang sekali pemandangan di depan museum ini sedikit rusak oleh pedagang asongan dan angkot yang mangkal, padahal di sebelahnya terdapat tenda dan mobil satpol PP. Tampak di tengah jalan halte Transjakarta Stasiun Kota dan tepat di seberangnya lagi adalah Stasiun Kota itu sendiri.
Untuk menyeberang dari sisi Museum Bank Indonesia ke halte Transjakarta atau ke Stasiun Kota ada terowongan yang letaknya persis di pengkolan jalan. Saya pernah mencoba berjalan menyusuri terowongan tersebut, ternyata didalamnya banyak tempat yang digunakan untuk tempat berdagang. Banyak fasilitas didalamnya yang tidak berfungsi seperti lift untuk penyandang difabel dan kalo saya tidak lupa ada air mancur kecil dan taman didalamnya yang juga tidak berfungsi lagi. Jangan khawatir soal keamanan karena ada petugas yang berjaga di depan pintu masuk dan bagian dalam terowongan. Sayang tidak ada dokumentasi untuk hal itu.
Halte Transjakarta Stasiun Kota |
Karena tidak ada teman jalan, saya memutuskan untuk beralih menelusuri kawasan toko dan bangunan tua yang mengarah ke Glodok, nampak toko toko dan bangunan tua yang tidak terurus. Dan yang terlihat bangunan bangunan gedung bertingkat baru yang bersiap siap mencengkeram dan melindas bangunan tua tersebut.
Sayang sekali sebenarnya seandainya keterlibatan pemerintah untuk melestarikan peninggalan sejarah ini. Andaikan banyak pihak yang mau terlibat maka kawasan kota tua Jakarta atau Batavia akan bisa menjadi wisata andalan Jakarta di masa depan seperti kita kita tua di luar negeri. Kulanjutkan perjalanan pulang ke arah Tanah Abang dari depan Pasar Glodok naik angkot biru 08 dengan ongkos 6 ribu rupiah. Lumayan dapat 2 ide untuk tulisan saya kedepan.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih