Siapa yang tidak kenal
makanan/kuliner ringan ini, seperti halnya namanya Gorengan, jadi apapun bahan yang
digoreng baik itu tahu, tempe, ubi, singkong, sukun, dll dinamakan gorengan.
Harga makanan ini bervariasi, di Jakarta untuk gorengan pinggir jalan yang
dijajakan dengan gerobak misalnya harga satu potongnya berkisar 3 biji 2 ribu
rupiah, ada pula yang seribu rupiah 1 bijinya. Sedangkan di daerah lain
harganya berkisar sama yakni 500 rupiah
dan seribu rupiah per bijinya.
Khusus untuk gorengan yang dijual
di pinggir jalan memang agak resiko dalam segi higienis dan kesehatan karena
minyak yang digunakan adalah minyak jenuh karena digunakan berkali kali dalam
menggoreng, yang kedua seperti halnya kita ketahui banyak kontroversi terjadi
bahwa minyak yang digunakan adalah minyak sisa restoran atau dari dapur hotel,
bahkan ada yang lebih mengerikan yakni minyak goreng hasil dari daur ulang.
Satu hal lagi, mungkin yang
membuat konsumen tertarik adalah renyahnya gorengan yang kita makan, sampai
sekarang saya sendiri jika membuat gorengan sendiri di rumah tidak bisa
mendapatkan rasa renyahnya walaupun sudah berbagai resep saya coba. Kebanyakan
gorengan rumahan tidak bisa bertahan lama renyahnya. Hal ini menimbulkan isu
miring, bahwa gorengan pinggir jalan ditambahkan bahan yang semestinya tidak
layak untuk dikonsumsi manusia, yakni lilin dan plastik ke dalam minyak
gorengnya. Hal tersebut diyakini oleh oknum penjual yang nakal akan membuat
warna gorengannya menarik dan garingnya bertahan lama.
Ya, itu hanya opini saya saja
berdasar apa yang terjadi di lapangan. Namun sejatinya, makanan yang sehat
adalah makanan yang kita masak sendiri di rumah karena kita tahu benar proses
pembuatannya. Sekali kali jajan di luar tidak mengapalah untuk mencoba sensasi
kuliner yang lain jika bosan makanan di rumah.
Comments
Post a Comment
Tolong biasakan komentar yang baik setelah membaca, saya akan balas jika pertanyaan sesuai topik. Dan tolong jangan meninggalkan link aktif atau spam. Terima kasih