Skip to main content

Artikel Unggulan

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

TAK PERNAH KAPOK NAIK BUS CEPAT EKA SURABAYA-SOLO

Bus EKA berhenti di RM DUTA Ngawi

Seperti biasa sekitar jam enam petang lebih beberapa menit saja bus Taruna yang saya naiki tiba di terminal Tirtonadi. Terminal Tirtonadi yang di klaim sebagai terminal bus terbaik di Indonesia dengan fasilitas yang hampir disamakan dengan bandar udara. 

Buru-buru saya beringsut ke area terminal sebelah kiri dari pintu kedatangan bus menuju masjid Al Mushafir yang ada didalam area terminal tersebut. Tak lupa saya titipkan tas dan ransel saya di tempat penitipan yang sudah disediakan. 

Namun untuk barang berharga seperti kamera,  I pad dan lain-lain saya bawa dalam tas pinggang kecil. Saya belum berani ambil resiko untuk menitipkannya, walaupun selama ini tas yang berisi laptop juga aman aman saja. Ah rupanya sholat maghrib berjamaah sudah usai, segera saya sholat Maghrib sendirian kemudian saya jamak sholat Isya' sekaligus.


Masjid Al Mushafir di Terminal Tirtonadi Solo

Jajaran warung warung makan di Terminal Tirtonadi Solo

Usai bertemu dengan sang Ilahi,  rupanya perut tidak mau berkompromi, segera saya cari warung yang berada banyak di sisi kanan dan kiri selasar terminal. Ada satu warung pojok yang menarik perhatian,  segera saya menuju kesana dan memesan semangkok bakso panas dan sembari menunggu saya comot sosis Solo yang terjajar rapi dengan aneka gorengan lainnya di meja.

Ada hal yang lucu rupanya, pemilik warung rupanya sedang bertengkar dengan teman lelakinya atau mungkin pacar bahkan suaminya saya kurang tahu. Sedikit mengganggu dua orang pengunjung disitu termasuk saya, namun tak lama keduanya pun diam.

Aneka gorengan di warung pojok Terminal Tirtonadi Solo
Sedikit berbasa basi dengan seorang pengunjung warung lainnya yang rupanya sama sama baru datang dari Semarang dan bekerja di RSI Sultan Agung. Rupanya dia hendak menuju Maospati,  namun berujar hendak naik Sugeng Rahayu Patas, padahal setahu saya bus tersebut tidak melewati daerah Maospati Magetan. 

Namun dia bersikeras bahwa kadang bus patas itu lewat didaerahnya. Dia lebih memilih bus patas karena lebih nyaman dan tidak berdesak-desakan seperti bus kelas ekonomi. Alasan yang sangat masuk akal maklum malam hari itu adalah hari Jumat saat yang pas bagi para penglaju untuk pulang ke daerah masing-masing menghabiskan akhir pekan bersama keluarga.

Setelah dua batang rokok habis saya segera membayar bakso satu mangkok, satu potong sosis solo dan segelas teh hangat semua dihargai 22 ribu sebuah harga yang sangat mahal mengingat ada di papan tulisan bahwa semangkok bakso 12 ribu berarti segelas teh hangat dan sepotong gorengan seharga sepuluh ribu rupiah wakwaw.

Berarti satu pelajaran tambahan kadang harga di papan menu tak sesuai kenyataan, namun ada juga warung langganan saya di terminal Tirtonadi tepatnya dekat ruang tunggu keberangkatan bus yang ke arah Jogja dan Semarang mematok harga wajar seperti warung warung di luar terminal.


Lajur keberangkatan bus arah Surabaya di Terminal Tirtonadi Solo
Beringsut ke jalur keberangkatan bus jurusan Madiun dan Surabaya saya lihat bus Eka disana,  setengah berlari saya kejar bus yang kelihatan akan segera berangkat,  ah naas saat saya mau masuk ke dalam bus sopir berkata Bus e kebak Mas, mburine ae mari ngene teko!  Bus nya penuh Mas,  bus belakang aja sebentar lagi datang. Ah,  nasib mujur belum berpihak pada saya,  namun ada baiknya juga,  kalau bus terlalu penuh saya juga tak bisa istirahat dengan tenang karena ada orang di kursi sebelah.

Setelah hampir 15 menit menunggu akhirnya dari kejauhan nampak bus patas Eka muncul dari kejauhan. Rupanya tidak hanya saya yang menunggu bus tersebut, beberapa orang calon penumpang telah menunggu di sisi lajur keberangkatan. Segera setelah pintu bus terbuka dan beberapa orang penumpang turun, buru-buru penumpang naik saya lebih memilih naik dari pintu belakang karena terlihat lebih sepi di belakang.  Akhirnya saya mendapatkan kursi di sisi kanan bus dekat pintu belakang.

Bus EKA rehat di RM Duta Ngawi

Beruntung sampai menjelang kota Sragen saya hanya duduk sendirian saja sampai akhir perjalanan. Sehingga malam itu saya bisa menikmati perjalanan dengan tidur nyenyak di sepanjang malam. Kurang lebih dua jam perjalanan dari kota Solo akhirnya sampailah bus di kota Ngawi.

Tiba di RM Duta Ngawi saya hanya mencuci muka dan ke toilet yang sekarang kurang terawat kebersihannya tercium dari bau yang kurang sedap atau mungkin pengunjung saja yang kurang peduli dengan orang lain sehingga saat habis buang air tidak mau susah susah mengguyur dengan cukup air.

Lepas dari Ngawi melewati jalanan Karangjati yang kurang mulus tidak seperti dulu melewati hutan Saradan pak sopir beberapa kali overtake secara mengejutkan dan mengerem mendadak karena berpapasan dengan mobil laon di depan. Memasuki kota Nganjuk saya masih sedikit terjaga dan entah kemana pikiran saya seyelah itu mungkin pergi melayang layang peri peri tidur.

Bus melaju kencang tanpa saya sadari ternyata bus naik tol SUMO entah masuk dari Kertosono atau dari Mojokerto yang pasti saat terjaga saya melihat dari kaca bus hendak keluar dari pintu TOL, saya coba amati keadaan di luar ternyata bus keluar dari pintu tol Sumo didaerah Legundi,  ini berarti bis tidak mengisi solar di Balongbendo. [Simak Tol Surabaya Mojokerto]


Bypass Krian Sidoarjo saat malam hari
Sejenak saya amati situasi diluar,  sejurus kemudian lampu tengah bus menyala dan kondektur berteriak-teriak Bypass Krian.. ayo yang turun-turun sambil dia beringsut ke arah belakang.  Rupanya kondektur ingat betul siapa saja yang hendak turun di tempat itu.  Segera saya beranjak ke depan dan diikuti oleh seorang penumpang lain yang rupanya turun di tempat yang sama dengan saya.

Akhirnya pas ditengah belokan seberang pos jaga polisi bypass Krian saya turun.  Turun dari bus sekitar jam 1 malam rupanya banyak tukang ojek yang masih mangkal dan menawarkan jasanya. Saya tolak dengan halus dan mengatakan saya dijemput. Ah untung saja saya tidak kebablasan dan kondektur tidak lupa mengingatkan setiap penumpangnya untuk turun di tujuan yang diinginkan. Thanks again to PO EKA.



Comments

Popular posts from this blog

Penumpang Julit...... Bawa Kabur Selimut Bus EKA

Selimut fasilitas bus EKA Menyambung artikel sebelumnya yakni trip report naik bus EKA dari Solo ke Purbalingga di akhir perjalanan ketika bus sudah memasuki wilayah kabupaten Purbalingga kondektur mulai membersihkan kursi dan merapikan kembali selimut selimut yang disediakan khusus bagi penumpang.  Setahu saya hanya armada bus EKA tertentu saja yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan selimut. Selimut yang disediakan menurut saya cukup bagus dan menarik. Dengan warna menarik dan bahan lembut dan hangat tentu memancing "gairah nakal" tersendiri bagi oknum penumpang.  Ketika kondektur telah sampai di kursi bagian depan dia pun berkata kepada sang sopir. Pak selimute ilang siji maneh! Pak selimutnya hilang lagi satu. Kemudian saat kondektur kembali ke kursinya mulai terdengar percakapan mereka berdua mengenai hilangnya selimut tersebut. Sang kondektur sambar atau mengeluh ini adalah selimut kedua yang hilang dalam kurun satu bulan terakhir. Harga satu selimut itu lu

NAIK ANGKOT APA YA??? DARI STASIUN GUBENG KE TERMINAL BUNGURASIH

Stasiun Surabaya Gubeng Baru Bagi anda yang pertama kali datang ke kota Surabaya dengan menggunakan kereta api, anda harap perhatikan hal ini. Ada dua stasiun besar di Surabaya yakni, Stasiun Gubeng melayani jalur lintas Selatan dan Stasiun Pasar Turi yang melayani jalur lintas Utara.  JALUR LINTAS SELATAN kereta yang mengarah ke Banyuwangi, Malang, Kediri, dan Jakarta (lewat Madiun, Solo dan Jogjakarta), sedangkan  JALUR LINTAS UTARA  (kereta yang mengarah ke Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Jakarta (lewat Semarang).  Sejak tahun 2013 semua kereta api Ekonomi, Bisnis dan Ekskutif berjalan langsung di Stasiun Wonokromo alias tidak berhenti di Wonokromo lagi, jadi sekarang semua kereta api terakhir berhenti di Surabaya Gubeng. Ini jelas agak merepotkan apalagi bagi anda yang ingin melanjutkan perjalanan ke arah Sidoarjo atau ke terminal Bungurasih . Stasiun Surabaya Gubeng Lama Namun perlu anda tahu sebelumnya kenapa ada Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Guben

SMOKING ROOM di bandara Juanda

Smooking room di terminal 1 bandara Juanda  Area merokok di bandara Juanda Surabaya -  Tak mudah sekarang bagi para perokok mencari tempat yang nyaman untuk merokok, apalagi di bandara udara. Kenyataannya memang demikian, sebagai seorang perokok saya juga “Tahu Diri” untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Nasib perokok, tambah terjepit karena ruang bebas merokok yang disediakan sangat sempit dan terbatas, padahal jumlah perokok yang berada di ruangan tersebut melebihi kapasitasnya. Kalo sudah demikian saya mesti mengalah daripada bisa “mati berdiri” terpanggang asap rokok hehehehe. Di postingan saya sebelumnya SMOKING ROOM di bandara Soekarno Hatta terminal 1 A, ternyata pihak bandara lebih bijak dengan menyediakan taman di tengah tengah gate sebagai area merokok. Ini tentunya lebih “manusiawi” karena para perokok termasuk saya bisa menikmati “hobby” tersebut dengan nyaman dan tidak tersiksa. Smoking pot di bandara Juanda Lain halnya dengan di bandara Juanda

Archive

Show more